Sabtu, 31 Desember 2011

Freak UI..

Di sebuah percakapan singkat antara gue dan seorang temen gue mengenai UI, sempat membuat gue berpikir sih. Jadi ceritanya begini, gue confess ke teman gue itu, bahwa gue sangat mengagumi UI, serta seluruh isi di dalamnya. Gue bilang, gue bangga banget kalo ampe bisa masuk UI, dan ketemu sama orang-orang di sana. Terus gue cerita kisah gue yang saking freaknya soal UI, suka histeris sendiri. Gue rada lupa sih apa balasan dia kalo gak salah sih..

Sabtu, 24 Desember 2011

Ngerengek Bebe? Cih..

Gue lagi dalam situasi kesal tingkat tinggi hari ini. pasalnya, bokap gue jadi mengeksekusi gue perihal univ negeri impian gue. Berkali-kali gue di bilang gak konsisten, lagi, dan lagi. Karena tadinya gue setuju planologi, terus gue bilang gak jadi dan mau ui hukum. Lalu bokap gue langsung menekan gue *yang mana dia gak mengakui bahwa ya. Dia memang menekan gue*.


Kamis, 22 Desember 2011

Ibu-Ibu ke Bank..

Ada lima hal yang sangat gue benci dari bank yang sering gue datangi. Sebetulnya baru-baru ini sih, gue jadi sering dateng ke bank, gara-gara udah jadi tugas harian di suruh enci gue ngurusin pembayaran-pembayaran dia. Gue kadang merasa seperti orang idiot di bank. Berikut adalah lima hal yang gue sebel dari bank.

Minggu, 18 Desember 2011

Liburrrr!! -.-

Menyambut libur panjang kali ini, gue sudah membuat beberapa list menyenangkan untuk gue lakukan. Yeah, terlalu banyak, sampe akhirnya saat gue mau membuat list itu gue lupa semua kegiatan menyenangkan yang bisa gue lakukan. Gue gak gitu suka liburan. Selalu, dari jaman dulu. Karena biasanya liburan gue calon di rumah terus. Berkutat sama hal-hal membosankan dan itu-itu aja.

Selasa, 06 Desember 2011

Dongdot dan Nyiplast

Karyawan-karyawan yang dapet shift bareng gue setiap malem, kadang bisa jadi penghibur hati gue karena ke anehan tingkah mereka. Mayoritas dari kuli roti gue adalah mereka yang pendidikannya Cuma sampe SD, entah apakah itu faktor pendukung kadang perilaku mereka agak lucu atau gimana. Entahlah, gue akan menceritakan beberapa pengalaman yang sempet gue bikin ngakak abis-abisan.

Minggu, 04 Desember 2011

Kritik.

Kadang, gue berfikir jadi seorang Fan-Fan itu menyenangkan. Iya temen gue yang kecil imut-imut itu. Dia hidup dan berfikir dengan cara dia sendiri, entah ada yang suka maupun gak suka dengan cara itu. bagi dia, itulah dia. Beda sekali dengan gue. Gue gampang tergoyahkan.


Kamis, 01 Desember 2011

Gendut Lagi, Gendut Lagi...

Beberapa hari ini, ada kejadian-kejadian menyebalkan perihal body gue yang belom langsing-langsing dari jaman jabot. Ada aja yang bahas-bahas masalah itu. entah karena body gue tambah gede aja, atau karena emang lagi hari bau gue dihina-hina melulu. *menghela nafas* okeh, kita mulai aja dari..

Senin, 28 November 2011

Apa Kabar UI?

Boro-boro ui, bahkan jurusan yang gue pilih pun bukan hukum. Ngomong-ngomong soal salah pilih, gue rasa ini saatnya gue membuktikan pernyataan gue bahwa semua pilihan itu sama baiknya selama kita jalani dengan sungguh-sungguh. Sebetulnya gue sendiri gak rela mencabut impian gue sebagai anak UI, dan setelah gue pikir untuk mengambil jalan alternatif s2 di UI, gue mendadak takut. takut gak jadi lagi setelah gue mengeluarkan pernyataan yang berkesan omong kosong ini.


Sabtu, 12 November 2011

Membangkang *Lagi??*

Kita sama-sama tahu, gue bukan tipikal orang yang bisa menahan emosi meluap-luap dan keadaan diinjak oleh orang lain dalam waktu yang lama. Gue sendiri gak suka melihat teman gue diinjak oleh orang yang gak sepantasnya menginjak, atau menuduh dalam situasi orang tersebut gak sepantasnya menuduh. Itu satu dari beberapa alasan, gue sering ngelawan guru.

Minggu, 06 November 2011

Kembar Beda Pertumbuhan..

Baru-baru ini, di sekolah gue angkatan kelas X konon kabarnya, ada yang mirip banget sama gue. Info pertama gue dapet dari si Yohanes, dan gue gak percaya. Meskipun gue tau ya, muka gue pasaran, tapi gue gak mo percaya kalo itu bener-bener mirip gue. Berikut satu statement yang dia ungkapkan.


Minggu, 30 Oktober 2011

Bukan Jalan-Jalan Biasa..

Dalam rangka memperbaiki selera fashion gue yang bener-bener parah, sebetulnya beberapa hari ini gue sedang dalam misi mencari-cari cara untuk jadi cewek yang, errrr minimal, bisa tampil rapih dan enak diliat. Kebiasaan keluarga gue yang selalu pake baju lancai *santai* entah mengapa jadi berimbas ke gaya berpakaian gue yang kaos dan celana jeans banget. juju raja, itu gak banget.

Rabu, 12 Oktober 2011

Eksis Hanya Tentang Manejemen Waktu

Setelah survey yang gue lakukan beberapa hari terakhir ini dengan pertanyaan “Eksis itu penting gak sih?” luar biasa, gue mendapat jawaban yang beragam. Karena tadinya gue berpikir semua orang akan berpikir sama seperti gue. “Penting” ternyata, memang tiap kepala, belom tentu sama rambutnya. *alah*. Ada beberapa jawaban beragam mengenai betapa gak pentingnya eksis itu dengan alasan “Emang koneksi apa sih yang bakal lo dapet dari anak SMA?”

Minggu, 09 Oktober 2011

Cosplay=Freak??

Hari ini, untuk menghabiskan hari minggu gue memutuskan untuk ikut sama geng anime di kelas, yang gue sendiri gak ngerti sejak kapan gue jadi ikut-ikutan mereka. Gue rasa sejak gue denger Juvendi ngomentarin gaya pergaulan mereka “Gue penasaran, Mar. kayaknya seneng banget kalo ngobrol rame-rame gitu. Tapi gue sih jujur aja gak pernah nyambung. Gak ngerti gue apa yang seru.”


Minggu, 02 Oktober 2011

Desperate..

Jadi anak bertampang biasa aja, reputasi biasa aja, kemampuan beradaptasi biasa aja, dan pengetahuan yang biasa aja. kadang jadi satu kendala bagi gue. Terutama kalau lo juga seperti gue, punya engko bertampang lumayan, reputasi oke, attitude yang baik, beken di kalangan teman-temannya, kemampuan beradaptasi luar biasa, dan pergaulan yang menetap. Bareng anak-anak borju lainnya,yang keren dan bawa mobil.

Sabtu, 24 September 2011

Untuk Anonim...

Setelah terjangan kestress-an tingkat wahid gue kemarin itu, gue seperti merasa telah di perbaharui, gue merasa kehidupan gue kembali baik-baik saja, lalu gue mendadak tauk apa masalah gue. Gue terlalu stress dan memandang negative atas banyak hal. Ternyata, neting itu mengerikan. Betewe, di postingan gue yang strata sosial kemarin itu ada anonym yang komen. Tolong ya anonym bertanggung jawab, berikan identitas anda secepatnya.

Senin, 19 September 2011

Strata Sosial

Tragedi miris gue yang akhir-akhir ini sering kepanggil guru dan dimarah-marahin udah jadi makanan sehari-hari yang sebetulnya membuat gue sedikit heran. Sejak kapan gue berubah begini drastis???? Gue gak ada semangat ke sekolah. Anyway, gue makin males dan tingkah gue mengerikan. Pokoknya awful banget.


Senin, 12 September 2011

Tips Kencan Pertama Buat Para Cowok

Marisa kembali lagi dengan tips-tips *semoga* mutakhirnya untuk membantu kawan-kawan yang bermasalah dengan sistem percintaan jagad raya Indonesia yang luas ini. tanpa pengalaman, tanpa jaminan, dan tanpa keamanan. Begini, ceritanya si cowok yang gue cerita-ceritain kemarin itu di merepotkan mak comblang, dia sudah berubah berderajat derajat.

Karena ternyata dia ngajak si pujaan hati pergi makan. Nah, masalah kedua tentulah sebagai berikut: HARUS NGAPAIN DIA DISANA????


Senin, 05 September 2011

Ups.. Salah Orang..

Gue punya satu penyakit akut yang sulit di sembuhkan. Namanya penyakit “salah panggil”. Yang paling miris, setiap kali gue melakukan kesalahan ini, teman-teman gue seringnya melengos, pura-pura gak kenal, dan meninggalkan gue yang kebingungan di tengah jalan. Rada ngeselin, tapi toh urat malu gue memang tipis-tipis gampang putus. Bahahahahahaha…


Senin, 29 Agustus 2011

Ke-PENGEN!

“Gue benar-benar butuh pacar!” protes gue di suatu siang sama si fan-fan. gue rasa apa kita berdua terlihat kayak dua jomblo menyedihkan yang karena saking kesepiannya tanpa pacar di sisi jadi sering banget pergi ke mall berduaan. Yeah, bagi gue itu menyedihkan saat lo berdua memang jomblo. Kesannya kita kayak dua cewek kurang kerjaan yang haus kasih sayang.


“Iya, gue juga lagi pengen naksir cowok kyak dulu.” Oke. silahkan amati kalimat dia yang satu ini. “GUE PENGEN NAKSIR COWOK KAYAK DULU” beda antara dia dan gue adalah sebagai berikut.

Fan-fan jomblo karena dia GAK PUNYA COWOK UNTUK DITAKSIR. Sedang gue… ah kalian pasti tahu sendiri.

“Dulu gue punya semangat buat ke sekolah, gara-gara ada cowok yang gue taksir. Minimal, gue punya motivasi setiap pagi gitu..”

“SETUJU!!” gue menjawan dengan semangat 45. Gue juga kangen rasa-rasa semacam itu. kebales gak kebales pokoknya punya gebetan itu rasanya asik banget. Lo akan susah makan, susah tidur, dan susah jalan setiap gebetan lo lewat tepat di depan mata. Hidup lo serasa lebih menantang, karena lo akan menyisakan waktu untuk memata-matai si gebetan dari jauh *oke, ini khusus gue ya*. Pokoknya, hidup lo akan lebih berwarna!

Sedangkan belakangan ini, gue merasa bagaikan remaja hitam putih. Hidup gue gak jauh-jauh dari rutinitas aneh membosankan. Gue udah gak punya waktu memikirkan hal-hal menyenangkan seperti percintaan remaja macam itu. ergh, rasanya pengen gue jambak rambut anjing gue saking frustasinya!

Gue juga menghabiskan liburan ini bukan dengan suatu hal menyenangkan, selain nanti gue bakal ke puncak bisa cuci mata. Tapi sisanya gue di rumah bokap gue. Liat apa? LIAT POHON! Gue membayangkan andai gue punya pacar yang bisa di ajak melancong ke rumah bokap gue, minimal, pohon-pohon itu terlihat lebih berwarna.

INTINYA GUE BOSEN!

Jumat, 26 Agustus 2011

Drunk

Tadi sekitar jam 2 subuh, gue dikagetkan sama ketukan pintu. Gue rada was-was aja, takut maling yang lagi ngendap2 rumah gue. Soalnya abis buka pintu, terus ditutup lagi. Pokoknya parah deh, ternyata yang masuk engko gue. Mukanya merah, terus tiba-tiba dia ngomong.

Rabu, 24 Agustus 2011

Cewek TImun.

Cewek timun merupakan tipe cewek yang kompleks, jarang ditemui, dan sangat sulit di mengerti. Kalo cewek-cewek biasa aja udah cukup membikin cowok pusing tujuh keliling, maka cewek timun ini akan membikin cowok-cowok jedukin pala ke tembok hanya untuk mengerti apa maunya. Gini, gue berteman dengan cewek timun ini sekitar dua tahun terakhir *ya, pasti lo tauk siapa*.


Sebetulnya cewek timun yang gue maksud di sini adalah cewek yang dingin dan adem. Dari luar waktu dipegang kayaknya adem, tapi dalemnya banyak ranjau. Dengan alasan itulah, gue berniat membantu cowok-cowok yang sedang kepusingan ngurusin cewek timun ini, gue pengen bagiin tips lagi. Sebelomnya gue pengen mengenalkan dulu seperti apa sih cewek timun ini.

Dingin. Seperti yang gue bilang tadi, gak terlalu banyak ngomong, cenderung individualis, dan dingin. Kalo lo melihat cewek-cewek heboh di mall dan suka kecentilan sama cowok, man, dia benar-benar telah dicoret dari daftar cewek timun. Yang gue katakana, cewek timun termasuk tipe yang jaim dan menolak untuk gila-gilaan. Konservatif dan gak terlalu suka melanggar jarak sosial cewek dan cowok.

Saran: melihat peluang dari karakternya yang kayak gini, hal terbaik yang dapat lo lakukan adalah menjaga jarak selama aksi pedekate. Man! Atau lo akan bikin dia illfeel tujuh turunan. Cewek timun ini termasuk yang sulit banget di mengerti, dia bahkan bisa menolak cowok ganteng yang dia suka setengah mati. Aneh kan?? Pakailah slogan orang jawa. Alon alon asal kelakon. Jangan agresif. Ini pointnya. Jangan agresif dengan cara lo yang aneh dan teknik pedekate sama cewek biasa. Mereka bisa menjauh!

Misterius. Sebetulnya gue bilang cewek timun ini misterius gara-gara dia gak suka banyak ngomong, kecuali udah nyaman seratus persen. Jadi jangan heran kalo lo sms itu dia Cuma bales dengan lima huruf atau bahkan kurang. Saudara-saudara, LIMA HURUF!! *oh catatan, dia juga ngebales sms temennya selama dua tahun terakhir ini dengan cara yang sama*

Saran: bagi gue, sifat cewek yang kayak gini malah menarik dan cenderung bikin penasaran. Karena masih banyak banget hal yang lo belom tau dan perlu dicari tau. Yeah, gue tau kalo cowok yang suka setengah mati bakal bikin tuh cowok mati kutu tiap deket karena kemisteriusannya itu. artinya, lo jangan dulu mencoba menggali banyak soal nih cewek. Berusahalah menyukai hal yang dia suka.

Menusuk. Alah, lebay deh. cewek timun yang cenderung gak suka banyak ngomong ini sekalinya ngomong akibatnya bisa dua. Lo sakit ati atau jadi tambah gila. Well, cenderung seorang pendengar yang baik dan pemberi saran mutakhir sih, tapi kadang sakit hati aja klo lo curhat *marisa curhat ya?* engg maksud gue, si cewek timun ini juga sering ngasih cowok-cowok kata-kata yang bikin hati nyeri cenat-cenut.

Saran: SABAR!

Manis
. Euh, susah banget gue ngomong ini. Tapi tipe cewek timun ini memang manis, manis-manis pedes. Itu sensasi rasa yang bikin cowok-cowok tambah penasaran. Biar gimanapun, yang namanya timun itu dalemnya berair dan lembek, sekeras dan sedingin apapun kulitnya, lo tetap bisa menggali dalamnya karakter dia. Semua cewek suka cowok yang lembut dan perhatian loh..

Saran: Lo seharusnya mencoba cara-cara yang lebih manis dan jinak-jinak merpati. Cewek suka cowok yang perhatian, kayak yang gue bilang tadi. Perhatian, dari hati. Bukan dari sms. Itu sih percuma, cewek kayak gini bisa muak kalo di perhatiin lewat sms. Itu namanya agresif!

Saran terakhir dari gue, jadilah cowok yang aktif di waktu yang tepat. Hmmnn, gak agresif tapi gak ngebosenin. Entahlah gimana caranya, membuat cewek kayak gini bisa nyaman sama lo susahnya setengah mampus. Tapi enaknya adalah, dia bukan tipikal cewek banyak maunya. Simpel, jadi waktu jadian lo gak akan direpotkan dengan masalah-masalah sepele kayak make up yang ketebelan atau baju yang gak matching sama sepatu.

Emang postingan gue ini random dan gak jelas, tapi semoga aja bisa membantu kalian-kalian di luar sana. Bahahahahaha *blogger tak bertanggung jawab*

Kamis, 04 Agustus 2011

Image Baru di Tahun Ajaran Baru

Memasuki tahun ajaran baru 2011, dan gue lagi-lagi terdampar di negeri antah berantah bernama IPS *ya eyalah, ngayal aja lo mendadak ngumprek di IPA*membuat gue tertarik membuat image baru. Yang sebelomnya gue terkenal dengan kegilaan mulut gue yang gak bisa stop ngobrol, kali ini gue pengen buat dua image baru.



Satu. Miss Telat

Dua. Miss Kepoh.

Okeh kawan-kawan.s ejujurnya image ini bukanlah hal yang di sengaja, maksud gue. Serius, gue gak maksud untuk telat setiap pagi, skotjam 15 kali, dan memikirkan alasan yang berbeda-beda setiap terlambat. Mati lampu dan telat bangun udah klise, jadi gue berfikir sebagai siswi kreatif, gue harus memikirkan alasan yang lebih WAH besok. Oke, maksud gue semoga gue gak telat sehingga perlu memikirkan alasan yang WAH besok.

Image Miss Kepoh akan gue bahas nanti. Gue sebetulnya gak berniat untuk telat setiap pagi dan bikin wali kelas baru gue makan hati. Serius deh, itu semua ketidak sengajaan semata.dan memang bener, semua anak Jakarta tau kan? Kalo baru-baru ini gardu PLN lagi dibenerin, jadi rumah sering mati lampu pagi-pagi?

Kejadian selanjutnya, si Miss Anita guru inggris sekaligus cs gue sekaligus anti gue, udah berkali-kali ngamuk gak karu-karuan gara-gara gue yang selalu telat tiap pagi. Lalu pagi ini, karena gue stress berat karena kasus baru *dan ada hubungannya dengan image baru gue sebagai miss kepoh* membikin gue gak bisa tidur semaleman. Walhasil, gue bangun pagi! MAN! GUE BANGUN PAGI!

Itu artinya gue masih sempet merasakan panggilan alam sambil merenung di toilet *ah kegiatan favorit yang jarang terjadi*, ngopi, dan sarapan nasi. Hebat. Ternyata bangun pagi itu seru juga! Lalu dengan langkah gontai gue berjalan ke sekolah, entah gue lagi beruntung atau apa, gue ketemu si indra di jalan yang menawarkan ojeg, jadi intinya gue berangkat dengan sangat cepat ke sekolah. Well, lo bisa bilang gue males jalan karena jarak dari rumah ke sekolah itu masih satu kompleks, gak perlu naik kendaraan dan lewat jalan raya.

“MARISA GAK TELAT WOY!!” si kin-kin monyong tiba-tiba tepok tangan lalu berseru-seru, gue yang masih setengah celeng dan merem jadi kalap dan ikut tepok tangan juga sambil cengar cengir idiot. “Oh iya iya.. hebat ya gue gak telat!! Hebat hebat!!”

“JU JU! MARISA GAK TELAT JU!!” kata si Kin-kin lagi sambil nereakin Juvendi di depan kelas. Trus si Juju masuk trus nyengir-nyengir liat gue gak telat. Saudara-saudara sekalian, sindiran teman-teman seperjuangan gue gak cukup sampai di situ loh ya..

“Marisa kok tumben sih dateng pagi?” yang ngomong ini cewek manis pengurus kelas gue. Oke… oke… kalian benar-benar memotivasi. Belom lagi si Yohanes yang juga heboh ngeliat gue udah dateng lebih dulu dari dia. Oke lo pada benar-benar…. *speechless*

Mari kita lanjut pada imej kedua gue. MISS KEPOH. Begini, jujur, maksud gue gue bukan berniat jadi anak freak, nerdy, dan sok aktif di kelas. Tapi gue dan partner gila-gilaan alias si Juju bercita-cita mengubah sekolah kita! Gue pengen sistem pengajaran di kelas lebih aktif dan komunikatif, tentunya dengan itu teman-teman gue butuh pelopor. Jadi begini, gue rasa gue bisa jadi pilar perubahan. Tapi toh ternyata gue malah dapet cemoohan seperti “Makanya lo gak usah gaya..”

Masalahnya sepele, guru sosio gue marah sama dua temen gue yang tidur di kelas. Lalu dia bertanya..

“Emang harus bagaimana ibu mengajar kalian? Mana ada yang berani kasih masukan??”

Dengan nekatnya gue angkat tangan, tentu hemat gue, gue cukup deket sama guru ini, dan pernah moderatorin dia pas MOS waktu lalu, lagipula, dia nanya pendapat kan?

“Kenapa gak pake sistem diskusi aja, Bu? Kira-kira memperlambat gak?”

Dan entah mengapa, si ibu keliatan sewot, lalu dia nanya ke satu kelas dan mendapat jawaban “Jangan bu, ibu aja yang jelasin.. bla.. bla.. bla..” itu artinya gue jadi beda sendiri. Err, maksud gue si juvendi juga terlibat. Dia mendukung pernyataan gue dan satu lagi cewek yang sebelom gue kenal deket gue pikir dia anak genk motor kayak genk nero gitu.

“Kalo begitu, hari Kamis, Marisa dan Juvendi menerangkan halaman 33 sampai 39 di depan. Buat kelompok diskusi 4 orang.” GLEK. Gue yang emang paling gak bisa ditantang orang langsung ngangguk mantap. Gak perduli akan apa jadinya nanti. Pokoknya nganguk aja doloooo!!! Gue pikir gue gak salah, jadi kenapa gue harus takut dan keberatan di tantang semacam itu? gue pernah ada insiden gencat senjata sama guru gini sih sebelomnya, tapi gue pikir guru sosio gue ini produk open minded dan demokratis, pada saat itu gue gak nyangka dia kok begini.

Dan sebetulnya ini yang menyebabkan gue gak bisa tidur malam tadi. Gue terus mikir, sebetulnya tindakan gue tepat atau enggak, meninjau banyak temen-temen yang jadi gak suka sama gue dan nganggep gue sok pinter. Well, bukan itu loh niat gue. Gue benar-benar mengharapkan perubahan dengan cara belajar teman-teman sekelas gue. Mengingat kelas kita kelas ujian, dan gue gampang bosen di kelas! Tapi toh akhirnya gue dan juju memutuskan untuk minta maaf rame-rame. Tololnya, si ibu Cuma senyum lalu ngomong..

“Kalian gak salah. Kan yang minta pendapat memang ibu, coba aja dulu kalian ngajar di depan, nanti akan ibu bantu kok.” Ternyata memang sesuai dugaan, guru gue ini open minded dan demokratis. Oke anggap aja dia melihat potensi gue sebagai calon pengacara yang emang harus berlatih ngomong di depan umum *niihihihihihi* leggaaaaaaa…

Dan ternyata jadwal gue ngajar *ibaratnya gitu* diganti gak jadi hari ini. Hari ini guru sosio gue berhasil membikin satu kelas mempresentasikan jawaban kerjaan rumah mereka. Alasan mereka jawab itu dan sebagainya, jadi minggu depan katanya baru giliran gue. Gue pribadi sih selalu siap buat tantangan apapun. Meskipun kuis gue numpuk, kerjaan gue banyak, dan projek gue gila-gilaan.. *merenung ala anak kaye yang merana* hiks. Gue pasti bisa!

Jumat, 29 Juli 2011

Wibawa, Satunya Berapa Duit, Ya??

Bukan gue mau sok keren atau sok sibuk, tapi hari-hari ini gue emang udah gak ubahnya wanita karir yang entah mengapa hampir gak punya waktu untuk diri sendiri, memenuhi kewajiban-kewajiban lain yang gue anggap sebagai prioritas. Tentunya sekolah bukan salah satunya. Errr ya prioritas juga sih, secara gue gigit jari ngiri ngeliat temen sekelas gue yang berprestasi dan dikejar2 sama humas universitas, supaya dia BERSEDIA ngambil beasiswa di univ yang bersangkutan. Gile abis man..



Betewe, dua bulan ini gue sudah menjalani kerja sampingan jadi asisten enci gue tercinta buat ngurusin pabrik, dengan iming-iming gaji kecil, dan jam kerja panjang, gue pikir gapapa. Lumayan aja gue ngerasain dapet gaji. Wekekekekek, lagipula, yang mo gue cari itu pengalamannya. Pengalaman di tinggal dan ngurusin karyawan. Lalu enci gue sudah mengancam dengan kalimat .. “Inget loh ya, kamu kerja gak boleh seenaknya. Harus bertanggung jawab. Dulu wktu cece kayak kamu, mo cuti jalan2 aja di caci maki sama si papa.” Gleks.

Gue gak merasa sekolah gue jadi terlantar sih, meskipun gue dapet shift malem yang artinya jam kerja gue dari jam 6 sore sampe paling lama jam 3 pagi, lalu hari berikutnya gue sudah harus sekolah. Dan gue memang sudah pernah mengalami tidur tiga jam, berangkat ke sekolah, lalu terlambat, dan disuruh skotjam. Well, gue rasa guru-guru sudah familiar dengan insiden terlambatnya gue ini. Huks.

Tapi gue pikir itulah konsekuensinya menerima tawaran ini. Gue rasa gue mulai rakus. Rakus peluang, dengan prinsip ambillah kesempatan sebanyak-banyaknya maka kamu sukses, lantas beginilah jadinya gue. Kehidupan dan kesenangan hampir terbengkalai. Karena pepatah nya orang sukses bilang, sekarang susah, nanti tinggal ongkang kaki, y ague pikir gak ada ruginya juga melakukan hal-hal yang belom pernah gue sangka sebelomnya. Contohnya, belajar jadi manajer. Bahasa kerennya sih gitu, ketemu karyawan-karyawan pabrik, dan gue kudu jadi mandor mereka. Ya bahasa kerennya manajer kan?

Dulu gue mikir jadi ketos itu gampang. Alah tinggal merentah, duduk, dan mengamati. Lagian gue udah pinter ngomong, modal utama ketua itu kan bisa ngomong dan rapat di depan. Apa susahnya? Gue juga galak kok. Gue bisa memarahi orang lain sesuka-suka gue. Pada akhirnya orang nurut juga sama gue. Ternyata pernyataan itu di bantah habis-habisan oleh pengalaman gue belakangan ini. Ya eyalah, dikata ngurusin anak monyet bisa kayak gitu??

Menghadapi orang-orang yang notabene berhidup keras, membuat gue semakins ulit menghadapi. Gak kayak enci gue yang bim salabim jadi bos, ngatur, dan semua orang hormat sama dia selaku penghasil uang mereka. Gue sendiri bingung dari mana enci gue mendapat pelajaran kepemimpinan itu. gue jadi terlihat minder kalo barengan sama enci gue, kayak ada awan mendung mengelilingi kepala gue, dan matahari di wajah dia. Jadi ibaratnya, karyawan2 itu serasa dapet pencerahan tiap ada enci gue dan dapet hardikan setiap giliran gue. Cih. Lama-lama sabar gue menipis deh.

Gue sudah mencoba berbagai macam tak tik sesuai yang di sarankan enci gue. Dari cuek, galak, sampe miss nyinyir yang suka nyindir. Gue masih belom mendapatkan satu kata itu. wibawa. Gue belom bisa meruntuhkan pertahanan orang lain dengan sekali delikan mata, atau membuat orang nurut hanya dengan satu kata. Well, enci gue juga belom sampe segitunya sih. Tapi minimal, bokap gue gitu. Penghambat gue adalah.. “Gue gak gaji mereka loh, mereka juga tau, gue ga gaji mereka. Yang gaji kan enci gue..” lantas apa yang membuat mereka harus nurut sama guee???

Nah ini tantangan buat gue. Gimana caranya gue punya wibawa, mereka patuh, dengan kesadaran, gue bahkan bukan bos mereka. Cuma mandor gitu loh.. kepala gue makin mumet aja bawaannya. Betewe, untungnya hari ini cukup santai, gue bisa ngeblog lagi. Ahaaaaa.. gue benar-benar harus mengeluarkan uneg2 terberat gue beberapa hari ini. Hingga detik ini kepala gue masih tersangkut mengenai wibawa dan wibawa. Aduh, gue sampe berusaha mengadopsi gilanya Bu Siska dan horornya Pak Her guru akuntansi gue yang unggul dengan wibawa mereka.

Oke, ini namanya praktek kerja dunia nyata. Buat gue, gak ada gunanya dengan anyo-anyo guru ekonomi mengenai manajemen atau kewirausahaan, tanpa gue merasakan dan terjun langsung kedalamnya. Ah gue pkir teori-teori yang gue pelajari di sekolah hanya akan jadi bullshit tanpa ada pengalaman.

Quotes buat gue kali ini. Bersyukur atas jalan hidup gue yang terlihat begitu terarah. Maksud gue, hal-hal yang gue dapet dan kebetulan-kebetulan seperti dapet kesempatan dan kehilangan kesempatan itu pasti mendukung suatu hal yang menjadi masa depan terbaik gue. Oke, HIDUP MARISA!

Rabu, 13 Juli 2011

MOS M-O-S

Dengan alasan betapa pentingnya berita yang hendak gue sampaikan kali ini, gue update blog, dengan alaynya Cuma buat cerita, kalo dua hari ini gue RESMI jadi panitia MOS dan ngerjain anak orang di sekolah. Oke gue kayaknya gak perlu menjabarkan lagi ya betapa susahnya jadi panitia seperti, GAK BISA BERCINTA DENGAN BANTAL GULING SAMPAI SIANG. Well, itu hanya satu dari sekian alasan. Lagian, perlu gak sih gue juga cerita kalau suara gue yang indah ini harus gue korbankan membentak anak-anak itu dengan alasan, menjiwai peran sebagai senior antagonis, dan memenuhi skenario.



Atau, apalagi kita tahu ya, sepertinya junior-junior dua tahun di bawah gue itu merupakan sarangnya cewek-cewek sengak yang gue agak gak ngerti otaknya itu dibuat dari apa. Jangan-jangan dari udang ya? *kata orang kan otak udang.* hari pertama MOS benar-benar menghancurkan mud gue secara gue udah bangun jam 5 pagi dan berangkat kesekolah dalam keadaan gelap. Oh yeah, begini kira-kira peraturan-peraturan mos nya.

Panitia gak pernah salah. Kalau panitia salah liat peraturan sebelumnya. Gak boleh lebih tinggi dari panitia. Setiap ketemu panitia harus nyapa, pagi ci, pagi ko. Seragam rapih dan lengkap. Gak boleh kurang ajar, songong, atau ngetawain panitia.

Di MOS kali ini gue gabung bareng panitia SMP dan juga anak2 SMP satu yang juga di kerjain. MOS tahun ini sedikit berbeda karena ada campur tangan guru-guru, dan juga kali ini, kita ada 5 sesi yang gue yakin bikin mata mereka *termasuk gue* tambah sepet. Entahlah, dari SMA gue alergi dengan bangun pagi. Hebatnya gue bertugas jadi moderator untuk kelas “Free sex” yang kata temen-temen gue itu memang cocok sama gue. Jadi sepanjang perjalanan MOS di hari pertama itu, gue tidur saat sesi narkoba. Dan tebak apa saudara-saudara????

GUE TIDUR SEWAKTU JADI MODERATOR!

Maksud gue, tugas gue memang membuka dan menutup sesi atau jadi pembicara cadangan kalau-kalau si presentator ada halangan atau apapun. Oh yeah FYI, gue kebagian koordinator indoor bareng mister alvian, sesuai wejangan dari senior gue yang terdahulu. Gue harus aktif di osis, dan jangan jadi anak pasif. Karena tadinya gue juga udah gak mau MOS, karena di paksa, jadi pasrah, ya sudahlah, apa daya.

Oke, balik ke kasus tadi, sewaktu gue udah beres membuka, si presentator buka sesi tersebut. Lima menit pertama, gue masih melihat wajah-wajah sumringah mereka yang mendapat topic menarik ini. Sepuluh menit kemudian gue tahu, dalam suasana yang kayak gitu, gak perlu lima menit bagi gue untuk terkantuk-kantuk dengan mulut mengaga dan ileran. “Ayo mar. jangan tidur!! Lo gila, lo ada di depan kelas, Man! Mo ditaro mana tuh wibawa kalo lo tidurrrr???” begitulah kira-kira gue mensugesti diri gue sendiri. Karena kebetulan memang gue duduk di sebelah si pembicara yang berarti di depan kelas, di depan para junior. Ah… nanas.

Tapi toh akhirnya gue tidur juga. Sebodo teying deh, gue taro di kantong aja tuh wibawa. Mata gue sepet banget, ya sudahlah akhirnya gue menutup mata pake tangan, di menit berikutnya kepala gue godek-godek kayak patung hokben, gaya berikutnya bisa tiba-tiba gue kebangun trus ngeliatin pembicara trus ngeliatin peserta, trus tidur lagi. Sampe akhirnya gue bangun wktu ditanya si pembicara ada lagi yang mau di tambahin atau enggak.

Gue menjawab dengan mata setengah melek, dan mulut yang masih nganga, lantas gue tersadar. Kalo gue masih sesi. Akhirnya kayak robot lagnsung aja gue bangun dan nanya apa ada pertanyaan atau enggak. So far, acara sesi sesi ini berjalan lancar selain di hari pertama itu. dan ternyata terjadi sedikit konflik, banyak junior gue yang update status jelek-jelekin panitia. Gue jadi mengingat masa lalu, dimana angkatan gue pun juga begitu. Sedihnya mereka, panitia kita langsung print out saksi elektronik itu dan dilaporin ke guru yang dalam kasus ini juga bertanggung jawab. Habis lah mereka2 yang di sebut namanya ke bombardir oleh bu siska.

Penutupan berjalan lancar, yang gue kaget satu cowok aja. Anak baru, badannya gede, item, dan sangar. Dia juga ikut ngatain kita di facebook, dan sewatku ada sesi maaf-maafan, tiba-tiba dia maju lalu NANGIS. Gue agak lucu aja liat cowok stereotype preman gitu nangis sambil meluk-meluk panitia2 cowok gue. Tapi gue akui dia cukup gentle. Acara kita akhiri dengan hati tanpa dendam dan segalanya yang kelihatan berjalan baik.

Meskipun di siangnya, si Lukas ada ngebentak satu cewek yang juga jelek-jelekin kita, dan dia berani bentak satu panitia cowok gue lagi. Tapi toh begitu si Lukas buka suara, tiba-tiba dia gemeteran, lalu kalah dengan telaknya. *ya eyaaallaaaahhh… helloooo ini Lukas boy yang bentakk* sebetulnya insiden seru di pagi hari ini gak gue liat sih. Gara-gara ketelatan bangun dan rada pusing ngaret sampe jam 9. Oke, gue memang bukan panitia sesuci itu. minimal lumayan aja hari pertama gue dateng pagi-pagi.

Acara mos di hari kedua cukup menyenangkan, selain gue bisa ngerjain mereka dengan hal-hal lucu, dan konyol. Kita ada acara sedih-sedihan juga, lalu terakhir gue kembali senang karena ada junior yang ngasih coca cola waktu gue lagi aus-ausnya *aih, maklum lah senior favorit* enggak juga seh, sebenernya semua dapet minuman, dia kasih ke gue pasti karena iba, setiap ada junior lewat gue pasti bilang “Ih adek, asik lo ya minum. Nikmat, gue auuusss banget.” trus tiba-tiba dia bilang “Cici mau? Nih gapapa, usus aku bermasalah gak boleh minum coca cola..”

lalu gue dengan wajah ga enak. “Ah, enggak dek. Cici Cuma bercanda lage.. *ketawa mesem*”

“Serius ci, percuma aku gak minum juga..”

Sedetik kemudian. “oke. bener ya buat cici ya??? Makasih dek..” langsung gue renggut coca cola itu dengan penuh kemenangan dan mendapat ledekan iri dari yang laen. “Ih enak banget lo mar, minuman anak orang di palak..”

Cukup lucu dan seru bisa dijadikan satu pengalaman gue nge mos kayak gini. SMP jgua sih, tapi anak SMP masih pada polos dan nurut. Kurang berkesan. TWO THUMBS UP, buat panitia-panitia dan peserta MOS taun ini yang sudah menambah semaraknya panggung sandiwara sekolah kita. Prok prok prok!

Sabtu, 02 Juli 2011

BiNus dan Koko Ganteng

Masih bersama Marisa dengan kisah membosankannya yang cukup menarik untuk ditulis ulang. Gue dan teman-teman seangkatan lagi di hadapkan pilihan yang sulit. Tak lain tak bukan universitas. Dan sebetulnya topik ini udah gue bahas ratusan kali di blog. Sebetulnya pilihan ini jadi semakin sulit karena visit campus yang diadakan *sejauh ini baru dua kali ke BInus dan UBM*,,
Anyway, beberapa minggu yang lalu gue visit ke BiNus, terus gue ketemu koko ganteng yang jadi guide nya kita. Errr, gak ganteng-ganteng banget sih, rambutnya rada gondrong bikin illfeel, lalu cara dia make kemeja dan dasi itu bikin gue yang ngeliatnya jadi geraaahhh. Setelah gue mengunjungi workshop business management yang sempet bikin pal ague muter-muter saking bosennya dan membuat gue berfikir ulang ratusan kali, “Hell, serius lo kuliah kayak ginii????”


Gue keluar lalu ngikut barisan si koko bareng kumpulan temen yang lain. Gue sih yang paling antusias berdiri di deket-deket dia. Eh jangan salah, bukan naksir, tapi suara dia itu loh. Errrggh! Dikata gue Edward Cullen yang punya kemampuan pendengaran ultrasonic? Mana gue denger apa aja penjelasan dia kalo gak deket-deket?

Kesan gue buat binus sih nih kampus oke juga. Meskipun biayanya oke saking okenya bikin gue lemes, terutama kalo lo ambil double degree geto. Aihssss.. betewe, dalam tengah perjalanan si koko menawarkan rombongan kita pada mau liat perpustakaan atau langsung aja ke bagian admisi buat ngambil makanan.. lalu dia nanya begini..

“Ehhh, kalian.. ehm, mau ke perpustakaan gak? Atau.. ehm, mau langsung ke admisi?” dia bertanya dengan suara semacam itu pada PULUHAN murid kaye. HELLO KOKO??? Gue sampe sempat ngira-ngira apa nih koko keturunan ningrat yang anti ngomong kenceng atau gimana ya? Dari gayanya yang rada necis, kulit putih, dan muka lenje sih kayaknya emang cocok sama suaranya yang lemah lembut begitu.

Dia bertanya itu sekitar tiga kali tanpa mendapat tanggapan dari teman-teman gue sama sekali. Gue yang berinisiatif terdorong rasa iba dan sok kepoh teriak buat ngebantuin si koko ganteng tadi. Dan semua teman gue tentu tahu, bukan pendengaran gue yang supersonic, tapi suara gue yang ultra sonic. Dalam sekejapan temen-temen gue diem. Suara lantang dan tegas merupakan satu kunci agar lo didengar orang lain *quote Marisa*

Trus dia lanjut.. “Yang mau ke perpus angkat tangan..” bahasa sama Indonesia, logat sama Jakarta, tapi tetap aja, gue PERLU menerjemahkan kembali bahasa dia pada teman-teman gue. Akhirnya kita baris dan di ganti librarian di sana yang guide kita. Lumayan, perpustakaannya juga gede dengan indoor dan outdoor. Gile, asik bener kalo gue bisa kuliah.. aih jadi pengen..

Kemudian pada keluar dari perpus menuju admisi buat ngambil makan, emang dasar kebiasaan gue suka kebelet pipis. Gue jadi nanya si koko yang rencananya bakal nemenin temen-temen yang laen.

“Ko, wc dimana ya?”

Dia nunjuk. “Ga ada yang lebi deket ko?”

“Disana sih paling deket. Ada lagi di sana..” dia nunjuk satu tempat. Sebetulnya sih peta dia sama pet ague beda. Maksudnya waktu dia nunjuk tempat yang deket gara-gara jari dia nunjuk ke belakang gue pikir jauh banget.

“Ah yaudah deh ga jadi males, jauh.”

“Enggak jauh kok, saya anter deh.”

Lalu dia nganter gue ke toilet yang ternyata gak jauh-jauh banget. baek juga nih koko gue pikir lagi. Tentu aja gue dengan pengetahuan bahwa si koko bakal langsung nyusul rombongan laen bikin gue lamaan di wc, sekalian ngeliatin anak kuliahan yang lagi danda. Euh, oke banget. Kaget waktu gue keluar ternyata si koko nungguin di luar, terus seperti adegan novel-novel yang najis gue keluar berdua sama si koko sambil chit chat ringan seperti..

"Oh kita dapet makan juga ya, ko.. kirain snack doank.." atau "Eh makanannya enak gak ya, perut aku udah bunyi neh.." *jaelaaah, Marrrr.. ga ada topik laen lo ya..*

Oh yeah betewe, ini pertama kalinya gue liat cowok gentle gini. Waktu lagi jalan, ada jalan becek buat langsung ke admisi biar lebih deket. Waktu gue mau langkah tiba-tiba si koko bilang gini.. “Jangan lewat situ deh, becek. Muter aja ayok..” errrrrr PLEASE DEH koko.. beceknya lagi di atas aspal juga gak bakal bikin kaki gue tenggelem.

“Gapapalah ko, becek gini doank.” Si koko yang udah keburu jalan agak jauh kedepan, jadi balik lagi ngikutin jalur maksa gue. Lalu dengan baiknya juga dia ngambilin makanan gue dari dalem admisi. Dengan penutup terima kasih gue langsung masuk kebus.

Waktu di bus gue cerita soal koko ganteng ini ke Fan-Fan, “Lah, pantesan si kokonya ilang tadi sampe dicari-cariin..”

Koko ganteng dengan rambut najis itu bikin gue terkesan kali itu. punya sopan santun, tata krama, sikap, dan tanggung jawab. Keliatannya sih geto. Yang pasti di depan orang-orang dia gentle biarpun suara dia seimut Cinderella. Asal jangan sampe dia gay, bisa patah hati cewek-cewek di dunia.. Ko, lo gak gay donk???? Setelah gue inget-inget baru aja gue posting tulisan tentang gue belom pernah ketemu cowok gentle di Merepotkan Mak Comblang yang lalu. Eh besokannya mata gue baru di buka bahwa cowok yang menawan masih tetap ada di muka bumi ini.

Sabtu, 18 Juni 2011

Bangsal Tua


Aku mengingat pohon ini. Aku mengingat bangku taman ini. Aku hanya lupa kenangan apa yang kupunya dengan dua benda ini. Aroma jeruk dan mint yang berbaur, mengingatkanku pada aroma seseorang. Ah entahlah.. aku merasa mulai gila akhir-akhir ini. bangsal putih yang serupa penjara itu rasa-rasanya telah membuatku kehilangan diriku sendiri. Aku segan berbicara dengan orang lain, seperti hal yang sangat buruk telah terjadi padaku, menimbulkan trauma dan halusinasi yang mendadak muncul. Kadang aku merasa bahagia, dan kadang aku merasa sedih. Ya, seperti orang gila. tapi aku tidak gila.



OoooooO

“Danang, gimana rencana kita? Jadi kan, kita membagi-bagikan makanan ke bangsal yang baru dibangun?”

Serius. Kadang aku sangat membenci hidupku yang bekerja di sebuah lembaga sosial, teman-temanku selalu berasa sok pahlawan dengan mengadakan kegiatan untuk menopang kelangsungan panti-panti sosial yang membosankan dan errr, agak mengerikan buatku. Hanya tuntutan moral pekerjaan yang membuatku masih bertahan bergaul dengan mereka, dan dengan terpaksa mengikuti kegiatan sosial yang mereka adakan.

“Yeah..”

“Tidak begitu menghayati pekerjaanmu, ya?”

“Andaikan aku punya pilihan, aku akan segera meninggalkan semua omong kosong ini!”

Beno nyengir mendengar pernyataanku, dari seluruh orang-orang membosankan yang terjebak di tempatku bekerja ini, buatku Beno yang terbaik. Dia asik di ajak hang out dan have fun. Beno memang penakluk wanita, dengan latar belakang keluarga konglomerat, sampai hari ini aku belum mendapat jawaban jelas. Mengapa? Mengapa pekerjaan ini?

“Ayolah kita berangkat saja. Danang, Danang. Seharusnya kau tahu mengapa papamu menahan harta warisannya sebelum kau menunjukan jam terbangmu sebagai pelayan sosial selama lima tahun ini.”

Aku menimpuk Beno dengan kotak biskuit yang ada di dekatku, ya benar. Ayahku, seperti kebanyakan pengusaha lainnya sangat nyentrik. Dia juga sangat perduli dengan kegiatan-kegiatan sosial yang kerap kali di adakan oleh rekan-rekan bisnisnya. Ah orang-orang sok pahlawan akut! Lihat saja tingkahnya, alih-alih memberikan jabatan manajer buatku, dia malah memaksaku bekerja di tempat aneh ini.
OoooooO

Bangsal putih ini terlihat begitu angker, temboknya sudah terdapat retakan di sana-sini menyerupai urat nadi yang mengalirkan darah membuat orang-orang di dalamnya tetap hidup. Orang-orang gila itu terkurung di dalam sel-sel yang telah di siapkan, takut membahayakan para pengunjung. Dengan jijik aku membagikan kotak-kotak makanan satu-persatu untuk mereka. penampilan mereka tidak begitu baik dan sopan untuk menyambut kami. Benar-benar terlihat.. uhh.. gila.

Seorang wanita dengan rambut yang acak-acakan, dan seragam yang sudah compang camping, mendobrak sel itu dan hendak menyerangku. Sialan, aku sudah bilang, orang gila ini mengerikan! Aku ngibrit setelah melemparkan kotak makanan itu ke dalam selnya,

“Brengsek! Laki-laki brengsek!”

 “Dasar orang gila.”

“Dia mantan sekertaris seorang pemilik perusahaan swasta yang besar, dan diperkosa habis-habisan oleh rekan-rekan bisnisnya. Uang mereka berhasil membungkam raungan keluarganya yang histeris, dan menjebloskan gadis itu ke tempat ini.”
OoooooO

Angin fajar berhembus membuatku sedikit menggigil karena cuaca akhir-akhir ini memang sedang dingin-dinginnya. Aku suka pagi hari, aroma embun yang menguar, burung-burung yang sudah siap menjalankan aktifitas, bahkan pohon-pohon yang berderak-derak kesana kemari tertiup angin. Hatiku serasa ringan setiap kali berdiri di atas rumput yang lembut dan menikmati dalam-dalam nuansa pagi.

Aku tidak tahu mengapa melakukan ini, tapi gadis yang kukenal bernama Rani sedang duduk di atas kursi rodanya menemaniku menikmati pagi hari. Dia tidak cukup gila untuk menyerangku lagi. dia duduk tenang dan bungkam, tidak mengucap sepatah katapun.

Kupetik setangkai bunga liar berwarna ungu, yang sering tumbuh di pinggiran jalan, lalu kuberikan bunga itu untuknya. Dia menatapku dingin, lalu mengambil bunga yang kuberikan dan menaruh benda itu di pangkuannya.  Hanya setengah jam yang kupunya untuk bisa menemaninya jalan pagi, itupun setelah aku memohon-mohon dengan susah payah kepada si dokter.

“Aku suka tinggal di sini.” Katanya dengan suara yang lembut. “Aku bukan orang gila.”

“Ya, aku tahu kau tidak gila.” tentu saja, kau tidak merasa gila jika tinggal bersama orang gila!

“Aku tahu gila itu apa..” lalu dia menghela nafas “…Gila itu adalah sebelum aku berada di sini.”

Kutaksir umurnya berkisar dua puluh hingga dua puluh lima tahun. Rambutnya ikal alami, dan berwarna hitam pekat. Matanya begitu jernih, dan selalu terlihat berair, mengingatkanku pada mata ibuku yang sering menangis. Hidungnya bangir, dan bibirnya tipis setiap kali mengulas senyum. Sayangnya, dia jarang tersenyum. Ehm.. padaku. Kadang kala, saat mengamatinya dengan teman-teman sebangsal, dia sering tersenyum dan tertawa terbahak-bahak.

Kuraih tangannya dan kuajak dia duduk bersamaku di bawah pohon angsana yang terlihat tua dan lebat. Rasanya begitu teduh dan menenangkan. Tangan Rani dingin dan pucat, jari-jarinya begitu kurus juga rapuh, membuatku merasa canggung saat menggenggam tangannya, takut tangan itu hancur remuk dalam genggamanku.

Intensitas pertemuanku dengan Rani semakin sering, bangsal itu sudah seperti rumah kedua bagiku. Beno bahkan sempat membuat lelucon bahwa aku berpacaran dengan gadis gila. Aku tidak mengenal Rani sebagai seorang gadis gila. Aku mengenal Rani sebagai gadis dingin yang tidak suka bicara. Dia… seperti langit malam yang pekat buatku. Langit malam yang menyembunyikan pagi dan matahari.

Hingga suatu sore, dia histeris dan meracau tak karuan. Aku hanya menangkap sebaris kalimat ini.. “Mereka akan membunuhku!! Mereka semua akan membunuhku!!” Suster-suster di dalam bangsal menjadi heboh menyiapkan suntikan bius agar Rani menjadi tenang, dan tertidur. Hingga aku meninggalkan sosok pucatnya yang terbaring kaku di atas ranjang. Kata-katanya membuat ngeri. Mereka menganggap itu hanya halusinasi orang gila semata. Tidak, aku tidak merasa begitu.
OooooO

Suatu malam kami duduk berdua di bawah pohon angsana tempat favoritku. Dokter sempat melarangku bertemu Rani dengan alasan, dia masih terlihat labil setelah insiden waktu itu. bagaimanapun, aku selalu berhasil membujuknya, kan? Rani hanya membungkam seperti biasa. Aku merasakan ketenangan yang lain malam ini. ketenangan yang tidak seperti biasanya terjadi di antara kami.

Tangannya meraih tanganku, dan hari ini dia yang menggenggam tanganku. Kucoba memeluk tubuhnya yang semakin ringkih. Harumnya seperti buah-buahan dan gula yang manis. Kadang kala, dia beraroma seperti jeruk dan mint. Dia memiliki berbagai aroma yang menyenangkan buatku.

Sudah dua bulan aku rutin menjenguknya di dalam bangsal ini, hingga rasa-rasanya aku sudah lupa dengan kehidupanku yang biasanya. Rani membuatku tergila-gila. membiusku dengan keheningan yang akhir-akhir ini menjadi nuansa kesenanganku, menyihirku dengan aroma malam yang kadang menenangkan seperti embun pagi. Aku merasa berada di dekat matahari saat kedinginan setiap bersamanya. Wajah yang pucat dan tirus kini menjadi hal pertama yang kuingat setiap pagi.

“Aku akan jadi gila jika kau benar dibunuh..” ucapku pelan, hingga hanya menyerupai bisikan.

Rani menggeleng, “Kau bukan orang gila. Kita bukan orang gila..”

“Sudah larut, pasti si kumis itu sibuk mencarimu. Ayo kembali..”

OooooO
Bangsal terlihat begitu ramai siang ini, tidak seperti biasanya. Entah bagaimana, aku mendapat firasat yang tidak enak. Kakiku berderap masuk menelusuri keramik putih yang sudah menjadi cirri khas tempat yang buatku angker ini. Suster dan Dokter berlalu lalang ke sana-kemari. Kulihat pria-pria berseragam polis berdiri sambil meminta keterangan beberapa suster. Perasaanku semakin gundah. Derap kakiku makin cepat hingga aku setengah berlari, dan aku tahu tempat apa yang kutuju.

Seorang polisI berseragam berdiri di dalam sel Rani yang kini kosong. Tidak, tidak kosong. Sel yang putih itu di nodai oleh darah yang mengering. Baunya anyir dan busuk, menyengatku hingga aku mengernyit jijik. Kenapa? apakah ada yang bunuh diri di dalam sel Rani? Apa Rani di deportasi ke bangsal lain? Iya, pasti Rani di deportasi ke bangsal lain.

Ranjang yang kutahu dipakainya tidur setiap malam kini menyerupai gumpalan kain kecoklatan yang busuk. Begitu menjijikan.


“Rani…” aku berkata lirih. Aku ingin mencari Rani ada di mana. kakiku berbalik dan hendak berlari mencarinya, sebelum seorang suster yang sudah kukenal menghentikan langkahku.

“Rani di mutilasi kemarin malam. Aku hanya melihat…”

Tubuhku mendadak dingin dan kaku. suara suster itu kini hanya berupa dengungan di telingaku, lututku lemas, dan aku terjatuh di atas lantai. Kepalaku kini berputar-putar melihat orang-orang berwajah aneh mengelilingiku dengan pandangan yang ganjil.

OoooO

Sore yang jingga, matahari hendak beristirahat dan menyempil di antara langit yang menguning. Aku terduduk di bangku taman yang rapuh termakan rayap. Hanya tersisa beberapa bongkah kayu agar menopangnya tetap berdiri. Rumput yang basah terselip di antara sandalku, jari-jariku tertusuk oleh ujung-ujungnya yang tajam.

Aku mengingat pohon ini. Aku mengingat bangku taman ini. Aku hanya lupa kenangan apa yang kupunya dengan dua benda ini. Aroma jeruk dan mint yang berbaur, mengingatkanku pada aroma seseorang. Ah entahlah.. aku merasa mulai gila akhir-akhir ini. bangsal putih yang serupa penjara itu rasa-rasanya telah membuatku kehilangan diriku sendiri. Aku segan berbicara dengan orang lain, seperti hal yang sangat buruk telah terjadi padaku, menimbulkan trauma dan halusinasi yang mendadak muncul. Kadang aku merasa bahagia, dan kadang aku merasa sedih. Ya, seperti orang gila. tapi aku tidak gila.

“Danang, sudah cukup waktu jalan-jalanmu, ayo kita kembali.”

Suster cantik ini bernama Mischa, dia selalu hadir dengan seragam yang sama setiap harinya, pakaian kebangsaan para suster yang berwarna putih, dengan suntik bius yang kutahu di sembunyikan di balik kantungnya. Dia selalu perhatian padaku, dia yang selalu mendengarkan ceritaku. Aku tidak segan berbicara dengannya, rasanya setiap bersama dia nyaman seperti  bergelung di dalam pelukan Ibuku. Wanita yang baik.

“Sus, kenapa aku harus selalu kembali ke kamar itu?”

Mischa terdiam.

“Aku tidak gila kan? Aku tidak gila.”

“Kau tahu gila itu apa? Orang-orang di bangsal inilah orang-orang terwaras. Kau pasti bisa mengingat betapa gilanya orang di luaran sana. Membunuh, mencaci, menusuk, menginjak kepala satu sama lainnya.”

“Tapi mereka tidak harus merasakan sakitnya suntikan Si Kumis itu setiap hari.” Kataku, tidak mencoba menyebutkan nama Dokter Rangga yang berkumis tebal. Aku lebih suka memanggilnya si kumis.

“Ya, mereka merasakannya. Bagi kita di sini, itu vitamin. Agar kalian tetap waras…” aku menoleh kebelakang menatap wajah Mischa yang tersenyum, sembari mendorong kursi rodaku. Kami semakin mendekati bangunan itu, bangunan putih yang kupikir di bangun dengan konsep klasik. Atau bangunan ini memang peninggalan Belanda beratus-ratus tahun yang lalu? Tak mengherankan atapnya bocor setiap kali hujan, dan kadang kala keran airnya tidak berfungsi.

Kehangatan teman-teman dari dalam bangsal inilah yang membuatku selalu merasa nyaman. Tawa mereka yang tak beraturan, kediaman yang suka terjadi tiba-tiba, Roni yang sering berkelahi dengan Bejo. Ah mereka seperti anak kecil! Selalu memperebutkan barang apapun yang ada disini. Sambutan tawa mereka yang membahana memenuhi bangsal mengerikan ini yang membuatku merasa di rumah. Ya, aku tidak gila. Aku berada di rumah.

END
aih, ternyata membuat cerpen dibatasi dengan hanya 1500 kata lebih susah daripada gue kudu bikin 6000 kata. betewe, sebetulnya ini hasil kolaborasi gue yang SEHARUSNYA gue publish di kompasiana, dengan Citra Rizcha Maya *serius, lo harus membaca karya diaaa!! klik aja di situ* karena gue ketiduran sampe pagi. DAN kompasiana itu lemod banget waktu gue pengen publish jem 8 malem, jadinya ketelatan gara-gara gue ketiduran nunggu loading. aihssss... gapapa, karena karya ini lumayan aja buat gue, toh masih bisa gue publish di sini..

Jumat, 17 Juni 2011

Kurus? Siapa Takoeeett?!


“Mar badan lo gede ya??”

Kata si Lukas sewaktu di bus, pake noel noel lengan gue yang gedenya seadujubile. Sumpah ya nih orang gak tau sopan santun apa?

Gue sih gak terlalu terganggu dengan ledekan temen-temen mengenai badan gue yang gede. Secara gue pikir ini bisa jadi harga jual dan imej gue yang lucu menggemaskan *najes*. Permasalahannya gue belom cukup pede dengan badan gede, gue masih mengimpi-impikan tubuh sekurus metty yang waktu pake gaun itu seksi banget, ataupun si cungkring jeslyn yang cakep, bahkan lebih baik gue kontet mungil kayak si cete daripada tinggi tapi gede begini.



Kesel punya kesel, ternyata si Lukas nyindir gue di bus kayak begitu dia punya tujuan. Dan ternyata dia punya masalah yang sama dengan gue. PENGEN NGURUSIN BADAN! Perawakan si Lukas emang o mom banget, badan gede, muka tua, perut buncit, dan kulitnya lembek. Dia bilang, dia pengen si keren Mario Lawalata, untuk itulah, dia bertekat ngurusin badan dan menerapkan diet sehat.

Jadi dia sudah membeli peralatan perang yaitu buku, perlengkapan, dan motivasi. Dia membeli buku diet, dan perlengkapan diet yang lebih berupa bahan konsumsi, lalu motivasi si Mario lawalata itu.

“Penampilan memang orang lain yang liat, dan nilai. Makanya itu tugas kita buat ngejaga bentuk tubuh kita..”

Begitu kata dia. Ah gue memang seorang looser yang begitu mudah terpikat makanan enak. Gimana gue bisa fight di dunia luar, sedangkan gue ga bisa menahan diri gue sendiri, dan memerangi hawa nafsu daging sendiri? Gue sudah kalah dari dalam sewaktu bilang “Ah ini memang genetis, gak ada yang bisa diubah. Mau diet apa? Toh akhirnya gendut gendut juga.”

Gue sudah ribuan kali mencoba diet, tapi akhirnya kalah juga dengan nafsu daging, dan untuk kesekian kalinya diet itu batal. Dan dulu paradigma gue tentang teori “Libur diet tiap sabtu minggu.” Itu di bantah habis-habisan oleh Lukas.

“Diet itu kayak nabung. Lo perhatiin orang yang jalan-jalan di mall, shopping, mereka orang kaya. Orang kaya identik dengan nabung. Lo menderita awalnya, dan akan nikmatin hasilnya nanti. Apa jadinya kalo tiap satu minggu lo nabung, lalu diakhir minggu lo habisin semua tabungan lo? Gak berasa nikmatnya kan?”

Sebetulnya sih libur sabtu minggu itu untuk melepaskan hasrat liar gue menyantap berbagai macam makanan di rumah nyokap gue. Rumah nyokap gue itu seperti gudangnya makanan, dan gue selalu gak tahan untuk gak ngunyah setiap di sana. Bener juga ya? Apa gunanya gue capek-capek seminggu menahan diri dan gue habiskan semua dalam sehari?

“Menderita donk gue??”

“Itu salah lagi. Diet itu gak berarti lo menderita, nahan makan segala macem. Lo harus mikir kalo itu kayak nabung. Lo menjaga kesehatan. Apalagi kalo diimbangi dengan olahraga. Waktu tua nanti pun, lo akan tetap sehat dibanding yang lainnya dengan menjaga pola makan.”

Oh ya, satu lagi paradigma orang Indonesia

DIET= ENGGAK MAKAN padahal diet itu kan di adopsi dari bahasa inggris yang berarti POLA MAKAN. Berarti kalo ada orang bule ngomong I’M ON DIET, gak berarti mereka lagi ngurusin badan juga kayak gue. Tapi lebih ke, mereka sedang menjaga POLA MAKAN. Begetoo…. Diet itu ditentukan sesuai kebutuhan. Semua orang butuh diet dan menjaga  kesehatan tubuh serta pola makan mereka.

Nah berhubungan gue bermasalah dengan berat badan dan ketakutan akan obesitas, maka diet yang gue butuhkan adalah diet pembentukan tubuh plus pengurangan lemak!

Sekedar informasi, kenapa gue percaya omongan si Lukas? Karena dia telah membuktikan apa yang dia omongin selama sebulan ini. Dia udah berhasil menurunkan sepuluh kilo berat badannya dan udah lamaaa sekali gak nyentuh nasi. Memang terlihat sih body dia kurusan.

Jadi pointnya gue akan serius kali ini. Moto: penampilan dari kita, oleh kita, untuk kita, dan diliat mereka.

Tina toon! Gue bakal nyusul kurusnya elo!!

Senin, 13 Juni 2011

Merepotkan Mak Comblang, Lo..


Menyandang predikat mak comblang itu terlihat menyenangkan. Dulu sih, gue memang menikmati pekerjaan ini. Menolong teman yang bermasalah dengan pasangan *entah selesai atau bertambah buruk* intinya sih gue suka menolong. Cowok ataupun cewek. Karena buat mengisi waktu luang sekaligus juga nambah teori hubungan percintaan. Ya ga ada salahnya.



Tapi baru-baru ini gue lagi greget abis sama seorang cowok yang lagi ngedeketin si fan-fan temen mungil gue, oh sedikit masukan, ternyata dimana-mana cowok tertarik ya sama cewek-cewek jutek cuek dan misterius macam teman gue ini. Buat gue sih dia jutek dan cuek, tapi gak misterius lagi deh kayaknya.

Balik ke cerita, ya iya gimana gue ga greget, alih-alih tuh cowok mendekati teman gue dengan gentle dan membuat gue bangga lantas senang dia mendapat cowok yang gentle *walaupun JUNIOR* dia malah nanya ke gue. Ibaratnya, kalo gue mau ladenin, jangan-jangan si orang itu bakal nanya panjang rambut si fan-fan berapa centi lagi.

“Lo kenapa gak nanya sendiri aja sih?”

“Enggak lah, ga enak gue. Eh dia liburan ke pulau apa sih?”

“Tanya sendiri lah.”

“Gue Cuma nanya kali, ga usah nyolot gitu..”

Sepertinya gue memang selalu bertanya-tanya. KAPAN gue bertemu cowok yang cukup gentle sama cewek taksirannya alih-alih bertindak idiot dan kayak orang ga ada otak begitu *no offense ya* tapi emang bener-bener bikin gregetan dan merepotkan. Serius, padahal dua hari yang lalu, gue berkomitmen gak mau jelek-jelekin orang lagi di blog. Tapi ya mo gimana lagi? Gue kan ga suka ngegosip. Mau ngegosip sama siapa? Ya sama blog doank.

Tadinya gue pikir kesungguhan cowok ini patut diacungi jempol. Tapi lama-kelamaan jadi menyebalkan dan mengganggu waktu gue. Kayak dia gak bisa sms aja ke orangnya sendiri. Dia juga gak berani setiap kali gue suruh dia ngajak si fan-fan jalan berdua. Cukup maklum sih, mengingat betapa JUTEKnya si Fan fan di sms. Bahahaha poor you boy..

Tentu aja cowok harus bisa menaklukan tantangan apapun menurut gue, termasuk cewek begini. Bukannya lebih seru? Dan gue rasa cara pedekate lewat sms sama seperti menunggu hujan duit kertas cepecengan di depan rumah gue. Gak gentle lo bro!!

Harapan terakhir gue adalah, semoga cowok itu dianugrahi keberanian untuk jadi cowok yang lebih baik lah ya minimal. Euwww…