Minggu, 04 Desember 2011

Kritik.

Kadang, gue berfikir jadi seorang Fan-Fan itu menyenangkan. Iya temen gue yang kecil imut-imut itu. Dia hidup dan berfikir dengan cara dia sendiri, entah ada yang suka maupun gak suka dengan cara itu. bagi dia, itulah dia. Beda sekali dengan gue. Gue gampang tergoyahkan.



Kemarin ada seorang temen cowok gue yang bilang. “Banyak yang sebel tau, Mar sama lo.”

Gue kaget setengah mati. Maksudnya? Tentu aja gue kaget, jelas teman-teman sekelas terlihat welcome dan baik-baik aja di depan gue. Malah gak ada yang bilang kalo mereka ada yang sebel sama gue, mana mungkin gue nyangka.

“Kenapa?”

“Karena lo terlalu kritis deh kayaknya.” Seorang teman lagi menimpali. Saat itu gue lagi ngobrol bereempat di kelas dengan tiga orang teman cowok gue. Saat itu gue lagi ngegosipin temen sekelas gue juga yang gue anggap aneh. Tiba-tiba si salah satu cowok nyeletuk begitu.

“Karen ague kritis?”

“Pemikiran lo terlalu beda sama kita.”

“Karena pemikiran gue terlalu beda sama kalian?” what the?

Jadi gue menyebalkan karena, gue.terlalu.kritis? iya, gue berfikir kritis, dan gue berani mengungkapkannya. Emang gak jarang sih gue jadi oposisi dalam suatu percakapan karena beberapa pemikiran gue yang dianggap salah. Tapi menurut gue itu yang bener. Bukannya Indonesia Negara demokrasi dimana lo bisa mengungkapkan pendapat lo sebebas-bebasnya? Jaman sekarang pun, perdebatan seharusnya udah bisa ditangani kepala dingin.

“Lo kritis dan emosional, Mar.” iya sih, gue selalu ngotot kalo lagi debat. Ini cukup jadi masalah bagi gue dari jaman dulu.

Perkataan dua teman gue itu, cukup jadi satu acuan buat gue gak tidur sampe jenggotan mikirin itu semaleman. Lalu gue dateng ke sekolah dan bertanya sama temen sebangku gue yang *lagi-lagi* baru. Antoni namanya.

“Ton, menurut lo, gue nyebelin kenapa sih? Masa gara-gara gue mikirnya beda terus gue dibilang nyebelin?”

“Lo jangan terlalu di masukin hati, Mar. kayak gitu gak tentu membangun. Cukup buat lo tau aja, lagi. Yang ada entar lo bisa jadi aneh sendiri.”

Kata Kipling yang gue kutip dari buku Warren Buffet Way: “jangan terlalu serius dalam memandang diri anda. ia akan mendorong anda untuk merenungkan kritik dari orang lain untuk anda, tetapi jangan menganggap mereka sebagai hakim. Ia akan membuat anda menantang diri anda sendiri”

Terus maknanya apa yak?

Jadilah diri sendiri. Dan sering di sebut, selama gue tau siapa diri gue dan kemana gue akan berlabuh, gue gak akan terlalu musingin omongan orang yang gak terlalu penting bagi kehidupan gue. Jujur aja sih, gue jarang dikritik. Apalagi dalam kasus pergaulan begini.

Gue tau kritik bisa sangat membangun, dan dalam kasus ini ada beberapa hal yang gue jadikan masukan buat gue. Bukan acuan bagi gue untuk berubah, atau bahkan mengotak-atik karakter gue yang sudah sedemikian rupa. Merubah karakter untuk orang lain, dalam kebanyakan kasus, gak pernah berhasil.

Gue rasa gue akan mencoba seperti Fan-Fan untuk menikmati diri gue sendiri, hidup dengan cara gue.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

betul,
jadilah diri sendiri.

kan ada pepatah : anjing menggonggong, #lanjutannya apa ya? lupa....

Marisa Roti mengatakan...

kevin: anjing menggonggong dian sastro nyuci baju kali ya???

iya gue setuju banget deh.. be yourself.

JOHANES MATHEW mengatakan...

lanjutkannnn