Sabtu, 25 Desember 2010

Well, Merry Christmas.

Sejujurnya sih, gua ga terlalu concern dengan hari natal di tahun-tahun belakangan ini. Memang tidak ada yang istimewa yang terjadi. Ga ada mukjizat seperti di film-film, ga ada kejadian menantang, ataupun bertambahnya kedekatan keluarga gua dengan Tuhan, di bilang kumpul-kumpul bareng keluarga pun juga enggak. Bokap nyokap malah kedatengan tamu dan sibuk ngurusin mereka, sedangkan gue ngejogrog di kamar lalu ngelayap makan bakso, enci gue termenung di depan laptop, dan enci gue satu lagi beserta keponakan-keponakan gue juga malah jalan-jalan sendiri.Engko gua jadi kaya orang gila, bengong, kucluk sana-sini dan ngisengin gua sesekali.

Di rumah gua memang ga ada pohon natal, waktu kecil gua selalu menunggu hari natal karena bakal ada film-film kartun yang lucu dan bagus, tapi kayaknya makin lama film anak-anak itu udah mulai berkurang sekaligus mengurangi kecintaan gua kepada natal. Selain juga, gua sudah muak dengan omong kosong santa claus dan rusa-rusanya itu, (sebetulnya sih gua pernah minta hadiah sama dia dang a pernah dateng sampe hari ini, padahal seinget gua, gua udah sangat baik di tahun itu) jadi apa lagi yang gua nantikan dari natal

Sepertinya sama aja dengan hari-hari yang kemarin. Tapi karena temen-temen blogger yang lain lagi pada merayakan hari natal dan ngepost di lembar dunia maya, gua jadi ikut-ikutan deh. bukan dengan keceriaan melainkan hujatan gua untuk hari natal *maaf ya*. Kan gua Cuma nyetor berita natal.

Biarpun gua ga merasakan euphoria natal, gua senang banyak orang yang merasa terberkati di natal kali ini. Last words

Merry Christmas for everyone.

Rabu, 22 Desember 2010

Geng Mana Lagi??


Ternyata setelah melalui masa SMP gua dulu, bersama kawan-kawan lama yang penuh kedongkolan konflik dan rasa keki membarut hati, gua baru menemukan, kawan-kawan itu tetap yang paling keren dari semua geng yang pernah gua sambangi. Mulai dari yang freak, komik fan abis, agak sinting, kaya, dan super garing.

Gua kan sudah pernah bilang, meskipun orang melihat cara bergaul kita yang sama sekali tidak sehat *penuh tuduhan, fitnah, caci maki, menggosipi teman seperjuangan* gua tetap merasa into dengan geng satu ini. Si geng pintar yang rada songong bermulut pedas dan sadis.

Teridentifikasi setelah gua lepas dari mereka, dan mencoba bergaul mandiri. Gua kan ogah jadi eksklusif dan ga punya temen. *bueh*. Tapi toh nyatanya, gua ga menemukan satupun kelompok yang bisa menandingi kehebatan mereka. Ada tukang ngatur, ada si jenius, ada si sok cakep, ada si kuntet, dan anggotanya cewek semua.

At least, gua merasa satu sama lain dari kita memiliki keterikatan yang tidak dapat dijelaskan oleh makhluk normal dan tidak terlihat secara kasat mata. Coba aja liat geng-geng yang pernah gua sambangi, pada akhirnya gua akan menemukan cacat cela dan ketidak cocokan antara gua dan mereka.

 Geng Tajir

Mereka-mereka ini yang bisa menghabiskan satu juta rupiah dalam seminggu, selalu hadir ke sekolah dengan gadget baru dan barang mahal baru. Isi dari pembicaraan mereka ga jauh-jauh dari tas Hermes, Louis Vitton, mobil mewah, dan model baju terbaru di Zara. Kalau lagi bengong, bawaanya langsung ngeluarin I-pad atau BB dari dalem tas dan mengakses kafe-kafe mahal eksklusif di Jakarta *lebay, tapi memang separah ini kok* meskipun kemana-mana bareng, tetap terasa individualism mereka, rasa-rasanya sih “kelompok” itu hanya kamuflase untuk menutupi kesendirian mereka. Jangan ditanya, sudah dipastikan gua tidak cocok. Jalan sejam bersama mereka, cukup membuat kantong gua jebol sampai ke bawah tanah dan meninggalkan penyesalan terdalam di hati.

 Geng Poni

Cewek-cewek centil menjijikan yang mengisi hidupnya dengan keindahan poni dan wajah yang cantik cemerlang, meskipun boleh gua akui mereka tidak cantik sama sekali. Taraf otak dan kepintaran yang jongkok atau bahkan merangkak, dipikiran Cuma coooowwwoookkk doank. Tiap jalan atau ketemu bawaannya curhat masalah pribadi mereka sebagai cewek-cewek (sok) cantik yang begitu menggenaskan. Errr, ga ada masalah sih dengan mereka. Sepertinya gua lumayan sering bergaul dengan mereka, tapi tetep aja. Gua ga bisa mengabaikan rasa jijik yang meluap-luap dari sanubari terdalam setiap kali mereka curhat dengan bahasa menjijikan.

Geng Komik

Yang freak abis dengan kegemaran mereka yaitu anime dan komik. Anggota-anggotanya pun super aneh dan freak. Memang ga ada yang salah sih, jujur aja mereka cukup seru dan asik untuk diajak gila-gilaan. Beruntung gua di bekali sedikit pengetahuan dari si Fan-Fan tentang anime, jadi gua ga perlu merasa di kambing congekan karena mau ga mau, gua harus mendominasi pembicaraan mereka dengan secuil pengetahuan gue. Iya. Satu jam pertama ngobrol bareng mereka memang asik, tapi jam kedua seluruh tubuh gua akan gatal-gatal dan memprotes untuk menjauh, sebelum otak gua konslet dan gua semakin freak kaya mereka.

Geng Urat Malu Putus

Geng ini biasanya di dominasi sama cowok-cowok yang ga tau malu, jadi Cuma cewek-cewek ga tau malu dan tidak mengindahkan batas-batas jenis kelamin seperti gua yang bisa masuk dan nyambung, memang seru sih. Asik, tapi lama-lama gua mulai merasa risih dengan keanehan cowo yang jorok dan menjijikan. Becandaan merekapun susah dimengerti kaum hawa seperti gua, jadi sepertinya gua memang ga cocok.

Geng Seru

Dan gua sangat bingung kenapa geng ini di sebut seru. Terdiri dari cowok-cowok kocak dan cewek-cewek sok kocak yang sok rame, tapi padahal garing abis. Welcome sama semua orang, tapi gua sulit mengerti bercandaan mereka yang autis dan garing *dan disebut lucu oleh seluruh angkatan* hell, apa lucunya dari becandaan ga berbobot yang isinya angin dan rada freak seperti itu? Masih ga mengerti deh gue sampai hari ini. Yang jelas 2 jam bersama mereka cukup membuat gua ga betah dan pengen pulang, meskipun cara berpergian mereka sangat sesuai untuk kantong gua yang cekak ini. Ga jaim dan ga suka basa-basi.

Geng Kalem

Geng ini yang sering kali menggoda gue untuk ngisengin mereka, yang para anggotanya terdiri dari cewek-cewek kalem dan manis. Bukan dari tutur kata, tapi dari isi pembicaraan yang penuh santun dan canda yang tidak berlebihan. Seperti membuat dunia sendiri, sepertinya masing-masing anggota cukup merasa nyaman satu sama lain. Tapi geng satu ini juga memang cukup membuat gua nyaman karena sifat mereka yang ga terlalu mendominasi atau sok hebat, tapi justru membaur dan asik. Suka menolong, tidak sombong, rajin beribadah. Pokoknya KLASIK. Terlalu klasik sampe gua menguap ribuan kali.

Pada akhirnya kan, Cuma para goziper yang memiliki fasilitas secara mental maupun fisik untuk saling melengkapi satu sama lain dan memiliki kekuatan yagn solid untuk menopang gue. Meskipun dianggep ga jelas, buat gue sih memang cewek-cewek tukang gosip, sok cakep, sok modis, dan sok kritis ini yang paling baik. Ya meskipun menyebalkan, sok pintar semua dan suka ga jelas. Tapi gua suka cara bergaul kita.

Selasa, 21 Desember 2010

Ladang Mimpi

Warna kuning bersemburat di langit tanda senja telah tiba. Kudengar lonceng-lonceng surga berdentingan menggema telingaku, kakiku rasa lembab karena rumput yang basah oleh hujan. Ladang ini terasa lenggang, namun indah. Rasanya aku seperti melayang di atas kapas-kapas putih yang lembut, tubuhku juga terasa begitu ringan seperti daun yang melayang-layang terhempas angin.

Itu dia bukan? Yang sedang duduk termenung di bawah pohon yang dirimbuni daun-daun hijau segar. Aku berjalan dengan tubuh yang serasa melayang menghampirinya yang sedang menatap langit jingga. Matahari sedang bersiap untuk membenamkan dirinya di balik gulungan awan dan menyisakan kegelapan di atas sana. Itu dia, yang selalu menceritakan mimpi dan dunia khayalnya kepadaku setiap sore.

“Duduklah di sampingku..” katanya padaku.

Aku menurut, dan duduk di sampingnya. Dia terus menatap langit, tanpa sedikitpun menoleh ke arahku. Ladang ini terlalu sepi tidak seperti biasanya, aku sering melihat rusa-rusa bertanduk yang meminum air dari luapan sungai di seberang sana, juga tikus-tikus yang heboh menyambut malam. Aku tidak mendengar riuh suasana ladang sore ini.

“Bolehkah aku tinggal di sini hingga aku mati?” tanyaku kepadanya. Bukankah tempat indah ini adalah miliknya? Bukankah dia yang merawat binatang dan seisinya setiap pagi? Lihatlah pondokan di ujung sana, pondokan yang terlihat rapuh dengan atap jerami itu penuh kehangatan bukan? Kehangatan yang di simpannya setiap malam melalui lilin-lilin yang meleleh memberikan cahaya redup.

Tawanya tergelak. Kudengar tawa itu begitu renyah, namun matanya sendu. Sendu seperti malam yang haru. “Ini hanya mimpimu nona.” Aku mengernyitkan kening. Bingung. “Lihatlah matahari yang hendak terbenam. Itu palsu. Kau ingat rusa-rusa yang kemarin? Itu juga palsu. Pondokan di ujung sana akan menghilang, jika kau mau meniupnya sekali. Seperti aku yang akan menghilang jika senja ini usai.”

“Tempat ini indah, benarkah ini hanyalah mimpi?”

“Pernahkah kau melihat tempat seindah ini, sebelumnya?”

Aku menggeleng.

“Karena tidak ada keindahan yang sebenarnya di dunia nyata. Setiap keindahan hidupmu selalu menuntut konsekuensi.”

Aku menyukai tempat ini, seperti aku menyukai orang yang duduk di sampingku. “Tapi, bolehkah aku datang ke sini setiap senja? Hanya saat kau ada di sini?”

“Tentu saja, tidak ada yang melarang. Tapi suatu saat, mungkin aku akan hilang.”

“Mengapa?”

“Bukankah semua orang ingin aku menghilang? Dari dunia nyata bahkan dari mimpimu?”

“Tapi aku tidak. Hidup saja di dunia mimpiku, jika tidak di dunia nyata.”

Dia menyeringai. Wajahnya semakin muram, aku mencoba mendekat, namun matahari semakin tenggelam. Sebentar lagi aku akan tersadar dan meninggalkan ladang ini. Juga dia. Sekali lagi dia menatap wajahku, kulihat matanya yang hitam memantulkan siluet wajahku, lalu tangannya melambai dan meninggalkanku menjauh. Kini tampilan itu seperti layar yang di tarik dan di tarik menjauh dari pandanganku.

OooooooO

Well well, meskipun ini rada ga jelas dan ga penting, gapapa sih, gua Cuma pengen menuangkan kembali puisi yang di bacakan oleh mantan gebetan gue *kedip mata*, meskipun ga mirip-mirip amat, secara dengerinnya setengah sadar, dan agak ga sesuai yang di harapkan, gua sekalian mau minta komentar dia kok. Ihihihi

Mantan gebetan, tunjukan bakatmu! Loh salah *jayus* ayo berikan pendapatmu.


Sabtu, 11 Desember 2010

Review: Don't Tell Me Anything (Vasca Vannia)


Seperti yang gua ceritakan kemarin, hebat hari ini gua sudah menyelesaikan buku tersebut, dan menangis tersedu-sedu, bukan karena ceritanya sedih, tapi karena ceritanya udah abis. Dan honestly, gua suka peran yang dia bikin.

Mari kita mulai reviewnya.

Buku karangan Vasca Vannia yang mengaku suka dengan hal-hal berbau misteri ini memang cukup menarik untuk gue, sebetulnya gua di sarankan untuk baca oleh temen gue. Siapa lagi kalo bukan Fan2 yang memang menggemari buku seperti ini. Tentu saja atas kebaikan hati dan kerelaannya menyumbangkan buku itu ke gue.


Diawali dengan kisah seorang cewek remaja bernama Stella Haris, yang merasa bingung dan gamang dengan dirinya, rasa ketakutan dan terpojok karena tekanan dari sana-sini yang mengatakan dia gila juga pembawa sial. Cewek yang berhasil melakukan pembunuhan dengan sangat sadis ini akhirnya ditangkap oleh polisi dan diadili. Di bagian inilah, gua sangat bisa merasakan ketakutan dan emosi-emosi yang memang dipancarkan oleh sang penulis.

Gua seperti ikut tenggelam ke dalam novelnya sendiri, karena pembawaan si penulis yang enak di baca dan bikin imajinasi gua melanglang buana. Bahasanya bukan tipikal tipikal bahasa yang terlalu berat buat di baca atau sampe bikin kita ngubrek ngubrek kamus, cukup enjoy. Tapi emosi cukup ngena dan keaduk-aduk di bagian sini. Thrillernya cukup dapet, karena penulis bisa dengan baik gambarin sadisnya. Meskipun masih rada abstrak di bagian sini.

Konflik-konflik yang cukup bagus di bagian awal ini, kakak Stella bunuh diri, satu keluarga jadi berantakan. Pokoknya ngena. Sehingga gua ga bosen ngebacanya, dan terus ngelanjutin sampe selanjutnya dan selanjutnya.

Tiga belas tahun kemudian, cerita beralih ke pembunuhan seorang mahasiswa yagn di potong alat kelaminnya, dan menunjukan motif pembunuhan yang sama yang telah dilakukan cewek remaja 13 tahun yang lalu, menggelitik para polisi untuk mengorek kembali kisah yang telah di tutup dengan berita kematian Stella.

Dikirimlah Verdi seorang detektif intel yang ditugaskan untuk bergabung dengan perkumpulan mahasiswa mahasiswi borjuis dengan praduga sang pembunuh ada di antaranya. Dan di sini, mulailah bergulir kisah-kisah roman dari masing-masing karakter. Dan cukup gamang, seperti kata fan-fan, waktu cerita suspent (sadis) digabung dengan roman aja udah agak aneh. Karena gua memang jarang ngeliat cerita thriller dengan intrik roman di dalemnya, apalagi kalo pelaku roman itu juga pelaku sadis. Tapi boleh sih, setidaknya di aplikasikan dengan cukup bagus.

Waktu awal baca kisah ini, dari anggota perkumpulan tersebut, gua yakin dan menuduh satu orang yang terlihat begitu mencurigakan, ternyata salah total. Si penulis begitu pintar membuat pembaca mengikuti permainan emosi dan membuat praduga atau konotasi. Kalo kata enci gua sih, novel yang begitu baru bagus.

Novel ini jelas ga kalah dibanding novel2 luar negeri dari pengarang kawakan seperti Linda Howard, malah lebih bagus menurut gua. Karena Vasca ga Cuma menuangkan roman, sadis, detektif tok, tapi juga permainan emosi dan kejadian yang ga terduga-duga pokoknya menarik lah.

Cuma ada beberapa typo dan salahh penempatan tanda baca yang bikin gua keder sampe mabok bacanya. Kayak tanda kutip yang di taro sebelom percakapan selesai, atau ga ada koma dan titik jadi bikin kalimat tambah ambigu dan kepala gua gatel minta digaruk. Ga ketinggalan juga, terlalu banyak memasukan nama-nama dalem percakapan kadang bikin kita bingung bacanya. “Aduh, jadi dia siapa sih? Gue jadi kelupaan nih cewek yang mana..” yang sering gua gumamkan sewaktu baca percakapan-percakapan di dalemnya, atau mungkin itu di sengaja supaya peran semua tokoh imbang dan sama menarik?

Juga, seperti kata seorang temen gue, ada unsur misteri atau mistik di dalemnya, yang memang buat gua bikin cerita ini lebih menarik dan horornya semakin dapet, tapi jadi rada ga nyambung gitu sama genreenya bahkan sama point-point yang ada di ceritanya. Tapi memang spertinya penulis bisa menggambarkan suasana horror dengan begitu baik dan dapet. Ga cukup bikin gua merinding, tapi cukup bikin gua mengerutkan kening bingung.

Oh ya, sedikit curhat, dari semua tokoh di sana jujur aja gua paling suka Chiya cewek tajir yang agak freak dengan semua dandanan horror dan rumah yang klasik bergaya jaman renaissance, tapi juga cukup seksi dan menawan. Cara berpikirnya yang cerdas untuk ukuran anak seorang konglomerat, dan penggambaran Chiya  yang cuek dan keren abis. Suka lah pokoknya.

Akhir kata, satu novel yang cukup mengesankan gue dan bikin gua ga males untuk baca ulang. Lumayan. Dengan peran para tokoh yang sama rata dan cukup kuat, ga timpang. Semua peran yang cukup menarik dan membuat bingung karena penulis berusaha memberikan kecurigaan pada tiap tokoh.

Satu novel yang lumayan bagus dan nyantol di otak waktu gue baca. Good job. Sangat di rekomendasikan buat kalian yang mau baca. Terutama, buat penggemar thriller, tapi bagi penyuka novel teenlit, kamu akan kecewa, cerita ini ga mudah di tebak dan rumit.

Jumat, 10 Desember 2010

Penulis dan Model


Penulis: kumpulan orang eksentrik dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak biasa, terlalu cuek untuk memperhatikan sekeliling selain dunia khayal yang di ciptainnya, memiliki pemikiran dan pandangan yang rada “lain”, tingkat intelejensitas yang lumayan. Bisa jadi di atas rata-rata, karena bagi gue, untuk menjadi penulis yang hebat harus punya otak yang cerdas.

Model: orang-orang dengan penampilan fisik yang oke, sangat oke, pede, siap tampil di depan, familiar dan ramah dengan kehidupan malam dan liarnya. Cenderung menjadikan kecerdasan otak dan keindahan bagian dalam sebagai daftar terakhir atau kalau perlu ga disentuh.

Sekian deskripsi yang gua buat sendiri tentang dua profesi yang berbeda itu. Gua memang terlalu picik untuk mengatakan kebanyakan model ga memiliki kecerdasan sama seperti penulis. Bukan secara tingkatan, tapi kecerdasannya berbeda. Ada dalam dunia yang berbeda. Cara pandang dan pemikiran yang berbeda.

Jadi sama sekali belum pernah terbayang di pikiran gua dua profesi itu berdekatan atau jadi satu. Atau bahkan seseoragn yang memiliki dua profesi itu sekaligus? Terlalu dahsyat. TAPI ADA!!

Vasca Vannisa, seorang penulis yang *katanya* masih seumur jagung menyajikan novel pertamanya dan cukup membuat gua tercengang. Don’t Tell Me Anything. Novel yang bikin kepala gua muter-muter sambil nganga, tapi jelas bukan karena ceritanya yang ribet dan terlalu muter otak sampe bikin pala gua pusing. Enggak, justru dia bisa menyajikan cerita thriller ini dengan begitu ringan, tapi bisa dapet feelnya gitu loh. Tapi emang otak gua aja yang ga nyampe nyerna ceritanya dengan baik.

Satu hal lagi yang membuat gua berdecak kagum. Dia menggabungkan cerita roman, psikopat, dan bisa menyajikan ketegangan dengan begitu baik. Dan gua akui, dia bisa mendeskripsikan ini dengan sadis. Dan kesadisan itu modal novel thriller. Ga semua bagiannya selalu menjijikan dan penuh darah, justru ceritanya ini menarik. Bukan dengan sadisnya, tapi alurnya yang bikin kita menerka-nerka.. apa ya selanjutnya?

Oh ya, review novelnya nanti aja. Gua belom selesai baca, tapi udah nepsong nulis tentang penulisnya. Karena satu keunikan buat gue kalo seorang model bisa multitalented seperti Vasca ini. Bayangkan, paling mentok gua pikir, dia nulis cerita roman yang cetek cetek ga jelas, you know lah. Tapi ternyata enggak, dia justru bikin cerita ini dengan segitu cerdasnya. Sungguh hebat.

Kini gua malu dengan kepicikan gua sendiri, sepertinya Vasca ini satu profil yang sangat cocok gua acungi jempol, selain karena dia seorang penulis baru, juga karena kepintaran dan sajian penuh intriknya untuk novel ini JUGA telah memecahkan persepsi gua yang sangat salah tentang dua profesi bertolak belakang tersebut.

Iri. Marisa sungguh iri.

Betewe, *ga ada hubungan dengan topic di atas* gua akhirnya ga jadi ngamuk dan ngelabrak si Item *cerita sebelumnya*, melainkan karena gua ga enak, gua pikir ga perlu berlagak preman gitu toh? Gue kan murid. Ternyata dia memberi nilai yang cukup bagus untuk ujian perbaikan gue. Jadi, apa yang perlu di permasalahin? 

Oh ya, semoga yang baca blog gue ga bosen. Akhir-akhir ini gue lagi kesambet setan nulis, bawaannya dapet inspirasi terus buat ngepost di sini. see ya..

Rabu, 08 Desember 2010

URRRRGGGHHHH


Hari ini gua merasa kesal sekali. Jangan Tanya kenapa, biar gua ceritakan.

Entah sudah berapa kali, gua dirugikan oleh si item ini! Dia salah satu guru di sekolah gue. Tanpa perlu gua sebutkan dia mengajar apa, yang jelas gua benci sekali oleh kesalahan yagn senantiasa dilakukan oleh dia.

“Ini kuis kamu dapet 0 marisa,” kata Bu Siska sewaktu pengambilan rapot.

“HAH? Kok bisa bu? Seinget saya, saya dapet 7 kok.”

“Yaudah, nanti kamu ngomong aja ke bapaknya. Memang ga beres tuh dia.”

Lalu gua kena ocehan karena di rapot bayangan gua tertoreh angka 0!! Bayangkan pemirsa! Oke gapapa, gua terima. Apalah artinya ocehan kecil karena mereka tidak mempercayai perkataan gua bahwa gurunya salah isi. Hingga akhirnya gua harus berdiri di depan meja dia sambil berkacak pinggang.

“Nilai saya salah isi tuh pak.”

Dan dia mengeluarkan kertas2 yang sungguh berantakan. Benar-benar seperti kata bu Siska. “kaya babi gembrot, males kerjaannya tidur melulu!” HIDUP IBU HIDUP IBU!!

“Loh, kamu memang ga ikut kuis kan?” mata gua sampe melotot saking kesel

“IKUT LAH PAK!”

Akhirnya sambil berdiri nunggui dia nyari kertas kuis gue, ternyata keselip dikelas sebelah. YAIYALAH! Gimana ga keselip? Wonk kertas kuis kok kaya bungkus ikan asin begitu.

“Yaudah deh, kamu kebawah ke tempat fotokopian, trus fotokopiin rapor kamu, entar kasih ke ibu suini biar dig anti nilainya” padahal 5 menit lagi bel masuk. Oke gapapa, gapapa, gua hanya murid. Daripada dapet 0 mending capek sedikit kan?

Itu baru kisah pertama.

Kisah keduanya, SEINGAT GUA NIH YA, kuis pertama gua itu SERATUS, alias betul semua, alias PERFEKTO. Lalu gua melihat nilai 60 disana. Gua protes lagi. “Kuis saya bukannya seratus pak?” dia malah cengar-cengir, ga berniat memperbaiki. Oke gapapa, HANYA KUIS HANYA KUIS!! Kata gue dalam hati sambil menenangkan diri.

LALU TADI SIANG.

Kebetulan sekali, hari ini gua emang ada ujian perbaikan mandarin *bikin malu, mata doank yang sipit*. Berhubung mandarin itu bentuknya canggih seperti membaca  alquran, alhasil gua pun ga bisa mengerti sedikit pun hurup yang ada di sana. Wajar kan kalo dapet 3?

Waktu bayar her, gua isi di kertas kecil kuning kalo gua Cuma ujian satu. Jadi Cuma bayar lima ribu. Tau2 si karyawan bagian tata usaha ngomong.

“Kamu her satu? Bukannya her dua?”

“Hah? ENGGAK. Aku her satu.”

“Yakin? Nih ada daftarnya kok”

Gua sampe masuk ke dalem ruang tata usaha dan ngomong yakin. Ternyata betul, ada nama gua di sana.

Sial.

Gua sampe harus nyari2 tuh si item ke kantor dan ga ketemu, lalu di sarankan seorang temen gua untuk ke kepala sekolah dan mengadu, masalahnya pada hari itu ujian remedialnya pas bagnet ada 2 mandarin dan pelajaran menyebalkan itu. Jadi gua ujian mandarin dulu, baru gua cari-cari keliling kantor, dang a ketemu. Akhirnya gua ngomong ke Bu siska

“Bu gimana nih? Harusnya kan saya ga remedial pelajaran itu.”

“Ah salah kamu sih, bukan ngomong ke kepala sekolah, sekarang udah terlambat. Pasti salah gurunya itu saya tau.”

KURANG AJARRRRRR!!

“Fan, tuh si gendut rasanya pengen gua labrak hari kamis. Ga ada otaknya.”

“Emang kenapa?’

Bergulirlah cerita perjuangan gua tadi siang.

“Nyebelin bagnet?”

“EMANG! Gua pengen marah2 menurut lu gimana?”

“Ya, ngomong aja baek2 biar gimana kan dia guru dan lu murid. Ya tetep musti hormat lah sekesel apapun.” Aduh ya ampun, terkadang dia itu terlalu bijak, tapi tetap tak menyurutkan semangat gua melabrak.

Tapi setelah berpikir dengan penuh hikmat dan kebijakan, gua mengikuti keputusan si fan2 bahwa memang benar. Biar gimanapun, manusia ga ada yang sempurna. Biarpun hati gua masih dongkol menyangkut nilai ini. Lagipula, prinsip gua sewaktu sekolah kan bukan nilai. Ya meskipun, dalem kasus ini bukan nilai aja yang rugi, melainkan ke adilan, uang goceng. Dan otak gua yang di peres untuk ujian 2 KALI. Karena dia sebagai guru TELEDOR. Speechless.