Sabtu, 27 Maret 2010

Ratu Kim (Benar atau Tidak?)

Suatu hari gua menemukan blog dari .. temen bukan, senior menulis bukan. Apa donk ya? katakanlah blog seseorang yang bagus dan memang blognya bagus. Buktinya pembacanya banyak. Membaca blog dia membuat gua tertohok dan berpikir 1000 kali lagi tentang keyakinan yang selama ini gua telan bulat-bulat.

Dia sedang menceritakan kepongahan seorang ratu Kim. Sebetulnya itu dia pakai untuk menyindir salah seorang temannya yang memiliki sebuah komunitas kecil. Katanya ingin memajukan para perempuan di Indonesia. Begitu kata temennya. Sekali baca, yah cuek aja. Kayaknya gua ga kenal si oknum yang di sinidir ini.

Dan gua ngasih komen. Hingga suatu saat, ada si anonymous yang ngasih komen. Bahkan menyebutkan sebuah nama yang bener-bener familiar di telinga gue. Mana pake penuduhan segala. “Bilang aja, yang lagi lu bahas itu si ****** kan? Terus komunitas yang lu sindir itu ****** **** kan?” Tentulah si pemilik blog ini mengeluarkan seribu ajiannya yang mengatakan, bahwa dia tidak sedang bersikap defensive ataupun mau menyinggung seseorang. Katanya biarkan yang merasa itu kegeeran aja.

Oke. Tiba-tiba gua jadi ngeh tentang si ratu Kim Joong Il yang dimaksud oleh si blogger tersebut. gua sama sekali ga menyalahkan si blogger, apalagi mau menjatuhkan dia balik karena secara teknisnya, gua kagum abis sama oknum (yang pake bintang-bintang namanya). Kalau boleh di bilang, ya. gua memuja. Ya. gua memuja abis si oknum. Gua kagum sama dia, keteguhannya, pokoknya dia orang terkeren musim ini di pikiran gue.

Tapi pernyataan dari si blogger tadi bener-bener meruntuhkan semua keyakinan gue. Semua yang tadinya kelihatan bener mendadak jadi salah banget. Sampe akhirnya gua baca ulang lagi tuh blog, ternyata semakin gua baca, faktanya makin kelihatan bahwa yang dimaksud si blogger adalah tokoh idola gue. Bener-bener tertohok gue.

Masalahnya adalah, dia sampai menyebut-nyebut komunitasnya. Bawahannya. Orang-orang yang mengaguminya. Katanya sudah dibutakan dengan kepongahannya dan pengakuan dirinya menjadi yang nomor satu. Tak perlu dipungkiri, gua termasuk salah satunya.
Di blognya dia menyebutkan berbagai kejelekan si oknum yang “tidak masuk akal” dan terkesan arogan. Dia bahkan sampai bilang kalau si oknum terlalu bangga sama kejelekannya sendiri, dan tidak berniat mengubahnya. Aduh ngetiknya tambah lama tambah ga sanggup gue.

Permasalahannya adalah, oke.. oknum ini memang memberikan bukti nyata untuk komunitas-komunitasnya. Gua udah bilang, gua ga berniat menjatuhkan si blogger balik di sini. Tapi gua pengen ngomong lewat paradigma gue aja. Si oknum itu orang yang sukses. dan dia memang telah sukses membawa komunitasnya menjadi konsumsi sejuta umat. Bukankah itu sebuah pencapaian yang baik? Kesampingkan lah sifat-sifat jeleknya. Gua melihat jelas pencapaian nyata yang diraih tokoh idola gue.

Si blogger boleh bilang gua menyedihkan. Gua komen lagi di tempatnya. Gua tulisnya buat bales komen si anonym itu, sebetulnya yang menjadi tujuan gue adalah si blogger sendiri. Gua bilang, dia memang sukses kok. Apa lagi yang kurang? Soal karakter, setiap manusia kan memang beda. Apakah gua sudah buta? Maybe. Berkali-kali kejelekannya terlintas di depan mata gue, tapi bukannya kesel gua malah senyum-senyum sendiri.

TIDAK MAU MENERIMA KRITIK. Siapa yang tidak kaget setengah mati kalau inti dari paragrafnya adalah, bahwa si oknum ini tidak mau menerima kritik?

Well, memang ada ya orang yang bisa sukses tanpa menerima kritik? Coba gua pertanyakan kembali. Bagaimana bisa dia sukses seperti sekarang kalau dia tidak menerima kritik?. Menutup informasi dari dunia luar? Gue lebih kaget lagi sampai begitu. Katanya, para pengikutnya (anggaplah gue) telah ditutup pikirannya seperti pengikut setia Ratu Kim Jong Il. Yang menutup masukan dari dunia luar.

Pembenaran: itu tadi diatas, adalah pendapat gua sebelum gua pertimbangkan baik-baik. Tapi setelah gua perhatikan, ya. memang. Ratu Kim bukan tipe orang yang mudah menerima kritik. Apalagi kalau menyangkut komunitasnya. Katanya, “Ini milik gue. Suka suka gue, pendapat gue adalah pendapat terbenar dan terhebat sepanjang masa. Buktinya banyak dayang gue dibelakang.” See? Oh. Ternyata menjadi orang objektif susah. Gue harus menekan persepsi dan perasaan gua sendiri!

SUKA MARAH-MARAH. Katanya marahnya bahkan sampai menghina intelejensia orang lain. Katanya dia sering membuat statement bahwa dirinya itu memang tidak menyenangkan dan tidak punya banyak teman. Jadi intinya, dia cuek dan menutup mata akan “apa kata orang”. Kata si blogger.. “Bukan orang lain yang memilih untuk tidak menyukai saya, tapi saya yang memilih untuk jadi orang yang MENYEBALKAN.” Harap disorot kata-katanya itu.

Sekali lagi gua tercengang. Ya, gua akui. Ratu Kim memang menyebalkan. Tapi terbukti dia orang yang hebat dengan embel-embel sifat menyebalkannya itu. Dia memang suka marah-marah dan menghina intelejensia orang lain tapi bukankah orang-orang itu memang PANTAS UNTUK DIHINA. Bukankah itu sah? Pada kenyataannya gua memang sudah melihat fakta bahwa banyak orang-orang menjijikan yang dihina si Ratu Kim ini. gua sependapat dengan dia bahwa BANYAK orang-orang berintelejensia rendah. Oh ya, dan lagi sikapnya yang suka marah-marah ini terbukti BERGUNA untuk komunitasnya yang kadang isinya orang-orang berintelejensia rendah.

Pembenaran: Tidak seharusnya Ratu Kim menghina orang lain yang dianggap LEBIH RENDAH darinya. Karena sebetulnya mungkin dia tidak memiliki hak untuk itu. seolah-olah dirinya yang terbaik di dunia aja. Kata blogger itu bukanlah sifat yang baik dari seseorang yang ingin membuat perbedaan. (hell, she’s different! Bahkan biarpun dengan sikap menyebalkannya, dia nyata membuat perubahan!!)

BERLAKU BAK RATU. Bagi perkumpulannya. Membutakan mata perkumpulannya dan seenaknya menuruh para pengikutnya berjalan berjejer di belakangnya. bersikap pongah bahkan memaksakan ideologinya sebagai ratu Kim itu.

Oke. Rasanya gua speechless disini. Tidak ada pembelaan. Begini, pada kenyataannya gua tau bagaimana komunitas itu berkarya di Indonesia. Tentunya komunitas itu nyata berguna. Faktanya sudah banyak orang mengakuinya kalo ga percaya. Sifat pongahnya itulah yang sudah nyata membawanya menuju kesuksesan. Ratu Kim Jong Il pun memang sudah nyata memaksakan komunismenya di dunia.

Pembenaran: oke. Gua bingung mau pembelaan gimana. Otak gua jadi mumet. Gua udah bilang pernyataan si blogger tadi bener-bener mencengangkan gue. Apalagi kalau dia sampai menyebut-nyebut komunitas si Ratu Kim sudah tidak sehat. Terus apa lagi yang gua bisa katakan kalau, gua adalah salah satu komunitasnya?????

Pada kenyataannya ga semua orang bisa menjadi si Ratu Kim. Dalam kasus ini, maksud gua tokoh idola gue. Bahkan sampai hari inipun, gua masih menganggap dia adalah sosok kebanggaan yang patut ditiru. Istilahnya, dia bisa membangun sesuatu dari kecil dan mengembangkannya menjadi sesuatu yang besar. Sekarang gua tanya..
Adakah satu orang yang bisa menandingi kiprahnya? Silahkan unjuk tangan. Jangan Cuma unjuk tangan tapi buktikan. Gua butuh bukti. Termasuk blogger ini. memang, dia berhak banget buat berpikir kritis juga mengomentari, dan jelas komentarnya berguna. Tapi sekali lagi gue tanya, adakah yang bisa menandingi kiprah Ratu Kim?? Membangun komunitas seperti itu?

Kalau menyangkut sifat pongah dan sok bossy itu. ya gua mengakui. Dia mengakui. Seluruh komunitasnya mengakui. Tapi kadang sifat bossy itu kalau dibarengi dengan tindakan masuk akal bisa menjadi sesuatu yang positif dan pada kenyataannya dia menghasilkan sesuatu yang positif.

Tapi satu hal yang baru gua sadari dari si Ratu Kim.

Ya, dia memang tanpa sadar sedang mengekang pengikutnya dari dunia luar. Kenapa? kalau menurut gua pribadi, karena oke kata si blogger bener, dia tidak membagi kepintarannya untuk orang lain. Jadi inti si blogger Ratu Kim orang pongah yang sedang menahan para pengikutnya termasuk gue untuk bisa menggebraknya balik. Tapi setau gue, si Ratu Kim tidak pernah meminta untuk memiliki pengikut. Jadi gimana?

Club Camilan

Gua suka novel ini. berbeda. Different bin unik. Kenapa? ceritanya yah biasa aja. Kisah hidup 3 cewek lesbian. Tentu kehidupannya seperti kehidupan kebanyakan orang. Menurut gue, disitulah letak keunikannya. Selama ini, yang gua baca atau nonton tentang lesbian, selalu di sorot kesuramannya, kesedihannya, aduh pokoknya hal-hal minornya lah. Entah pengetahuan gua kurang atau gimana ya?

Novel ini diangkat dari blog lesbian populer buka aja, ada di link gue. Liat yang namanya camilan sepoci kopi. Karena setelah di baca-baca blog mereka itu ternyata pantas untuk diangkat menjadi prosa-prosa gitu gitu lah.

Bacaanya ringan, cocok untuk dibaca pada waktu senggang. Sambil santai dan menikmati camilan camilan legit. Donat, bolu, brownies, ditambah secangkir kopi. Sumpah, itu orang rakus banget ya? udah makan donat, pake bolu, sama brownies pula. Minumnya juga kopi. Ya ampun..

Gua suka karakter ketiga cewek ini. donat, alias Donna Talitha. Bolu, alias Bella Widjaja. Brownies, alias Brigitta NS. Mereka bertiga, ketiga cewek lesbian ini bersama-sama mengisahkan kehidupan mereka. Vulgar, terbuka. Kisahnya bisa bikin gregetan, gigit jari, bahkan senyum-senyum sendiri. Meskipun lesbian, mereka bisa membuktikan pada lingkungan, bahwa mereka mapan dan menawan. Itulah yang menjadi fokus gue. Para lesbian berkualitas.

Donat alias Donna, si penulis skenario yang suka berpetualang cinta ini yang paling menarik perhatian gue. Dengan kata lain gua ilfil berat sama dia. Latar belakang keluarga broken home, membuat dia suka menyalahkan sekitarnya. Menyakiti hati para perempuan-perempuan itu. yah, meskipun si donna memang tidak pernah menjajikan “komitmen” pada mereka sih. tapi karakternya kuat, dia professional dan berbakat di bidangnya. Sebagai penulis skenario.

Siapa yang sangka sinetron yang sedang kita tonton itu adalah hasil pekerjaannya?

Bolu alias Bee. Si cewek girly dan manis ini, yang mengaku sebagai lesbian karena merasa tidak into the guy. Pengalaman berpacaran dengan Rico, si cowok perfect dan baik hati, ternyata tidak menggugah hatinya. Dia lebih tertarik dengan Eve, si cewek gaul yang menyebalkan (menurut gue). Bee bee. Manis-manis yang menghanyutkan. Kalau liat kisah kelanjutannya di blog die, akhiranya si bee ini pacaran sama bini orang. Danielle. Her very first love. Udah gitu pacaran juga sama si pak Tio. Bosnya yang ternyata seorang gay! Yeah! He is a gay! Perpaduan sempurna bukan? Salah. Penyamaran yang sempurna untuk masyarakat. Si cewek lesbian dan cowok gay berpacaran. Then, where’s the problem? Udah gitu pacaran juga.. engg,. HTSan deh sama si Eve. Maruk!!

Brownies alias si Brigitta. Dari semua kisah, entah kenapa gua paling suka kisah dia. Bisa jadi karena adanya tokoh Bianca dalam kisah brownies. Ga tau kenapa, tapi gua suka banget sama Bianca. Terlalu klemar-klemer sebagai seorang yang mengaku “maskulin”. Pengecut, dan seorang pecundang di balik kehebatannya dalam mendesain rumah bagus. Seorang desain interior yang mapan dan kaya. Terlalu melankolis menurut gue. Yang dipikirin patah hati melulu. Emang sih, dia di tinggal kawin sama pacarnya si hanny. Lalu datanglah aiko. Si cewek malam di little Tokyo daerah Melawai (gua jadi pengen kesana).

Cewek berusia muda bertaut sekitar 10 tahun dari si brownies ini mengaku cinta padanya. Ditolak. Katanya ga mau aiko jadi lesbian. Biarlah dia jadi hetero. Begitu.
Lalu hadirlah si Bianca. Unik. Gua paling suka Bianca. Bianca adalah pembaca setia blognya, dan dia satu-satunya cewek yang dengan pedenya ngirim email ke blog mereka. Trus ngajak kenala brownies dengan cirri khasnya yang SINIS dan BLAK BLAKAN. Unik! Seenaknya ngatain brownies sebagai orang desperate yang sampe segitunya bawa cewek ga bener ke rumah (aiko). Email itulah menjadi awal perkenalan mereka. Hingga berlanjut ke chatting, telponan. Dan akhirnya ketemuan.

Tau dimana tempat yang dipilih Bianca? MUSEUM FATAHILAH!! Gimana gue ga mau ngakak bacanya? At least, si Bianca ini telah menarik brownies dari kisah patah hatinya yang menya-menye dengan sifat judes dan blak-blakannya. Kalo ngikutin kisah blognya, sempet si brownies ga tahan sama pacarnya yang terlalu judes itu. tapi di situlah uniknya. Bukankah mereka perpaduan sempurna ya?

Wajar ya kalo deskripsi gua tentang si brownies paling panjang. Gua paling suka sama kisah dia dan Bianca. Suwer! Tiap kali gua baca email Bianca, gua jadi senyum-senyum gaje sendiri. Gimana gua ga mau senyum kalo Bianca dengan seenaknya ngatain Aiko ji-em. Tau apa? JABLAY MELAWAI!

Ngomong-ngomong, untung ada si senior gua yang mau ngasih novel ini. a.k.a kak Ning. Udah lama gua pengen beli novel ini gara-gara baca blognya, tapi tiap kali gua melihat sampulnya di gramed bagai pungguk merindukan bulan. GUA GA BERANI!! YA. gua pengecut dan ga berani!! Ya ampun.. tapi ternyata dia nawarin. Tentulah kesempatan emas tidak gua buang-buang lagi. Mana gratis pula.

Bagi teman-teman yang tertarik dan mengalami kendala sama kaya gue (takut beli). Silahkan hubungi Marisa Jaya. Gua bersedia minjemin. Dalam rangka meneruskan kemurahan hati Kak Ning, kepada teman-teman sekitar.

Rabu, 24 Maret 2010

Too Much Coffee

Malam itu sudah larut, tapi gue masih berkutat di depan komputer untuk mengetik artikel yang menjadi proyek gua akhir-akhir ini. bukan, bukan notes novel gaje itu. tapi artikel yang lebih menakjubkan dari itu. tujuannya pun juga menakjubkan. Angka jam menunjukan pukul 11 dan mata gua mulai mengantuk. Tapi artikel gua belum selesai.

Akhirnya gua memutuskan untuk membuat kopi. Indocafe mix. Tadinya gua sama sekali tidak percaya pada pengaruh kopi. Gua campur sama susu bendera rasa coklat. Rasanya? Ehmm yummy banget. gua sampe ketagihan. Seperti yang gua bilang, gua ga percaya pada pengaruh kopi yang katanya bisa bikin mata melek. Apalagi kopi yang di mix-mix gitu, katanya lebih ampuh dari kopi tubruk.

Jam 1 dan gua udah selesai. Mata sedikit lelah, akhirnya gua matiin komputer gua. gua berbaring di ranjang. Mencoba memejamkan mata. Astaga! Gua ga ngantuk! Biasa jam tidur gua itu jam 10 malem. Cuma akhir-akhir ini aja selama ngerjain artikel-artikel aneh itu gua mulai rajin begadang. Tapi itu juga baru dua hari dan biasanya mata gua sepet banget.

Bagaimana akhirnya? Gua baru bisa tidur JAM 4 PAGI!! GILA! ternyata kopi bisa berpengaruh begitu besar!! Padahal besokannya gua ada kuis sejarah di sekolah meskipun lagi libur. Karena guru gua itu amatlah konyol. Gua belum belajar sama sekali, dan nilai kuis pertama gua itu 20! Jadi kuis kali ini gua harus dapet seratus untuk membantu nilai pertama (yah, pada akhirnya gua memang dapet 100 siihhh).

Jadilah gua bangun jam 8 pagi buat belajar, mata gua sepet lalu gua teringat efek kopi kemarin malam, dan gua bikin lagi kopi segelas sama seperti kemarin. Buktinya gua seger buger sampe siang. Ngangkat bok roti setinggi apapun gua bisa! Gulung-gulung roti gampang. Ugh! Perlu gua promosikan tuh merk kopi.

Tapi ga lama. Perut gua sakit. berak-berak. Ternyata perut gua belum terbiasa dengan kopi. It’s too much coffee.

Entah kenapa gua jadi teringat sama temen gua yang namanya kopi. Rada gaje ya? tapi memang bener. Akhir-akhir ini hidup gua too much coffee. Tiada seharipun tanpa si kopi. Sms kek, chatting kek, ngobrol kek, apa kek. Intinya serba kopi. Yeah, kopi cewek. Tentunya gua tidak akan lesbian dengan dia. Tenang aja. Tapi serius gua mulai merasakan efek too much coffee itu.

Pernah suatu malam, si kopi mengeluarkan statement yang menggelikan. Begini bunyinya..

“Gila ya, gua smsan sama lo ngalah-ngalahin jamannya gua pacaran dulu.”

Gua sih ga berpikir begitu, karena memang begini.. dari jaman dulu, kalo gua getol temenan sama satu orang percaya atau enggak efeknya pasti begitu entah kenapa. gua pernah too much sany, pernah juga too much ceem, pernah juga too much tiffany, pernah juga too much yessica, pernah juga too much Adrian, pernah juga too much sherliana dan pastinya pernah juga too much Alvin. (someone in the past).

Dan pastinya mereka pernah merasakan “too much Marisa.” Nggak percaya? Sayangnya harus percaya. Karena begitulah kenyataannya. Nama-nama di atas masih belum mengakui? Berarti mereka munafik. pasti mereka pernah merasakan too much Marisa di hidup mereka.

Dan sekarang giliran gua lagi “too much coffee.” Entah deh untuk kedepannya akan berpengaruh buruk atau baik. Yang jelas gua seperti addict coffee. Sama seperti waktu gua too much sama mereka. Tanpa sms mereka atau kontak dengan mereka rasanya hari gua jadi aneh. Tinggal tunggu si kopi yang bosen sama gue, atau gue yang bosen sama dia. *ihhh.. serasa orang pacaran deehh.* (eit tapi enggak, kalo begini serasa pacaran, berarti gua juga pernah serasa pacaran sama sany, ceem, Adrian, Alvin, Sherliana, Tiffany, Yessica donk? Definitely NO)

Mereka Bilang Itu Realita

Mereka bilang itu realita.

“Kehidupan memang harus dijalani seperti itu cia, memiliki rutinitas yang meyakinkan. Kerja di kantor sehingga kamu memiliki uang yang berkecukupan.”

Mereka bilang itu realita.

“Ga usah bermimpi yang aneh-aneh. jalani hidup apa adanya, ambil kemungkinan yang pasti. Jadi orang yang berani bukan nekat.”

Mereka bilang itu realita.

“Pada akhirnya siklus hidup juga akan sama. Lulus kuliah, bekerja di sebuah perusahaan yang bonavit, mendapat gaji yang besar, naik pangkat, hingga akhirnya kamu menikah nanti.”

Gua bilang ini realita mereka.

“Yah, berangkat pagi buta, pulang jam 8 malam, dengan wajah lesu tanpa semangat, mandi lalu tidur.”

Gua bilang ini realita mereka.

“Bekerja banting tulang, untuk sesuatu yang tiada hasilnya. Selalu siklus yang terjadi seperti itu. uang tiap bulan habis untuk kebutuhan primer hingga tersier.”

Gua bilang ini realita mereka.

“Menghalalkan segala cara demi uang. Selembar kertas tidak berguna itu yang tidak pernah kelihatan kegunaan nyatanya.”

Gua bilang ini realita mereka.

“Menjalani rutinitas-rutinitas aneh yang mengekang kehidupan mereka. Tanpa mereka sadari, bahwa mereka seperti hamster yang terus berlari di lingkaran yang sama. Hingga lupa siapa diri mereka sebenarnya.”

Gua bilang ini realita mereka.

“Terbelenggu dengan pola pikir aneh mereka sendiri, terkekang, bahwa hidup harus sesuai dengan realita.”

Sayang, gua bukan orang yang hidup dalam realita teman. Gua hidup dalam dunia gua. dunia gua, cita-cita gua, impian gua, dan khayalan gua.

Ini realita untuk gue.

“Menjadi seorang pengacara sukses yang menghibahkan ke rendahan hatinya untuk memajukan negara Indonesia. Mengajak anak bangsa untuk se-misi dengan gue.”

Ini realita untuk gue

“Memiliki perkebunan tebu, lalu memproduksi gula buatan gua sendiri dan memonopoli pemasaran produk roti lokal.”

Ini realita untuk gue.

“Menjadi seorang musisi hebat dan terkenang sepanjang masa di hati orang lain.”

Ini realita untuk gue.

“Menjadi seorang penulis hebat yang dapat mengubah kehidupan seseorang melalui karya. Karya tulisan.”

Ini realita untuk gue.

“Hidup berlimpahan cinta dengan orang yang sesuai untuk gue, menikah bukan karena harus. Menikah karena gua mau.”

Ini realita untuk gue.

“Menjalani hidup sebagai orang kaya, sukses, mapan, dan menakjubkan bersama pasangan gue. Hidup bersama, bahagia bersama, bersama anak-anak gua nantinya. Sempurna.”

Kata Keramat

Pengalaman segalanya. Pengalaman mengajarkan. Untuk itulah wajib bagi kita mendengar orang-orang yang berpengalaman. Contoh. Enci gue yang pertama. Tentulah dia sudah berpengalaman dengan kehidupan remaja.

Dia punya satu kalimat favorit. Isinya begini.. “Jangan pernah deh, elu percaya sama temen cewek. Yang namanya cewek itu saling menusuk dari belakang.” Apakah gua setuju? SETUJU ABIS.

Jadi jangan deh sok sokan menganggap gua sahabat bla bla bla itu. Yeiks. Disgusting you know? Karena apa? Karena pada kenyataannya aku tidak pernah menganggapmu sahabat TEMAN. Ga usah lebay menamai hubungan kita itu dengan kata “persahabatan” you got that? Don’t be so LEBAY. *aduh inggrisnya apaan sih?*

Kenapa? apakah gua satu-satunya remaja yang mengeluarkan statement itu? Dan apa artinya? Gua adalah satu-satunya remaja pintar di muka bumi ini. apa sih yang membuat lu begitu percaya pada seorang cewek yang lu sebut sahabat? Gua alergi. Alergi dengan kata itu.

Apakah sahabat kalau kita saling membicarakan satu sama lain di belakang? Apakah sahabat kalau kita menjelekan satu sama lain di belakang? Apakah sahabat kalau kita merebut gebetannya? Apakah sahabat kalau kita tanpa sengaja (atau dengan sengaja) melukainya? Apakah sahabat kalau ktia secara ga langsung sedang saling menjatuhkan? Apakah sahabat kalau persahabatan itu diselubungi kompetisi yang menyengat? Definitely NO my friend.

Gua benci dengan orang yang mengagung-agungkan persahabatan di atas segalanya. Menjadi begitu munafik dan sok suci dengan kata persahabatan itu. Lihat saja, sampai berapa lama sih ikatan itu bertahan? Gua sinis? Mungkin. Terserah mau menyebutnya dengan apa. Yang jelas pengalaman mengajarkan gue untuk “JANGAN PERCAYA DENGAN ORANG YANG KAU SEBUT SAHABAT.”

Fair enough? Gua boleh mengungkapkan pendapat gua bukan? Persahabatan menjijikan. Memuakan. Membuat gua mual saat mendengar setiap patah kata darinya. Merinding. Jangan sebut itu didepan gue. I hate that. Really.

Hey, tahu tidak? Cewek bisa menjadi sangat menyebalkan, obsesif, dan penuh siasat saat berniat mendapatkan apa yang di inginkannya. Apakah cewek masih bisa menatap sahabatnya dengan penuh rasa sayang saat sahabat itu adalah penghalang keinginannya? Bullshit! Cewek dan cowok itu berbeda. Cowok iya, gua percaya. Cowok memang mengutamakan persahabatan di atas segalanya. Tapi cewek? Oh please.. cewek, bisa mengorbankan segalanya demi apa yang dia inginkan. Bahkan sahabat. Cewek rela membunuh apapun melakukan apapun asal itu bisa mewujudkan keinginannya. Dan kalau untuk itu dia harus menusuk sahabatnya sendiri dari belakang.. hemm. Kenapa tidak?

Jadi begini ya “sahabat” berhenti memanggilku sahabat. Aku membencinya. Is that okay for you? Suck. S-U-C-K.

Geng Sosial

Menyedihkan. Ya, keadaan gua saat ini menyedihkan. Keadaan gua di sekolah menyedihkan. Entah mengapa, tahun ini kehidupan sosial gua betul-betul hancur lebur! Oh tidak. Menyebalkan. Ternyata gua malah berlarut-larut dengan keadaan ini. kadang gua menikmati jadi seorang “nerd”nya sekolah. Tapi makin lama, gua makin sadar. Woi. This isn’t my place! Bukannya gua merasa gaul. Tapi memang seperti itulah hal yang gua rasakan.

Menjadi seorang kutu buku bukanlah pilihan yang pernah terbayangkan oleh gua akan ada di kehidupan SMA. Ih, menjijikan. Lagipula, astaga. Gua itu bukan kutu buku abis! Ada yang pernah liat gua membaca buku? Segitu cintanya dengan buku sehingga merelakan kehidupan sosial gua hanya demi buku? Tidak. Gua tidak begitu suka membaca buku.

Aduh, kenapa rasanya semua hal begitu salah ya?

Dulu, gua menghujat-hujat kehidupan sosial gua yang menurut gua tidak masuk akal. Begini, hang out setiap hari kaya orang kurang kerjaan. Dan saat hang out itu apa sih yang kita lakuin? Ya ampun. Hanya hal-hal tidak penting yang digemari oleh para remaja. Bolehlah dikatakan gua itu remaja yang tidak biasa.

Terus, gua memutuskan gabung geng culun. LEBIH PARAH LAGI! Jadi sebenernya tempat gua itu dimana?? Dimana?? Kok rasanya gua ga masuk kategori manapun dalam kehidupan remaja sih? bikin frustasi!! Terus apa yang terjadi saat gua dewasa nanti? aduh. Gua bakal masuk kategori mana donk?? Apakah semua remaja mengalami hal ini? gua rasa kok Cuma gua doank ya yang pusing dengan tempat atau kita katakan geng tepat untuk gue.

Jumat, 19 Maret 2010

Egosentris (atau Jealousentris?)

“Hanya ada satu penyebab dari setiap kejahatan di dunia, INI KEPUNYAANKU” (Anthony de Mello, SJ, Doa sang Katak)

Dan apakah salah sewaktu gua menobatkan sesuatu sebagai kepunyaan gue sehingga tidak mau berbagi dengan orang lain? Bermurah hatipun terkadang menyesakkan dada sendiri. Untuk apa kita melakukan sesuatu yang menyesakkan dada sendiri.

“Gua keki juga ama tuh anak. Perasaan dia caper banget deh sama temen gua. kurang kerjaan banget tau. Mana sok munafik gitu lagi. Ngapain coba?” Siang tadi, gua mengungkapkan dumelan gue kepada temen sebangku gua.

“Lah terus emang kenapa kalo dia caper? Wonk yang di caperin juga biasa aja, terus yang caper juga dia ini kan bukan lu.. jangan-jangan lu… jealous ya?” Lalu dia tersenyum dengan sangat jail. Jail sekali.

Lidah gua terasa kelu. Mau ngebales tapi takut malah jadi bumerang. Pengen diem aja, itu malah bikin senyum dia tambah lebar, selebar setan yang bibirnya di sobek pake gunting. DUREN ANGGUR STROBERI SEMANGKA. RUJAK!!!! Siapa yang jealous???? Hah!! Siapa yang jealous????

Eit. Tunggu. Temen (bukan temen sebangku gua, tapi oknum yang sedang dibicarakan di atas) gua ini langganan baca blog gua. sebelum terbentuk kesalahpahaman yang bahkan belum dimengerti sama sekali oleh gue. Gua mau jelaskan. Memang kalo gua bilang gua menobatkan sesuatu sebagai “kepunyaan” gua. konotasinya kemana hayo? Pasti langsung, pacar lah, gebetanlah, ini lah, itu lah..

Logikanya lah ya. gue? Gue? Marisa jaya? Ngerebutin anak orang? Ih ogah deh. OGAH *ketok meja 333333 X* Apalagi ngerebutinnya sama orang yang gua akui sebagai temen aneh gue. Eh dan juga, gua ga KENAL sama ini orang. Yah maksud gua kenal sih, tapi kan baru kenal. Yah intinya ga makesense lah.

Jadi gua mengambil kesimpulan begini, mengakui sesuatu atau melabelkannya sebagai “kepunyaan” ga berarti konotasinya ke pacaran, bla bla bla nya itu. Gua senang dan norak baru-baru ini. tau sendiri kan? Gua itu nyari temen yang nyambung mampus memang susah. Nah, temen gua ini orangnya triple asik dan entah kenapa nyambung bener sama gue.

Jadi saat gua melabelkan kepunyaan itu yah maksudnya, temen kepunyaan gue, tong sampah kepunyaan gue (temen gua curhat), bank kepunyaan gue (hobi ngirim pulsa), musisi kepunyaan gue, komentator kepunyaan gue, si gila kepunyaan gue.

Yah bukan berarti maksudnya dia kepunyaan gue secara harafiah. Cuma gua ga suka aja sama si tukang caper itu. Ga jelas abis. Dan kesimpulan kedua, pada dasarnya gua memang ga suka sama si tukang caper itu sehingga menimbulkan kebencian tersendiri buat gua, sehingga juga itu terkesan seperti “jealous” padahal ENGGAK LAH!! SINTING! DUREN BANGKOK!!

“oke, memang bener sih. jealous itu sih ga selalu mengarah ke sana. Tapi kan…. Ga menutup kemungkinan.”
Apa maksudnya dia coba?? DASAR GILA!!! SI KECIL UDAH GILA!!!!

To Be an Expert.

Menurut gua, sebagai seorang perintis. Perintis kehidupan semenjak bayi, ada 4 tahap yang harus dilalui manusia untuk menjadi seorang manusia yang ahli. 4 tahap sifat dan kepribadian.

1.Orang yang (masih) payah, dan sadar bahwa dirinya payah sehingga berusaha untuk menjadi ahli.

2.Masih tetap payah, namun merasa bahwa dia telah sampai tahap menjadi seorang ahli.

3.Sudah menjadi orang yang ahli, menyadari keahliannya bahkan menggembar-gemborkannya.

4.Menjadi orang murni ahli menyadari keahliannya, namun seperti padi yang semakin merunduk, dia rendah hati karena keahliannya.

Dan gua. dalam dunia tulis menulis telah sampai tahap yang ke dua. Ya ya, gua selalu merasa ahli. Di manapun kapanpun, dengan penuh percaya diri mengatakan bahwa diri gua ahli. Padahal? Kenyataannya sangat bertolak belakang. Gua payah. Masih seorang loser seperti tahap pertama dan harus terus belajar.

Tentunya gua sudah pernah melewati ke empat tahap itu. Yah, gua sekarang telah ahli sebagai pejalan kaki. Maksud gua, sekarang gua pintar berjalan. Sekarang gua juga ahli sebagai seorang pembicara. Maksudnya yah gua sudah ahli dalam berbicara sekarang.

Dulu, saat gua masih bayi. Tentunya gua tau gua belum seperti orang-orang yang mengelilingi gua. tinggi, besar, bisa berjalan. Itu kenapa marisa versi bayi terus belajar. Belajar dan berkembang. Hingga sampai gua ke tahap batita, dimana kaki gua mulai bisa melangkah. Pastinya saat itu langkah gua tertatih-tatih, tapi gua norak. Gua akan merasa menjadi anak gede yang udah ahli dalam berjalan. Padahal ngalahin nenek-nenek lari aja belum tentu bisa.

Hingga kemudian gua bertumbuh lagi. Bertumbuh menjadi kanak-kanak. Yah tentu gua sudah ahli dalam berjalan, gua bahkan mulai bisa berlari. Gua bangga atas keahlian gua. gua akan menatap anak-anak yang masih belum bisa berjalan dengan merendahkan. “dasar anak kecil..” begitulah kira-kira. Marisa yang merasa dominan jika disandingkan dengan batita yang belum ahli berjalan.

Hingga sekarang ini lah gua SMA 1, apa iya gua masih norak dan menggembar-gemborkan. “Woi teman-teman, Marisa udah bisa jalan loh.” Tentunya tidak. Gua biasa aja. Berjalan memang sudah menjadi kebiasaan gue. Berjalan itu memang hal yang harus gua lakukan sebagai manusia. Dan apakah gua melihat orang-orang dengan sombong karena gua bisa berjalan? Ya ampun. Mungkin ga sih?

Begitu juga dalam nulis novel. Begini ya, tulisan gua itu masih ga karu-karuan. Ga tau tema jelasnya, ga tau kepentingannya, ga tau dialognya. Ga tau segala-galanya, tapi gua merasa hebat dan ahli. Seperti batita yang baru belajar berjalan dengan tertatih-tatih. Norak mengetahui bahwa ternyata gua bisa berjalan. Norak mengetahui bahwa ternyata gua bisa menulis,

Ya, tentunya gua bisa menulis. Tapi apakah tulisan gua pantas disebut sebagai tulisan yang bagus? Apakah tulisan gua pantas untuk disandingkan dengan para senior-senior itu? Pastinya enggak, ehm, belum.

Jadi sekarang gua bingung bagaimana untuk menjadi seorang penulis yang hebat. Nah gua ga persis di tahap ke 2 mungkin kita bisa bilang 2 setengah. Karena gini loh, orang di tahap ke dua ga menyadari bahwa tulisannya payah, sedangkan gua menyadari bahwa tulisan gua payah sehingga gua ingin belajar untuk menjadi ahli. Menjadi tahap yang ke3, atau jika gua beruntung, gua bisa langsung menjajaki tahap ke 4.

Menjadi penulis ahli yang rendah hati.

Cerita Porno

Parah.

Gua memang anak yang porno. Ini gua menulis blog ini sebetulnya karena mendadak gua keranjingan sendiri. Jadi begini loh ceritanya, ada sebuah website dimana kita bisa mengembangkan imajinasi-imajinasi kita, bahkan imajinasi terliar kita.

Dan gua baru menulis di sana. Buka aja www.fanfiction.net intinya gitu deh. Nah.. gua baru bikin account disana. Dan gua sedang mencoba untuk mengembangkan imajinasi gua yang “terliar”. Jadi setelah gua pikir-pikir selama ini gua sering melihat cerita-cerita di sana yang rated M (Mature) alias dewasa. Jadi tahu donk maksud gua
ceritanya itu seperti apa?

Tentulah cerita yang porno. Yang mengutamakan adegan seks seks dan seks.

Sebuah percakapan antara gua dan teman sebangku gua yang mulai menggelitik imajinasi gua. seperti malam ini.

“Mar, kira-kira waktu mereka bikin cerita yang rated M gitu di fan fiction, muka mereka kaya gimana ya? apa mereka santai aja, atau muka mereka merah, atau jangan-jangan malah horny sendiri?”

“Iya ya? gua juga jadi bingung. Coba yuk sekali-kali, gua juga penasaran rasanya gimana nulis cerita porno gitu.”

Temen gua tentunya menolak. Selama ini dia bikin cerita disana itu rated K!! K yang artinya kids! Jadi bukankah sangat gila jika mendadak gua menghasut dia untuk membuat cerita yang rated M??

Dan sekarang gua udah tau gimana rasanya. Oke untuk sekedar informasi, gua baru bikin sampai bagian si pemain pertama menatap payudara si pemain kedua setelah ciuman panas dan raba-rabaan yang lembut. Jadi si pemain pertama itu sedang bersiap-siap menerkan si pemain kedua.

Mau tahu apa rasnya? Kalau ditanya seperti apa reaksi gua wktu menulis ini adalah. MUKA GUA MERAH! Horny? Sarap! Boro-boro horny? Gua udah keranjingan ga karu-karuan ini!!! tapi ga tau ya, kalo udah sampe di klimaks apakah air muka gua akan berubah?

Udah ah, mau lanjut nulis lagi.

Sabtu, 13 Maret 2010

Pembalut Wanita

Sebetulnya, gua rada bingung. Padahal kalau di hitung-hitung, gua udah mengalami menstruasi semenjak kelas 6 SD. Dan yang bikin gua bingung itu, kenapa sampai hari inipun gua masih belum terbiasa dengan yang namanya menstruasi.Menstruasi yang identik dengan perempuan.

Hari Jumat kemarin gua menstruasi. Itu juga yang gua maksud belum terbiasa. Bayangkan, gua tuh sering banget yang namanya dateng tiba-tiba DI SEKOLAH! oke, gua ga mau ceritain pengalaman terlalu panjang, seperti yang pernah gua bilang lama-lama malah bosen. Nah gini loh.. ada satu kejadian lucu deh pas hari Jumat itu.

Selama pelajaran, sebenernya gua udah berasa. Berasa ga enak. I know! There was something between my legs, and i could feel that. Jadi gua sudah menduga-duga bahwa ini adalah tanggalnya. Pada dasarnya gua memang ga tau cara menghitung segala menstruasi dan pernak-perniknya itu.

Gua ga panik tuh. karena hampir setiap bulan gua dapet itu memang selalu di sekolah. dan kayaknya tante kantin, tempat gua beli softex juga udah hafal. Jangan-jangan dia juga tau kali tanggalan dapet gua pas tanggal berapa. Wonk, pasti tiap bulan gua beli softex sama dia.

Sayangnya, pas itu kantin rame. Gak mungkin donk gua teriak-teriak di kantin.. "Tan, aku beli softex donk. jangan yang sayap ya.." bisa-bisa semua mata memandang ke arahku. Akhirnya gua memutuskan buat beli softex di wartel deket sekolah.

Begitu sampe, ada satu cowok abang-abang gitu yang juga baru dateng, wah mati gue!! Mana enak sih ada abang-abang gini?

"Beli apa de?" yang jual nanya ke gue.

"Softex donk i.." Dengan suara yang ultra pelan. Gua rasa si abang-abang itu juga ga denger.

"Mau yang sayap atau enggak?" itu ii juga ngomongnya pelan.

"Jangan yang sayap i.." Yah memang sekedar informasi, gua benci pake yang sayap. Rasanya kaya ada yang ngeganjel gimana gitu.

akhirnya diserahkanlah softex yang berharga seribu itu diselubungi kantung plastik hitam. Setelah itu si ii nanya ke abang-abang tadi.

"Beli apa mas?"

"....." Gua ga kedengeran. Tapi pertanyaan ii itu yang kedengeran dan mengagetkan gua.

"Mau yang sayap atau enggak mas?" WHAT THE... JADI.. si mas itu beli softex juga..

Gua sampai terbengong sebentar. sampe akhirnya, meledaklah tawa gue. Si ii pun ikut ketawa juga.

Tertawalah kami bersama-sama karena si mas aneh itu. Tak dapat tergambarkan deh kenapa dia beli softex.

Diari, Blog, Hingga Majalah

Gua baru merasakan belakangan ini. menulis diari dan blog saja sudah berbeda jauh. Mengapa? Nulis di diari? Jiah! Elu mau nulis kata-kata apapun juga bebas-bebas aja. Mau nulis pake gaya alay juga bebas-bebas aja. Toh itu yang baca juga Cuma lu. Betul? Mau nulis kata-kata kotor? Terserah! Mau nyumpahin satpam yang mukul lu pake tongkat golf gara-gara telat? Terserah! Mau nyaci maki senior lu yang sok jagoan? Terserah!

Lain halnya sewaktu lu nulis di blog. Yah, katakanlah blog gua memang ga rame. Pembacanya pun juga Cuma teman-teman sekelas. Karena gua juga sadar, kemampuan nulis gua belum membuat blog gua pantas untuk jadi beken dan rame. Meskipun gua punya keinginan untuk itu.

Nah sekarang bayangin, di blog itu semua orang dari seluruh dunia bebas mengakses masuk ke dalamnya. Dimana yang lu tulis akan terlihat SEJELAS-JELASNYA. Mana bisa lu bergaya nulis diari yang kaya gini..

Dear diary,

Huh! Hari ini aku kesel deh! Itu tuh, si kuncoro! Masa jalan bareng si Inem? Padahal! Aku kan naksir sama dia! Keki aku, benci aku! Liat aja si Inem! Apa sih kelebihan dia dibanding aku? Item, katro, jelek, pendek, buntet, geblek, lemot, dibanding aku! Yang cakep, pintar, baik, tidak sombong. Pokoknya aku sumpahin si Inem biar cepet2 ditangkep sama polisi. Aku tahu tuh rahasia dia! Suka nyolongin ayam tetangga!!!

Kira-kira apa yang terjadi selanjutnya kalau ternyata si Inem suka buka-buka internet dan iseng-iseng baca blog si penulis diari kurang kerjaan tadi? FATAL!! Bisa-bisa dia yang ditangkap polisi dengan tuduhan mencemarkan nama baik.

Itu bedanya! Di blog gua ga bisa sembarangan. Karena gua harus sadar, pembacanya bukan Cuma gua seorang. Only gua. tapi seluruh dunia bisa baca kalau mau!

Sekarang bandingkan lagi, nulis blog. Yah, kita bisa bilang. Nulis blog, suka-suka kita lah ya.. blog-blog kita kok. Yang bikin kita, yang desain kita, yang ngetik kita, adminnya juga kita. Mana mungkin, si internet nolak postingan kita karena katanya tidak sesuai untuk publik? Ada pengunjung reseh yang komen aneh-aneh. bisa kita apus komennya. Ada pembaca yang kritik dengan pedas, bisa lu jawab.. “Yee! Suka-suka gue! Ga mau baca ya sana pergi lo!” (bukan contoh orang sukses yang baik dan mau menerima kritik).

Bandingkan dengan menulis di sebuah perusahaan yang mengisi-isi bukunya dengan berbagai macam artikel. Kita sebut ajalah majalah. Mau on line mau offline. Intinya yah majalah. Dimana elu bukan pemilik lingkaran tersebut, istilahnya elu hanya mengisi sedikit bagian dari majalah itu. Elu ga bisa nolak komennya. Elu ga bisa nulis suka-suka dan seenak bero. Kalau blog, Cuma segelintir orang yang mengaku suka makanya buka blog kita. Isinya pun yah tentang kita.

Tapi gimana kalo majalah? Dimana pembaca majalah itu yah bukannya Cuma baca tentang lu doank. Karena isi majalah itu kan ga Cuma tulisan lu doank. Tentunya lu harus menghasilkan sebuah tulisan atau artikel yang berkualitas dan bisa bersaing (roti kale pake bersaing). Pastinya sang redaktur ga mau lah, mendadak kedatengan satu penulis yang suka nulis seenak bero dia dan malah bisa menghancurkan perusahaan majalah tersebut. wajar.

Itu berarti, waktu menulis di majalah, setidaknya kita sudah naik satu level dalam zona tulis menulis dengan tingkat kesulitannya bukan? Iya donk. Itu berarti elu harus bisa menghasilkan tulisan yang cocok dan tidak mengandung sesuatu yang melanggar hukum. Berat oh berat.

Dan satu lagi bedanya sama nulis di blog. Nulis di majalah, itu berarti akan ada redaktur yang tingkatnya lebih tinggi satu level dari lu dimana dia adalah orang yang bisa menulis dengan baik, dan tugas dia adalah mengecek tulisan lu apakah tulisan lu baik atau tidak. Itu berarti… ada kemungkinan artikel lu ditolak juga donk? Wajar.

Apalagi kalo ternyata bos redaktur itu adalah orang arogan, tegas, menyebalkan, dan sangat selektif. Wajar. Kalau dia ga menjadi orang yang seperti itu, sebuah majalah ga akan pernah bisa berkembang. Tulisan lu dipulangkan dengan nada kecewa. “Maaf, tulisan yang ini harus ditolak karena bla bla bla..” beserta kritik-kritik pedasnya. Sekali lagi wajar. Dan apa yang harus dilakukan oleh seorang penulis?

Ingat baik-baik kritik tersebut, menyelaminya, mengerti, dan diulang 10 kali hingga kita mengerti maksudnya. Penolakan itu pengalaman. Dikritik itu kebahagiaan karena berarti ada juga yang mau repot-repot ngritik tulisan lu. Gua suka kritik yang pedas. Rasanya ada yang deg-degan gimana gitu. Sensasinya tak terkatakan kalo denger kritik pedes. Deg-degan, marah, kesel, dan memotivasi kita untuk menjadi lebih hebat.

Jadi apa yang harus dilakukan selanjutnya? Pelajari kritik itu. Pahami kekurangan dalam tulisan lu. Dan tulis kembali dengan kualitas yang lebih baik sehingga menaikan peluang tulisan lu itu dapat diterima. Hemm.. *usap-usap dagu*.

Poruno

Satu hal yang sangat amat gua kenal dari lingkungan remaja. Kalau boleh mengakui juga sangat gua gemari. Sebetulnya ini suara hati yang amat salah. Yah gimana, insting gua berkata lain. Otak dan logika sih boleh meneriakan suara protes mereka, tapi gua lebih mengikuti insting daripada akal sehat dan logika gue. Sebagai remaja.

Hehehehe

Rasanya gua paling suka deh ngebahas ini. ini topik yang paling amat sangat suka gua bahas bersama temen-temen gua, terutama temen-temen cowok. Apalagi kalau nggak ada kerjaan. Wah paling asik tuh, panas-panas, gerah-gerah ngomonginnya ginian.

Jujur gua akui, waktu kemarin malam. Gua berpikir sejenak. Ada apa sih dengan remaja jaman sekarang? dalam kasus ini gua spesialisasikan kepada para cowok-cowok SMA. Porno. Porno. Dan porno. Topik terfavorit, terpanas, dan terseru menurut gue.

Ya ya, orang yang melihat gua kebanyakan menatap dengan pandangan aneh. “Ih, kok cewek suka begituan sih?” so what? Oke ini salah. Karena pada dasarnya menyukai hal-hal yang seperti ini adalah salah.

Nah ini yang kemarin malam gua pikirin. Ada apa sih dengan otak cowok-cowok? Kalau boleh gua bilang sih, itu namanya “ngeres” oke. Gua memang ngeres. Tapi gua ga ngeres sembarangan. Gua menyelidiki, mencari tahu, menyurvei, meneliti. Dari hal-hal ngeres tersebut, gua bisa mendapatkan pelajaran. apa sih pelajaran yang gua dapet? Yah pelajaran buat masa depan lah.

Jadi sebetulnya gua ga pernah masalah kalau ada orang ngomong. “Vagina menyatu dengan penis.” Ataupun, “penetrasi” ataupun “pembuahan” dan lain sebagainya istilah-istilah biologis. Memang kenapa? toh kita remaja yang perlu pasokan ilmu dari sekolah kan? Dan proses reproduksi bla bla bla itu adalah salah satu pasokan ilmu yang wajib kita pelajari. Jangan Cuma taunya sex sex sex doank!

Ngeres sih boleh. Tapi jangan jadi bloon. Bayangin sex sih boleh, tapi jangan asal bayangin doank. Harus tau proses dan cara pembuahannya donk. Imajinasiin cewek bugil sih boleh, tapi harus tahu struktur tubuh kami juga fungsi-fungsinya donk. Intinya, jadilah pelajar ngeres yang pintar.

Suatu hari, gua nanya ke temen cowok geng gue. Secara dia tuh keliatan paling “menonjol” kalo udah ngomongin yang gitu-gituan kan. Gua tes. Yah sebetulnya gua udah tau jawabannya sih.. kan ngetes.

“Elu tau ga? Kenapa cewek bisa ga perawan?”

“Yah tau lah! Ga salah nanya lu? Nanya begituan ke raja bokep kaya gue.”

“Apa?”

“Karena dimasukin sama itu tuh.. itu tuh..” nunjuk2 ke botol aqua gue yang berdiri tegak.

“Elu tau prosesnya?”

“Eh.. yah dimasukin. Terus ga perawan deh.”

“Jieh? Gimana ceritanya lu? Masa main dimasukin tau-tau ga perawan sih? ga pernah liat ya?”

Dia garuk-garuk kepala. See? See? Gituan aja ga tau? Nih gua jelasin. Seorang cewek, memiliki sesuatu yang tidak dimiliki cowok. Vagina. (dan kawan-kawan. Tapi marilah kita fokuskan ke alat satu ini), se yang gua pelajari, bibir vagina itu bisa mentok. Kalo mentoknya udah sampe ke rahim. Nah selama belom, vagina ini sifatnya elastis, tergantung seberapa bergairah si cewek, vagina ini bisa memanjang. Jadi sebetulnya istilah “mentok” tuh jarang. Kalo sampe “mentok”, biasa karena si cewek juga ga bergairah. Nah itu fatal akibatnya,

Intinya gini, vagina seorang perempuan yang belum terjamah, biasa kita sebut adalah keperawanan. Apa yang menentukan seseorang perawan atau enggak perawan? Selaputnya. Selaput darah. Gua jamin, orang yang udah pengalaman pertama ngerti. Setiap orang punya kedalaman selaput darah yang beda-beda. Bagi yang punya selaput darah deket bibir vagina. Kasian deh lo. perawan lo berarti gampang bobol. Yah tapi, gak mungkin. Sekali lagi, gak mungkin letak selaput darah itu lebih dalam dari yang bisa dijangkau oleh penis.

Dapet maksudnya? Intinya, kalo tuh vagina dimasukin oleh penis. Apalagi sampai penuh. Alhasil, pasti jadi ga perawan lagi. Dijamin deh. Kecuali.. yah kecuali, penisnya itu Cuma sepanjang jempol, dan selaput darah lu itu bisanya dijangkau sama jari telunjuk. Nah ini dia yang musti hati-hati, jangan pikir dimasukin jari bisa aman, karena ada beberapa yang selaput darahnya itu rawan bisa langsung ga perawan. Pokoknya keperawanan ini harus kita jaga baik-baik lah.

Apa yang ada dipikiran anda sewaktu saya menjelaskan hal diatas tadi?

Kalo cowok. Udah dijamin. Pasti foto cewek-cewek telanjang yang mereka pajang di pintu kamar langsung terbayang. Betul betul betul? Terkecuali beberapa cowok jenius yang tidak paham. Pasti yang terbayang gambar vagina dan strukturnya yang terdapat dalam buku biologi. Kasian banget sih.

Kalo cewek. Yah, gua tau, pasti ada temen gua yang besok nanya di kelas, “ih mar, elu nulis apaan sih di blog? Gaje banget! geli gua bacanya.” Oke stop stop stop. Gua ingatkan, kepada teman-teman gua yang membaca. Jangan langsung mencerca gua seperti itu. Saya tidak seperti yang anda pikirkan,

Gua hanya mengungkapkan sebuah fenomena yang terjadi di semua keluarga. Di semua ranjang pasangan suami istri. Ya kan? Kenapa harus jadi pembicaraan yang vulgar? Gua kan ga lagi bikin cerita stensilan (cerita porno). Ini kan blog, bukan blog stensilan. Gua hanya mengungkapkan fakta. Sebuah kejadian yang pastinya kita alamin. Kecuali elu adalah aseksual atau.. homoseksual? Ngomong-ngomong, homoseksual pun bisa merasakan keindahan sex tuh. Tanya aja temen gua yang pernah.

Nah itu dia juga yang gua bingung di otak cowok2 apalagi yang anak IPA. Idihh.. kok aneh. gua kenal satu temen gua. satu-satunya cowok yang polos di mata gua. yah siapa lagi tak lain tak bukan adalah Adrian Santoso. Secara dia temen cowok yang paling sering gua omongin di sini. Dia ga segen tuh nyebut sperma, vagina, atau semacamnya. Karena menurut dia itu normal. Toh kita memang memiliki itu, bahkan kita tercipta dari itu. So, dimana letak permasalahannya?

Sedangkan teman sebangkunya, asal kita nyebut kata-kata yang normal menurut gua langsung bisa disambung-sambungin. Kaya… mengulum, menyedot, menjilat, mengelus, menggesek, menusuk, mencium, menghirup, menyemprot, menelan, menggigit, menggenggam, mengocok, dan lain sebagainya. Lihat kata-kata di atas satu persatu. Ada yang salah? Gua udah cari tuh di buku kamus bahasa Indonesia yang tebelnya seadujubile. Dan. Tak ada yagn salah? Tak ada kata-kata vulgar sedikitpun dalam kamus itu.

Nah, coba eja terus kata-kata yang gua sebut tadi kalau belum ngerti apa hubungannya. (ini pasti anak2 yang ga ngeres), tapi bagi yang ngeres, tak perlu berpikir lagi. Otak kalian pasti sudah “ngeh” dengan apa hubungan kata-kata di atas tadi dengan sex. Kalau boleh gua tebak, pasti udah terbayang adegan-adegan yang menggunakan kata-kata diatas tadi bukan? Hehehehe.

"Gua mah mengalir aja kaya air" Plis Deh!

Sekitar seminggu sekali, gua memang seneng pergi ke warnet. Yah inilah anak-anak menderita tanpa internet. Karena internet gua dicabut dan dengan tega nya bokap gua menuding gua beserta enci gua bahwa kami telah menyalahgunakan fungsi sebenarnya dari Internet. Padahal andai ayahanda tau.

Kita menggunakan fungsi internet itu semaksimal mungkin. Betul donk? Coba mikir. Ngupdate blog pake apa kalo bukan internet? Nyari tugas pake apa kalo bukan internet? Referensi novel pake apa kalo bukan internet? Wawancara temen-temen buat tambahan bahan novel pake apa kalo bukan Internet? Yah lebih menjurus kearah ngegosip ga jelas sih. hehehe

Oke, bukan Cuma pas di warnet sih.. atas saran dari temen gua sekarang gua download ebuddy messenger. Dan gua sangat amat norak mengetahui pake ebuddy itu udah sama kaya pake komputer chatingannya. Jadi ga ada tuh namanya refresh-refresh halaman kalo mau tau pesan terbaru dari lawan main kita.

Maning murah pisan euy! Intinya, lewat dunia maya itu pastilah gua bertemu beberapa orang dan melakukan aksi perbincangan antara dua manusia tanpa batas waktu dan jarak. Kita sebut chatting. Gua baru sadar. Entah gua yang sok dewasa, ataupun otak gua yang memang aneh dan tidak sesuai umur. Karena gini loh, gua mencari teman ngobrol asik itu memang susah.

Kalo kata temen gua sih, gua sukanya ngomongin yang berat-berat. Yah kaya badan gua gitu deh. Gua tuh paling sangat amat males kalo udah chattingan nanyanya begini.. “Elu gimana sama gebetan lu yang baru?” atau “Sekolahnya gimana?” “sekali-kali jalan yuk..” aduh! Bête gila. pada dasarnya gua itu membenci perbincangan ringan.

Gua pengen mencari teman yang bisa diajak ngebahas sesuatu yang penting dan menyenangkan. contoh. Musik. I love it. Atau, membicarakan kehidupan lawan gua. bukan kehidupan yang terlalu pribadi, maksud gue. Bisalah, kita bersama-sama ngomongin visi dan misi kita untuk kedepannya. Jangan mentang-mentang remaja jadi bahan obrolannya begitu gitu mulu. Ih bosen deh.

Inilah asal muasal gua lebih suka bergaul dengan orang dewasa. Ya orang dewasa yang sudah mencicipi asam garam dunia. Orang dewasa yang bisa memberikan gua nasihat dan mengimbangi topik yang pengen gua angkat. Meskipun secara teknisnya gua ga mungkin bisa ngimbangin dia karena toh secara umur kita sudah berbeda.

Entah kesurupan apa, gua sekarang suka berdebat. Kalah atau menang ga penting. Yang penting debat dulu, berdiri diatas pendapat kita masing-masing dengan perdebatan yang menggunakan otak dingin tanpa teriak-teriak atau huruf besar semua yang menandakan emosi. Berdebat dengan cara yang… elegan. Kita kan pelajar, dan gua memang lebih suka berbincang dengan orang yang “berpendidikan” dibanding yang tidak. Percaya deh, rasanya beda.

Sebetulnya, apa sih yang ada dibayangan gua tentang kedewasaan? Sebetulnya paragraf2 diatas tadi Cuma untuk pembuka. Akhir-akhir ini memang gua seperti pelari marathon yang sedang mengejar garis finish. Garis finish disini adalah tahap kedewasaan. Dan sepertinya masih belum gua miliki sampai hari ini. baca diatas, gua bilang gua seperti orang dewasa cara berpikirnya. Tapi sesungguhnya gua tetaplah seorang remaja yang belum pernah merasakan jadi dewasa.

Biar bagaimanapun, pengalaman adalah segalanya. Pengalaman buruk ataupun baik itu segalanya. Yang pastinya bisa merubah cara berpikir kita secara total-totalan, contoh aja. Dulu, gua mikir.. orang masuk tivi itu karena tivinya di bobol terus orangnya masuk deh. Konyol bukan? Sekarang gua tau, kalo ada sebuah tempat untuk shooting menggunakan satelit yang akhirnya bisa sampe deh ke tivi tivi di rumah kita.

Seperti paradigma versi remaja gua saat ini. siapa yang tahu, kalo ternyata saat gua dewasa nanti.. gua akan memandang kehidupan dengan cara yang berbeda. Dan saat gua memandang gua yang remaja dulu, gua akan tertawa geli karena kekonyolan cara berpikir gua.

Tapi balik lagi ke paragraph awal. Gua agak bingung dengan orang-orang yang cenderung lebih besar umurnya daripada gua, tapi cara berpikirnya amatlah konyol. Atau mungking gua yang tidak terlalu mengenal “teman-teman aneh” tersebut sehingga gua ga tau persis seperti apa cara berpikir mereka? Banyak faktor. Mungkin karena mereka bukan tipe orang yang pintar mengungkapkan pendapat mereka secara jelas dan gamblang. Seperti gue. Seperti gua yang hobi ngomong dan debat. Haruslah bisa mengungkapkan sesuatu dengan jelas bukan?

Gua ga tau. Tapi intinya, gua benci ngobrol dengan orang-orang yang tak memiliki tujuan seperti itu. Dan yang paling gua benci adalah jawaban yang “Gua mah, mengalir aja lah kaya air.” Dan orang tersebut adalah cewek berumur 20 tahun. Kebayang ga sih? anak umur 20 tahun pikirannya kaya air-air yang mengalir ngalir. Ya ampun…

Marisa dan Blog si Anak Roti

Gua masih inget dulu, *lagi bernostalgia* kenapa blognya si anak roti ini tercipta (buka di blogroll, yang blog si anak roti gue). Inget persis alesannya. Karena salah seorang senior gua bikin blog. Dan gua ngefans abis sama blognya (kadang membingungkan. Sama blog atau orangnya). Dan itu menyambet gua buat ikutan dia bikin blog juga. At least, gua pengen bisa menghasilkan tulisan yang ehm apa ya? kalau boleh di bilang real, apa adanya, menarik, kaya tulisan dia.

Oke. Stoplah, ga mau gua muji-muji dia (lagi untuk kesekian kalinya) disini. Daripada entar orangnya menggelembung tinggi dan terbang melayang ke awang-awang (lagi untuk kesekian kalinya). Gua Cuma pengen nginget-nginget, kenapa tulisan gua jika dibanding yang dulu itu mulai berubah. Secara keseluruhan, gua mulai memperhatikan penggunaan kata dan kalimat yang baik juga benar. Meskipun, kadang susah sih. adoh! Dimana lagi gua bisa bebas berekspresi dengan bahasa gaul kalo bukan di blog hah? Novel! Kan ga mungkin gua pake bahasa ga jelas kaya begini. Apalagi dikirim ke redaksi? Bisa dikemplang gue sama kak Ning pake gebukan kasur.

Sebenernya sih, dibanding yang dulu tulisan gua sudah lumayan lah. Coba, coba gua kutip tulisan yang dulu.. hehehe

“Waktu denger dia disuruh (seharusnya, disuruh itu jadi di suruh, atau sebetulnya kata di suruh itu kurang baik. Kan bisa gua ganti di beritahu, di sarankan, dan sebagainya..) pulang kampung.. gua langsung “yah…!” agak memalukan sih buat anak kelas smp 2.. gua mau nangis!!! Trus dia bilang “cia, ati mau pulang nih.. lu mau ikud (Ini nih yang gua bilang kaya alay. Sejak kapan “ikut” itu jadi “ikud”?) ga?” gua sih mauuu banget ikut kekampung dia.. gua sih lebih betah, kemana2 (alangkah lebih baiknya kalau gua mengetik itu kemana-mana) sama pmbantu gua dibanding nyokap gua sndiri (seharusnya gua mengurangi pemakaian kata yang disingkat. Karena itu tidak memenuhi kriteria bahasa Indonesia yang baik). Tapi gua mikir lah, mana boleh sama bokap gua.. wktu (harusnya WAKTU) dia pulang terakhir kali juga, gua udah nanya ke bokap gua.. bokap gua malah bilang “nanti aja, kalo lu udah gede, lu ajak pacar lu kekampung si ati.. nanti lu cari cowo yang bisa bawa mobil!” stress dah!!”

Coba di selidiki. Itu sepenggal paragraf yang gua kutip dari postingan, polosnya si anak Jakarta. Masih awal-awal banget tuh gua bikinnya. Tapi, setelah di lihat dan di tilik. Kok tidak berbeda jauh dari blog gua yang sekarang? lho? Berarti blog gua kemajuannya belum banyak donk?

Nah! Sudah ku edit di atas. Tambahan lagi, gua kebanyakan menggunakan pemakaian TITIK, entah kenapa saat mengetik gua hobi sekali memakai titik. Padahal, titik satu saja kan sudah cukup, Kalimatnya pun kurang efektif. Harus serius belajar sama Bu Oyong tercinta nih.

Padahal, pada waktu itu, gua sudah biasa menulis menggunakan bahasa baku untuk novel loh? Tapi entah kenapa kesannya berbeda sewaktu gua berhadapan dengan blog. Blog yang berarti menceritakan tentang kehidupan gua sendiri. Bukan orang lain. Fakta bukan fiksi.

Pada jaman dahulu itupun, blog gua intinya tidak jelas. Tidak jelas, entah apa yang mau gua ketik. Tidak jelas, entah apa yang mau gua ungkapkan. Malah kadang, bisa nyasar kemana-mana pembahasannya. Niatnya ngomongin politik, tapi ujung-ujungnya malah beralih ke pencuri ayam di kompleks rumah. Seperti yang gua bilang. Tidak jelas.

Kadang bisa sampai 5 halaman gua mengetik seperti pelajar yang kurang kerjaan. Saat membacanya pun mata gua sampai kicer-kicer-siwer-siwer saking panjangnya. Dulu, gua mengetik tanpa tema. Gua mengetik apa yang mau gua ketik. Judul? Belakangan. Sekarang, gua belajar untuk menyesuaikan judul dengan isi. Itulah yang membuat blog gua sekarang tidak terlalu panjang. Lagian, memang orang ga males kalau membaca blog sepanjang itu. Ya ampun…

Ah gua begah pake bahasa formal kaya tadi. Biar itu gua sisakan untuk novel dan saat gua kesambet mau ngirim artikel ke redaksi. Blog itu tempatnya gua puas-puasin bergaul ria. Ber elo gue. Karena jari gua rasanya keram kalau harus mengetik “saya, aku, kau, dan kamu” aduh aduh aduh.

Ah gua masih inget juga. Seharusnya untuk kelangsungan blog ini gua wajib mengucap syukur dan terima kasih kepada senior gua yang bersedia menjadi komentator sukarelawan yang suka ngasih gua kritik, yang meskipun kadang rada ga jelas, tapi sangat berguna ternyata. Arigatou senpai!

Intinya gua pengen terus belajar, mengimbangi beberapa penulis hebat yang gua kenal.

Kalau mereka bisa, kenapa gua ga bisa?

Mendadak Kuper

Sepengen-pengennya gua jadi anak hukum, segitu terobsesinya gua mengejar impian gua, segitu menggebu-gebunya gua jadi orang sukses, gua sampe melupakan yang lainnya. Ini buruk! Karena semua itu harus ada didalam proporsi yang seimbang. Mimpi gua, cita-cita gua, dan kehidupan gua sekarang ini. kehidupan sosial, kehidupan ekonomi, kehidupan percintaan (oh salah2 ini ga masuk!!).

Terutama kehidupan sosial gua. Gua mulai gila-gilaan mikirin hal yang aneh-aneh. seharian gua sibuk merangkai masa depan (bukan ngehayal, serius ngerangkai masa depan!),maksudnya merangkai masa depan, gua melakukan sesuatu untuk mengumpulkan modal kesuksesan gua nantinya. Dan itu masih dirahasiakan, bukannya gua sok penting, sok keren, atau sok seleb, pake rahasia-rahasiaan. Gua Cuma pengen keluar nantinya setelah gua berhasil sama projek yang ini, dengan keadaan orang-orang yang cengo menatap gua.

Gua males jalan-jalan, selain karena ekonomi lagi morat-marit, dan gua jadi prihatin sama keluarga gua, gua juga lagi sibuk n mencurahkan seluruh perhatian gua buat projek satu ini. gua udah kebayang kalo ini berhasil, gua bisa nabung buat nanti. Alhasil apa? Gua terisolasi dari dunia luar. Gua kaya manusia purba yang masuk Jakarta. Gua ketinggalan gossip-gosip terbaru, gua jadi kambing congek, waktu temen2 gua ngomongin mall terbaru. Dan dengan hati tertekan dan sedih, gua mengakui gua mulai jadi anak kuper akhir-akhir ini.

Sudah cukup lah, keberadaan gua yang tidak diketahui ini, karena gua bener-bener ga eksis disekolah. Bukan eksis yang gua kejar disekolah, karena bukan itu tujuan gua. gua mau eksis nantinya, dimana nama gua ditulis dibuku PKn jadi cewek Chinese pertama yang berhasil menggembleng hukum di Indonesia. Eksis kaya gitu kan lebih keren.

Tapi… selain ga eksis disekolah. Apa iya? Gua masih harus ga eksis diantara temen-temen gua yang Cuma berjumlah 5 orang itu? Apa iya, nama gua harus dilupakan karena jarang2 ikutan jalan? Bukannya gua lagi sakit hati atau curhat. Tapi gua nyadar, gua emang udah mendiskriminasi diri gua sendiri dari antara mereka.

Gua merasa lebih pintar, lebih unggul sehingga gua males jadinya jalan sama mereka yang pikirannya Cuma jalan2, makan, nonton, hambur-hamburin duit orang tua. parahnya, gua mulai nyaman sama geng culun gua, dimana gua merasa kita memiliki nasib (krisis duit) dan tujuan yang sama. Dimana rasanya kita memiliki rasa saling pengertian n topik yang cocok. Ini salah! Ini mulai melenceng, tempat gua sebenarnya bukan bersama mereka. N gua sadar. Mereka Cuma sekedar mengisi kejenuhan gua.

Temen-temen sejati gua ya itu. Yang 5 orang itu. Tapi kenapa akhir-akhir ini gua menjauh? Ga kaya lem lagi. Gimana kalo dulu, biar mereka ngajak jalan sampe jam 10 malem gua ayo, ayo aja. Sekarang gua udah ogah. Biarpun itu Cuma pergi sebentar, sekali lagi. Karna ekonomi lagi krisis. N gua lagi berusaha sekuat tenaga mikirin ekonomi keluarga gua n nyari solusinya.

Gua bukan tipe yang minta dikasianin. Gua Cuma pengen blog gua ini isinya sejarah2 penting tentang gua. namanya hidup, pasti ada jatuh bangun lah. Yah, sekali-kali jatoh enak juga rasanya jadi orang miskin. Dan setau gua, ini bisa jadi salah satu latihan tahan banting, buat nantinya gua sukses.

Gua emang dari dulu selalu nganggep, temenan, persahabatan, pacaran semasa SMA itu Cuma salah satu fase yang harus gua lewatin. Sama aja nanti kalo gua udah kuliah n pisah dari mereka. Toh gua emang harus nemuin orang-orang baru, n bertemen sama orang-orang baru kan. Tapi harus gua akui, gua ga bisa hidup tanpa temen. N ini salah satu kelemahan gua. gua harusnya sadar, hidup ini ga sesimpel, temenan, pacaran, nikah, punya anak. Selama sekolah kerjaannya temenann melulu.

Satu yang gua harusnya sadar, pada waktunya nanti, gua sendirian. Gua ga punya temen, dan harusnya ga boleh punya temen. Karena semua manusia itu sama, pada saatnya nanti, kerjaan gua adalah saling menjatuhkan. Gua harus berkompetisi bersama sesama manusia. Dan itu ga bisa gua sebut sebagai temen.

Harusnya gua terbiasa, ga punya temen yang bener-bener temen. pada saatnya nanti, toh gua ga bakal temenan. Semuanya itu Cuma jadi formalitas kehidupan. Oke temenan, tapi ya udah sekedar temenan. Gua harus bisa bekerja secara individu. Gua ngerasa kesepian kalo ga punya temen. bahkan meskipun gua sadar gua punya temen, tpi kalo jalan sendiri, rasanya gimana gitu.

Nah iya, terus saatnya gua lagi temen-temenan kaya gini, gua malah terisolasi dari mereka. Tapi gimana donk, lagi masa-masa ga makmur gini. Ya gua ga bisa sering jalan kaya anak-anak itu kan. Ga bisa sore-sore menyantap tutti fruti sedangkan uang yang harus dikeluarkan itu banyak. Gua ga bisa nongkrong dibioskop n ngeluarin uang bahkan sekedar 15 rebu, karena itu berarti buat masa depan gua. uang 15 rebu, kalo dimasukin kerekening, bisa buat modal kuliah, atau enggak modal buat bikin pabrik roti kan? Atau minimal café gua yang baru dirancang deh.

Apa ada cara lain supaya gua tetep eksis diantara mereka? Selain dengan cara, up to date sama gossip-gosip, atau sering-sering ikutan jalan, sementara banyak banget hal yang harus gua lakuin n pikirin selain itu. Selain ngmongin.. “eh si jesslyn, jadian sama Takuma ya? kok bisa sih? Lucu ya..” rasanya jenuh. Gua baru sadar, akhir2 ini gua terlalu maksain diri buat tetep up to date sama mereka. Dan apa sih rasanya kalo kita memaksakan sesuatu. Ga enak!

Tapi rasanya beda waktu gua maen sama geng culun. Gua menemukan.. diri gua yang selama ini tersimpan dalam-dalam, gua ga keliatan jadi orang aneh disini, waktu ngomongin planet yang kira-kira bisa jadi pengganti bumi, mereka senang dengan topik itu, sama kaya gua. meskipun gua rada ga ngerti. Tapi gua seneng, dan itu jelas berbobot! Bukannya gua ga pernah ya ngalamin fasse ketemu temen baru kaya gini, gua pikir. Itu biasa. Dan gua berharap temen gua maklumin itu, kalo mendadak gua jadi males ikut jalan, n malah berkutu-kutuan dirumah. Gua pernah bilang, gua tuh kalo ketemu temen baru pasti norak, n keblingsatan, tapi ga lama. Yaudah balik lagi deh kaya biasa, nantinya toh gua bakal nyadar kalo ini bukan tempat terbaik gua, dan temen gua 5 orang itulah tempat terbaik.

Sekarang ini, gua lebih seneng ngomongin tentang gempa n dampaknya, daripada putus pacar n dampaknya. Itu dua hal yang bener-bener beda! Gua juga lebih seneng ngomongin, gimana caranya menanggulangi sex bebas di Indonesia, daripada ngurusin, eh si (sensor) udah ga perawan ya?

Trus apa bedanya gua sama temen gua yang pernah gua campakan dulu. Yang gua tulis di am I a good person itu. Dia menganggap diri dia lebih suci, sedangkan gua menganggap diri gua lebih pintar n berbobot (berbobot banget!!) itulah yang bikin gua mengisolasi diri sendiri dari antara mereka. Gua mulai ga suka gagasan, gua harus kuper buat sukses. Itu ga banget!

Orang yang sukses DALAM HIDUPNYA, itu orang yang berhasil mencapai impiannya, dengan kehidupan yang sebaik-baiknya. Entah itu kehidupan sosial atau apapun. Itu berarti ga seharusnya gua mendadak kuper gini donk? Harusnya gua bisa membagi, apa yang perlu gua lakukan, dan apa yang perlu gua atur. Gua emang fokusin diri gua ke projek, sampe2 rasanya gua udah ga hidup didunia nyata lagi, nah itu buruk. Karena satu yang harusnya gua sadarin, masih banyak kehidupan lain selain dikamar gua yang sempit dan pengap ini.

Kalo soal krisis ekonomi sih. Gua yakin semua orang pernah ngalamin, n gua ga terlalu norak. Oke, gua norak mendadak miskin begini. Tapi gua bisa mengerti, toh nantinya (entah kenapa gua yakin) Tuhan bakal ngasih jalan. Buseet gara2 7 menit menuju tobat, gua mendadak jadi rohani banget gitu. Ogah deh, gua ga mungkin rohani banget. Itu bukan tipe gua.

Nah pada saat, masa-masa ini selesai nantinya, kehidupan gua balik normal, n gua bisa ikut menghambur-hamburkan duit bokap nyokap gua lagi, yang gua yakinin ga bakal gua lakuin, mau sekaya apapun bokap gua. itu ga produktif, itu konsumtif. Gua ga mau jadi orang yang konsumtif, meskipun gua emang gitu. Tapi konsumtif itu sifat yang jelek, n gua mulai ga suka sifat yang itu. Gua mau jadi orang produktif n berguna. Meskipun temen-temen gua konsumtif, gua tetep bisa bertemen sama mereka, dengan jadi diri gua sendiri kan? Mereka harus bertemu marisa yang baru. Mau ga mau.

Sekarang, pilihan ada di tangan mereka. Mau nerima gua yang baru atau enggak.

Si Botak Berlari-lari

Masih tentang magis. Antara gua percaya atau enggak. Dirumah gua ada tuyul!!! Oke tepatnya bukan tuyul yang suka nyolong duit dsb itu sih. Toh dirumah gua kaga ada duit apa-apa. Tuh tuyul mau nyolong apa juga.

Tapi mirip tuyul!! Palanya botak, telanjang. Oke ga telanjang, tapi pake kain2 putih gitu. Gua syok! Emank sih gua ga liat sendiri. Tapi embak gua yang udah kerja 15 taon dirumah gua yang liat.

Begini ceritanya…

Hari2 gini kan lagi lebaran ceritanya. Nah ceritanya diruang tamu Cuma ada gua sama embak gua doank. Bokap nyokap gua lagi didepan rumah, enci2 gua lagi pada dikamar. Dan jangan pnya bayangan rumah gua itu kaya rumah biasa yang ruang tamunya juga biasa aja. Karna rumah gua luar biasa. Ruang tamunya ada mesin bolu yang gede, trus ada mesin ngaduk ayem yang gede juga. Udah gitu kosong melompong n arahnya memanjang kepintu belakang.

Jadi ceritanya rumah gua itu ada tempat sembahyangan diruang tamunya. Dan kemarin bokap gua baru pulang, gua rasa sih die ke wihara gitu. Nah dia bawa lukisan udah usang. Didalem lukisan itu ada gambar dewi (sesuai agama budha) n anak ajaibnya. (dan gua ga sangka tuh anak beneran ajaib). Tapi sayangnya tuh lukisan digeletakin gitu aja sama bokap gua diatas kardus kue.

Nah embak gua nyuruh gua beli nasi. Buat dia makan. Berhubung dia lagi masak, yaudah gua jalan beli nasi. Sepulangnya gua dari warteg, gua liat ada nyokap sama embak gua lagi ngobrol.

“Entar lu dapet hoki kali ti, liat anak kecil gitu. Gua juga pernh liat anak kecil langsung tembus 4 angka.”

“Iya siapa tau saya dapet duit” tapi gua denger suaranya rada geter gitu.

“Emank kenapa sih? Lu liat anak kecil?” gua yang baru masuk keruang tamu langsung nyambung aje.

“Iii…yaa.. ih tangan saya sampe merinding.” Dan itu tuh bener2 keliatan dari ekspresi mukanya yang ketakutan n suaranya yang gemeteran. Apalagi dia penakut banget. Dan gua BENER BENER bersyukur dia kaga PINGSAN!!! Soalnya selama 15 taon dia kerja di rumah gua, ga pernah sekalipun dia liat setan, tapi dia selalu paranoid ga jelas gitu. Dan gua sempet mikir kalo dia liat setan barangkali langsung pingsan n jatoh. Untungnya enggak.

Nah sbelum gua sambungin sama cerita si tuyul tadi. Nyokap gua emank pernah (sering) liat anak kecil yang ada dirumah gua. Tepatnya dikamar mandi. Tuh kamar mandi sumpah angker banget. Kaya yang wktu gua ceritain soal ada yang bunuh diri disana. Ternyata cici gua yang udah meninggal masih manteng dikamar mandi. N ga Cuma nyokap doank yang pernah liat. Koko ipar gua juga, katanya tuh anak lagi jongkok didalem bak mandi. Bak mandi di kamar mandi angker itu emank ga pernah diisi sekarang. semenjak itu tuh bak mandi selalu diisi ember kek, sabun kek. Pokoknya ga pernah kosong.

Tapi yang dibahas sama nyokap itu adalah cici gua. Atau kalo menurut alkitab itu iblis yang menyamar jadi cici gua. Cuma gua masih dilemma antara alkitab n kepercayaan keluarga gua. Dan dia itu rambutnya panjang. Lah kalo yang ini botak. Dalem ati gua mikir, yaoloh rumah gua banyak banget sih anak kecil. Pada iseng amat.

Nah lanjut ke yang tuyul tadi. Gua penasaran n nanya soal kronologis ceritanya. Jadi embak gua cerita, dia lagi mau kearah kamar mandi kan. (yang kali ini letaknya bukan dikamar mandi tapi), biasanya embak gua tuh apa2 minta ditemenin tapi kali ini mungkin dia pikir siang2 jadi ga takut, n gua disuruh bli nasi.

Udah gitu dia nengok kearah mesin ayem yang letaknya ditengah2 dapur n sembahyangan. Eh pas dia balik kebelakang dia liat anak kecil segede yong min gitu. Tapi wktu dia liat tuh anak kecil lari kearah sembahyangan n busss hilang bagaikan asap. Embak gua sampe syok n komat2 (mnurut cerita dia). Sebenernya pas denger cerita dia itu gua udah takut abis. Tapi gua belaga berani n ketawa2, sok ngetawain dia. Padahal mau ga mau gua merinding juga.

“emang anaknya semana ti?”

“Ya segede Yong min gitu.”

“Cakep ga? Cewe apa cowo?”

“Ga tau, tapi kayanya tadi liat sekelebatan botak2 gitu.” Oh berarti cowok donk. Nah lo!! tuyul donk! (pas itu ceritanya gua ga tau soal lukisan.)

Emak gua bolak2 terus kesembahyangan. Kayaknya emak gua juga komat-kammit disana. Udah gitu pas ngelewati sembahyangan emak gua baru nyadar. Ada lukisan!! Udah gitu emak gua langsung ngmg ke embak gua.

“Ti, anaknya kaya gini bukan?” gua yang lagi duduk disofa langsung bangun n ngeliat lukisan yang gede itu. EMANG BENER!!!! Ada anak kecilnya. Botaknya tuh kaya anak china jaman dulu yang ada jambulnya kecil. Trus telanjang Cuma dibungkus kain putih.

“Dih, iya nci. Ini anaknya tadi.” Emak gua langsung ketawa2. KETAWA!!! KETAWA!!! Gua aja udah merinding setengah mati. Tuh anak bandel amat keluar2 dari lukisan.. trus gua nanya lagi sama dia.

“Anaknya putih apa item?” buat memperjelas, kalo kulitnya item kan berarti pribumi n itu asli tuyul, tapi kalo putih, berarti emank orang china n itu anak ajaib.

“Putih, orang mirip2 yong min gitu”

Good!! Jadi tuh lukisan bener2 hidup n bisa keluar. Jujur KEREN ABIS tapi tetep gua merinding. N parahnya gua jadi penasaran. Jadi tiap malem gua keluar sendirian biar bisa ngeliat tuh penampakan. Gak tau, tuh lukisan kok ga pernah hidup2 lgi. Emank sih sekarnag udah dipasang di atas patung dewa. Jadi mungkin kemaren dia protes n iseng doank.

Tapi tetep keren lah.

Antara Hasrat dan Nurani

Kau boleh bilang aku berlebihan, boleh juga bilang aku banyak ngomong, juga boleh bilang aku terlalu aneh, juga berpikiran terlalu jauh. Gua emank masih sma 1, tapi gua pengen siapin masa depan gua dari sekarang. “lebih cepat lebih baik” kata Pak Yusuf Kalla. Bukankah memang begitu?

Kalo gua dibilang mikrnya terlalu jauh, menurut gua orang yang bilang gitu salah banget. Gua bukannya “masih” SMA 1, tapi “udah” SMA 1, nah! Langkah gua untuk kedepannya memang harus ditentuin dari sekarang kan. Semakin cepat gua menetapkan mimpi n cita-cita, maka semakin cepat gua menyusun rencana, nah berarti makin cepat juga gua meraih kesuksesan bukan begitu?

Gua sadar, banyak banget teman-teman sejawat gua yang hidup parasit disekeliling gua, ngejalanin hidup yang yah.. gitu gitu aja deh. Mereka mencoba meracuni otak gua dengan segudang tablet racun tikus (sejak kapan tikus makan tablet? Bukannya makan sabun? Gaje ah!!). kalo orang bilang kehidupan itu bisa merubah seseorang, gua stuju banget. Orang bertambah dewasa gara2 kehidupan. Gua, yang udah melalui 15 tahun kehidupan genap sejak 20 september 2009 lalu, mulai ngerasain perubahan besar dalam cara n pola pikir gua. Gua mulai tau gua itu orang seperti apa, jati diri gua itu gimana.

Sampe sekarang gua masih terus2an mencari. Mencari2 sesuatu yang sebenernya “gua banget” gitu. Oohh.. masa pencarian gua belom berakhir, soalnya umur gua masih 15, belom 20 taon nanti. intinya gua masih bimbang. Bimbang akan diri gua sebenernya. Sama aja kaya gua lagi bimbang, kemana gua akan berlabuh nantinya.

Meskipun secara pribadi, menurut gua pendidikan itu bukan sesuatu tolak ukur atau satu-satunya alat buat mencapai kesuksesan seseorang, tetap aja, pendidikan itu bisa jadi sebuah langkah untuk maju. Maksud pendidikan disini kuliah. Kalo gua kemaren udah pede banget ngebayangin jadi anak hukum, untuk membela kebenaran (layaknya superman.. ehm.. superwoman deh). Dan emank dari kecil, sekitar kelas SMP 1 gitu, kalo ada orang Tanya nanti gede mau kuliah apa, gua bakal jawab HUKUM.

Semakin umur gua bertambah, gua jadi mikir. Sebenernya dulu waktu gua bilang mau masuk hukum gara2 apa ya. nah gua baru inget, gua mau masuk hukum gara2 nonton Legally Blonde filmnya si Reese Whiterspoon. Coba aja kau bayangkan. Kalo gua ditanya kenapa masuk hukum n gua jawab.. “abis kesannya keren aja gitu kan, baca buku, kesannya jadi orang pinter gitu pake kacamata, blazer udah gitu interogasi orang lain.” For God sake, betul2 pernyataan yang bagus bukan.

Orang yang denger bisa ketawa ngakak booo.. gua mikir gitu wktu kelas SMP 3 awal2. Nah akhirnya gua jadi mulai ragu. Biar gimanapun, waktu itu tetep jalan, hidup terus berjalan. Kalo makin lama gua ambil keputusan, yang ada gua keblangsak nantinya. Gua harus mateng2 pikirin. Ternyata meskipun gua dilahirkan dikeluarga yang betul-betul menanamkan rasa anti-nasionalisme, akhirnya gua bisa tumbuh jadi anak yang punya rasa nasionalisme meskipun sedikit tapi udah tertanam lah, tinggal disiremin sama dikasih pupuk, abis itu berbuah deh.

Kenapa gua bisa bilang ada rasa nasionalisme. Ternyata gua ada rasa kecintaan n keprihatinan ngeliat Indonesia Negara tercinta ini. dan kayaknya, nanti gede, gua ga bakal nyoba nyari peruntungan dinegara orang. Karena sebenernya menurut gua Negara kita ini udah punya potensi yang bagus, dan entah kenapa banyak banget orang bodoh yang pikirannya kalah dibandingin anak SMA 1 kaya gua. Nah melihat potensi itulah, gua tertarik untuk menggali potensi Negara ini nantinya dengan tangan gua sendiri. Gua pengen liat, lebih jauh, lebih dalam Indonesia itu apaan sih? Nama makanan?

Kaya yang gua bilang gua itu orang yang.. ehm.. apa deh kata yang tepat. Ah pokoknya gua rasanya ga tahan banget tiap nonton diberita, tiap nonton ditv. Kalo ngeliat anak2 busung lapar dipelosok2 negeri ini, atau tiap gua nonton berita orang korupsi yang ketangkep, asal tahu saja, masih ada 100 atau mungkin lebih orang2 sejenis seperti itu. Gua nyetel 2 saluran, satu dikamar nyokap gua tentang korupsi, satu lagi dikamar gua tentang busung lapar. Gua bandingkan 2 kasus itu.

Bisa gua bayangin kenapa orang yang makin kaya tambah kaya, n kenapa orang yang makin miskin itu tambah miskin. Hebatnya para orang2 kaya itu. Gua bercita2 sih jadi orang kaya, tapi dengan cara yang lain bukan dengan cara kotor kaya gitu. Hebatnya, dari gua masih kecil, bokap nyokap gua emank udah nanemin cara2 buat jadi orang baik, meskipun ortu gua ga sempurna, tapi gua bisa melihat merka adalah orang baik. Dan mereka juga harus menghasilkan2 generasi2 orang baik berikutnya kaya gua. Mungkin mereka emank ga nanemin rasa nasionalisme, tapi mereka nanemin rasa peduli kepada orang2 laen yang lebih ga mampu dari pada gua.

Sering gua liat, bokap gua (terutama) sering jatoh sendiri saking dia baenya sama orang. Dan entah kenapa orang itu makin nginjek tiap dibaein. Gua sempet ragu buat jadi orang bae, kayanya enakan jadi orang jahat gitu kan. Tapi nyokap gua bilang. Sejahat2nya orang sama kita, ga usah kita inget2 lagi. Inget aja lagi kebaikan dia apa aja ke kita.(kalo ga ada gimana tuh ma?. Meskipun gua mau maksain diri jadi orang jahat, gimana donk ya, gua emank udah produk hasil orang bae gitu kan.

Mungkin dan ini menurut gua pribadi lagi, ada orang bae n jahat itu sebenernya sama aja. Semua hal itu harus diliat situasi kondisinya. Semua orang bisa jadi bae, bisa juga jadi jahat. Jadi mungkin gua ga mau pake kata jahat bae, gimana kalo perduli kepada orang lain. Mungkin lebih tepat. Gua emank ditanemin rasa peduli sama orang lain. Apa ya namanya? Simpati mungkin. Anggaplah gua sok mulia, atau sok bae, sok suci, soksukamu lah. Yang penting gua bisa ngerasain betapa perihnya hati gua tiap kali ngeliat orang2 lain yang tertindas. Itulah anehnya, kadang2 gua suka nindas orang masalahnya.

Tapi kaya wktu gua liat diberita gitu, duuuh rasanya gimana gitu. Itu nurani gua yang jalan. N gua mutusin buat masuk hukum, karena gua ngeliat betapa bobroknya hukum diIndonesia. Dan satu tantangan buat gua. “berhasilkah gua merubah itu?” gua itu generasi muda yang bakal ngegantiin mereka2 yang tua nantinya. Gua anak yang udah dikasih pendidikan dari TK, dan diajarin untuk jadi orang pinter. Gua ga mau jadi generasi muda yang menuh2in bumi, ngabisin oksigen sama bahan makanan aja. Gua mau diri gua, hidup gua itu berguna buat orang lain. Tuh kan, jangan melihat layar komputer mu dengan mata disipitkan dan nada sarkastis. “gaje banget sih si Marisa?” karena gua paling benci orang yang ngeluarin reaksi kaya gitu tiap gua ngomong.

Kalo dibilang gua itu cewek n keturunan China. Oh ya, gua ga mungkin ngeremehin pernyataan itu. Dan mungkin nantinya, itu bisa jadi salah satu batu sandungan terbesar buat gua, soalnya gua ga ada cita2 jadi pengacara yang ngurusin kawin cerainya artis. Itu pengacara bener2 moyung alias useless. Dan setau gua hukum itu ga Cuma jadi pengacara doank. Artinya meluuuuaaas seluas samudera hindia. Gua mau jadi anak hukum yang berguna. Yang ngurusin hukum2 penting, atau enggak buat menjatuhkan koruptor kek. Jadi pengacaranya si presiden juga boleh. Yang penting dimana gua bisa bergerak dengan tangan yang berlumuran kekuasaan buat memajukan Negara potensial yang terlupakan ini loh. (atau kalo bisa jadi presidennya juga gua ga nolak kok. Tapi kayanya jadi presiden basicnya bukan hukum ya?)

Dan pastinya gua akan jadi seorang anak hukum yang menciptakan keadilan di Indonesia, dimana maling nyolong ayem sama koruptor diletakan didalam sel yang sama, kalo perlu koruptor itu diletakan disel terburuk yang pernah ada didunia, karena kalau kita telaah lagi orang sampe ada yang maling ayem karena mereka ga punya uang n siapa yang menciptakan produk orang miskin itu? Yah emank merka sendiri, tapi mereka emank lemah dan g bs apa2 justru koruptor itulah penyebabnya. Gua jadi orang lurus yang membela kebenaran (karena itulah yang diajarkan bokap gua, wktu gua bilang masuk hukum, bapak gua udah nasehatin yang aneh2 deh). Dimana masalah2 narkoba itu gua bereskan seberes2nya sebagai anak hukum yang baru. Toh, tujuan utama hidup gua bukan kaya secara financial lagi, oke udah bergeser itu juga yang gua maksud kehidupan bisa mengubah seseorang dan gua merasa, kalopun gua kaya secara financial tapi gua ga berguna buat orang lain n Cuma buat diri sendiri, rasanya hidup gua masih kurang oke deh. Soal gua cewek n China, gua mikir, gua mikir semaleman! Sampe2 ga tidur. Bener juga, itu batu sandungan mau diapain ya. yah setelah gua pikir lagi. Secara cara pikir gua masih SMA 1 banget gitu.. yah udah, Indonesia itu kan Bhineka Tunggal Ika, yagn artinya berbeda2 tapi satu. Nah apa artinya sih sedikit berbeda warna kulitnya, kalo memang gua punya potensi n kualitas yang bagus. Apalagi kalo gua sampe jadi asset Negara. Apalah artinya warna kulit itu?

Ngomong2 si HUKUM ini punya rival berat. Yaitu MUSIK. Nah hukum itu waktu gua ngikutin hati nurani gua, gimana kalo gua mau ngikutin hasrat terbesar. Karena biar gimanapun hukum itu emank bukan hasrat terbesar. Yaiyalah gimana hasrat terbesar kalo tiap pelajaran PKN mata gua kleyengan melulu. Coba kalo lagi latihan buat seni, atau apalah yang ada hubungannya sama musik, gua pasti seger bugggeeerr.

Musik mengalihkan duniaku. Yah emank bener. Musik itu segalanya buat gua. Seakan2 gua bukan terdiri dari jaringan, atom ataupun sel, seolah-olah seluruh jiwa gua ini, tubuh gua ini diciptakan oleh musik (mungkn ga sih? Kan seolah-olah). Bukannya maksud gua, gua itu bakat atau jago. Dan jangan pernah punya bayangan gua itu jago main musik karena kenyataanya gua itu payah kalo soal musik. Tapi gua cinta musik. (gimana donk?). maen gitar, ngepaass. Maen drum, apalagi wong baru belajar. Maen piano!! Adoh jangan dibahas baca not balok aja gua tergagap-gagap. Tapi sekali lagi gua cinta musik.

Insting gua ini insting seorang seniman, hati gua hati seorang seniman, pendengaran gua adalah produk pendengaran seorang musisi, keluarga gua juga kebanyakan ada andil di musik atau seni. Jelas itu mendarah daging. Tapi sekali lagi, bukan berarti gua jago. Kenyataanya enggak. Trus kenapa gua sampe bilang musik ini mau gua masukin daftar jurusan nantinya. Karena ngebayangin aja gua udah deg2an plus merinding. Asal tau aja, gua kalo suka sesuatu sampe daleeem banget pasti deg2an. Yah gimana ya, ngebayangin kalo gua bisa masuk n bergaul kedalam suatu lingkungan ataupun dunia yang musik banget. N gua banget gitu, rasanya ada euphoria yang tercipta. Padahal ngebayangin doank loh.

Gua jiper wktu nanya sama guru ekskul drum, kalo masuk musik katanya harus ngelewatin tes. Ga perlu ijasah les atau apa. Yang penting kalo gua lewat tesnya gua bisa masuk. Masalahnya banyak banget halangannya.

1.Orang tua gua psti ga setuju. Mereka merasa musisi itu hdupnya ga terjamin (dan salah banget!!)

2.setau gua biayanya mahal karena Cuma ada di uph atau ikj, itu yang gua tau doank.

3.gua takut, ketemu orang2 yang nantinya bener2 berbakat dimusik n gua merasa kerdiil banget. Okelah kalo sekarnag gua merasa bakat dimusik masalahnya itu Cuma karna narsis n kesombongan gua doank. Ditambah temen2 gua sering muji2. Itu yang bisa bikin gua jatoh.

4.sekali lagi, rasanya rugi banget gua msuk musik, sedangkan gua udah masuk sekolah dari TK smpe SMA, dengan keadaan bokap gua yang mati2an bayar uang sekolah.

Sekali gua menginjakan kaki didalem universitas itu gua harus sadar. Disini ga ada lagi musik yang main2, ga ada lagi musik buat seneng2, ga ada lagi musik penghibur lara, ga ada lagi musik yang gua suka dan terus2an gua maenin sebebas gua. Karena sekali aja gua nginjekin kaki kesana, gua harus komitmen. Musik bukan lagi sekedar sampingan tapi musik tujuan hidup gua. Musik itu bener2 hidup gua. Dan gua harus berkompetisi. Ga dihukum ga dimusik kompetisi semua ya. apalagi kalo ngincer beasiswanya. Bisa mati berdiri gua.

Setelah gua berpikir semalem suntuk Cuma soal begituan doank. Gua memutuskan. Musik emank belahan jiwa gua, musik emank dunia gua, musik juga semuanya buat gua, musik emank hasrat terbesar gua. Tapi sayangnya musik bukan panggilan hidup gua. N gua ngerasain itu. Panggilan hidup gua ya itu. Menegakan kebenaran dihukum. Di Indonesia ini, gua mau bikin perubahan ditempat ini meskipun itu membutuhkan pengorbanan yang besar.

Nah biar gua bisa tetap berkreasi didunia musik, mendadak timbullah sebuah ide cemerlang. Dan para pengamen itu yang menginspirasi gua. Wktu gua kepasar ikut embak gua pagi2 gua ngliat ada pengamen tampil dipasar dan sumpah mereka keren banget. Gua perhatiin alat musiknya Cuma gitar 2, dan tam2 1, 2 gitaris, 1 drumer, nah yang gitaris satu itu punya suara emas. Gua sampe terpana wktu ngeliat mereka mainin lagu rasa yang tertinggalnya ST 12, rasanya sayang banget orang2 potensial kaya mereka itu harus turun dijalanan yang kejam, berdebu Cuma buat jumlah uang yang.. yah ga seberapa deh. Cuma cukup buat seporsi nasi warteg yang rasanya juga gitu2 doank.

Itulah yang menginspirasi gua buat bikin sekolah musik buat mereka yang tersebar dijalanan kota n menjalani kehidupan yang keras. Bukannya keren kalo gua bisa berhasil bikinin rumah untuk mereka dan menggali bakat mereka yang terpendam dan bukan Cuma buat maen musik di warteg dan sebagainya itu,

Tapi disekolah versi Marisa itu, mereka bisa berkreasi sesuka mereka. Dan gua juga bisa ngambil keuntungan dari situ. Gua butuh modal, dan gua udah bikin planning. Pokoknya nanti gua juga mau bikin perusahaan roti lagi. Tapi yang kali ini harus sukses dari pada bokap gua yang udah berhasil ngerintis pabrik roti selama 25 taon. Yang sayangnya harus menurun sekarnag karena pabrik roti gua umurnya makin tua. nah nanti gua banyak duit dari sana, abis itu gua pake buat bikin sekolah musik. Pokoknya tuh sekolah juga ngehasilin uang buat gua. Karenaaa, para pengamen itu bisa rekaman n kalo perlu mereka go internasional. Nah semasih merka ada di sekolah musik itu, gua juga bikin perusahaan rekaman.mereka rekaman dsb2 nya itu. Gua pasti dapet benefit juga donk. Buat gaji guru musiknya dsbnya. Intinya duit gua bakal keputer lagi n gua makin kaya!! Makin gua kaya, nah tuh uang bakal gua pake juga buat bantuin para kaum lemah. Toh itu duit banyak yang gua dapetin bukan dari orang2 miskin, tapi mungkin dari mereka yang suka dengerin musik kan. Dan akhirnya gua juga bisa mewujudkan lapangan berkuda pribadi punya gua, n Ferrari California v8 gua yang masih belom gua jemput dishowroom kan. Jadi menurut gua jadi pengacara baik pembela kebenaran yang tajir minta ampun ga salah dan PASTI bisa terwujud juga kan. Abis itu yah, happily ever after donkk..

Kenapa IPS Mar?

“Entar SMA 2 masuk apa?”

“IPA lah!!” mayoritas anak angkatan gua semuanya milih IPA. Gua juga jamin, dia orang pasti isi IPA diangket, soal masuk ga masuknya itu, urusan nanti deh.

“Lu sendiri?”

“IPS” dengan bangganya gua jawab.

“Hah? Kenapa IPS? Kok bisa sih?” gua Cuma angkat bahu dengan gaya sombong dan penuh percaya diri ditambah senyum mesem-mesem.

Kenapa IPS? Gua sendiri juga nanya Kediri gua.

Bukan karena, IPS itu nyantai, bukan karena temen gua pada masuk IPS, bukan karena gua ga suka pelajaran IPA, juga bukan karena IPA itu susah.

Menyangkut tujuan gua nanti selesai sekolah mau masuk hukum itu, ngambil 40 persen kenapa gua masuk IPS. 40 persen doank? Yah, sebenernya sih, gua masuk IPS juga buat nantangin.

nantangin apa? Nantangin diri gua sendiri. Sekedar informasi, gua itu muntul banget kalo hafal-hafalan. Dari kelas 9 gua udah AMIT AMIT masuk IPS. Bayangin aja, akun 5 jam!! Geografi! Sejarah!! PKN!! Sosiologi!! Oh me God!! Itu semua pelajaran yang paling.. paling.. paling.. gua BENCI!! Iya paling gua benci!

Nilai gua selalu jelek dibagian itu. Sbenernya sih, gua lagi mau menerapkan teori “Enggak ada satupun hal yang ga bisa dilakuin manusia yang diciptain dengan akal budi kaya gua!” gua mau melakukan penelitian atas teori baru gua itu. Kalo sampe ternyata tuh teori bener, berarti untuk selanjutnya, tuh teori bakalan gua pake terus.

Temen gua bilang “jadi orang tuh jangan terlalu ambisius. Entar jatoh lo! lagian kan, gak semua orang bisa ngelakuin hal yang dilakuin orang laen.” Gua tentang konsep pikiran kaya gitu abis-abisan!! Gua debat!! Gua hantem!! Tapi nyatanya, ga pernah gua buktiin didepan mata dia terang-terangan. Andai gua bilang “gua mau ngalahin si mey2 ah (temen seangkatan gua yang posisinya selalu di juara 1 umum)” tapi nyatanya ga pernah gua buktiin.

Gua gak suka sama cara dia memandang rendah orang laen. Kan gua udah bilang, jangan pernah ngeremehin orang lain! Karena belom tentu, tuh orang seremeh yang lu kira. Itu juga yang mau gua buktiin ke dia, kalo dia emank bener-bener GAK PANTES buat ngeremehin gua. Pada waktunya nanti, jangan harap dia bisa mandang ke bawah waktu liat gua, jangan harap dia bisa ngomong kata-kata ngeremehin kaya gitu lagi didepan gua.

Emang prinsip kita beda. Dia gak percaya, gua bisa ngelakuin ini, tapi gua percaya gua bisa. Masuk IPS bukan berarti waktunya gua nyantai-nyantai, bukan waktunya gua ngikutin arus temen2 yang aneh2 n bengal2. Kaya kata orang. Kata orang.. “Anak IPS mah otaknya dibawah semua. Kalo anak IPA kan pinter2.” Gua benci loh kata-kata kaya gitu. Orang yang berani ngomong kaya gitu, atau brani ngebanding-bandingin anak IPA n IPS, pandangannya sempit n picik. Bisa ngambil kesimpulan kaya gitu. Biasa sih yang ngmg gitu anak IPA.

Anak IPA itu bukannya pinter ya? pinter2 kok dongo sih? Ga usah anak IPA deh, guru2 aja juga nganggep kalo anak IPS itu anak buangan. Kata orang, orang2 sekolahan itu pinter kan? Kok ternyata dongo dongo semua sih, termasuk guru2 yang nganggep kaya gitu. Apa gua doank yang pinter n bisa mikir.

IPA n IPS, itu kan emank 2 jurusan yang dibagi jenisnya, dibagi keahliannya, dibagi kemampuan kita tuh diarah mana. Bukannya dibagi derajatnya. Mana bisa sih ilmu diderajatin? Kenapa orang nganggep IPA derajatnya lebih tinggi dari IPS? Apa perlu gua eja IPA= ilmu pengetahuan ALAM, IPS= ilmu pengetahuan SOSIAL. Liat aja, buntutnya udah beda, yah berarti emank udah beda pelajarannya donk, ilmunya juga beda. Kenapa bisa ada pembagian kasta? Menyakiti kaum2 IPS.

Gua sebagai pendukung IPS penuh, gak mau jelek2in anak IPA, gak bakalan punya sikap kaya anak IPA yang berani ngejelek2in anak IPS, berarti gua sama dongonya donk kaya mereka2 yang jelek2in IPS. Contohnya aja gua, siapa bilang IPS itu gampang? Sampe2 gua nganggep IPS itu tantangan loh! Siapa bilang hafal2an kaya gitu gampang?

“Banyak banget, temen aku yang masuk ipa, tapi kuliahnya hukum tuh.” Nah itu dia! Mereka kan dongo namanya. Kok gak nyambung gitu sih? Masuk ke IPA tapi ujung2nya kuliah hukum. Ngapain dia pusing2 mikirin fisika, kalo ujung2nya tuh ilmu juga gak bakalan kepake?

Gua ga ngeremehin anak IPA yang emank udah punya tujuan “kenapa dia masuk ipa” tapi gua kasian liat anak masuk IPA, sedangkan tujuannya aja gak jelas, tapi masih berani lagi ngehina-hina anak IPS. Duhh kasian deh kauw..

“duh de, kalo lo masuk IPA kan bisa keren. Coba kalo ditanya orang, bangga jawabnya juga.” Statement dari enci gua yang ke2. Wktu itu gua ga bisa ngedebat dia, soalnya emank pas itu tujuan gua belom jelas, akan jadi apa gua nantinya. Jadi gimana gua ngedebat dia? Toh tujuan gua sendiri ga jelas.

“Kalo kamu emank mau hukum, yah kamu masuk IPS aja de, ngapain IPA. Orang yang mikir kaya gitu mah, orang pandangannya sempit lah. Kamu ga usah ikutin kata orang.” Statement dari engko gua yang emank waras n masuk keakal gua.

Oh iya, gua msih inget dulu wktu kecil.. jadi ceritnya temen bokap gua peramal, trus dia ngeramalin keluarga gua, dia bilang “nih ya, anak lo yang ke 3 sama yang ke4 gedenya bakal banyak duit” gua percaya banget loh. Bahkan sampe sekrang tuh kata2 masih terngiang2 dia otak gua. Bukannya gua percaya ramalan, tapi kalo ramalannya bagus bakal gua percaya 100 persen. Tapi kalo kaya ramalan di anak ambar wktu itu, yang gua dibilang males n sebagainya, gua percaya sih gua males. Tapi bukan berarti gua ga bisa jadi rajin kan? Elo setan apaan sih lagian? Ga tau ya, kalo manusia itu bisa berubah.

Sekarang soal temen2 gua, temen2 gua masuk IPA, si enci gua yang ke 2 juga blg “tuh kan! Kamu emank ga malu sama temen2 kamu? Masa temen kamu masuk IPA, kamu masuk IPS?” MALU??? HELOWW!! Ini nih anak juara kelas wktu sekolah? Inikah anak yang selalu dibanggain sama nyokap gua? HAHAHAHA gua ketawain lo! pinter2 tambah dongo lagi.

Mana ada sih kaya gitu? Emank masuk IPS itu sama kaya merkosa anak orang sampe malu? Emank masuk IPS tuh sama kaya nyolong ayem pake malu? Kaga kan! Emank masuk IPS itu dosa? Lagian.. lagian, dia itu kan anak IPS. Kok bisa2nya sih dia ngmg gitu? Lagian, segitunya amat gua ga mau pisah sama temen2 gua sih? Rada lebay ah.. kaya teletubies aja, apa2 musti bareng temen. Temenan sih oke, tapi ga usah sampe segitunya juga lah! Paling Cuma beda berapa kelas lagian. Ngmg2 ada untungnya juga gua misah dari temen2 gua. Kita jadi ga usah tlalu deket, jadinya kan ga keseringan brantem. Gua bisa nyari temen2 baru di IPS, coba kalo sama temen2 gua lagi.. duh eneg2 deh ngeliatin muka dia orang terus!

Kalo diliat sekarang2 sih, gua bener2 udah berusaha banget loh buat nekunin pelajaran IPS gua. Dan tadi siang gua sampe terkena halilintar wktu ngeliat nilai kuis geografi gua

80!!!! Jenk jenk jenk jenk..

“ah mar, 80 doank bangga banget!” oke deh, gua tau, nilai lo emank bagus2 dipelajaran ginian. Tapi lo liat gua! Kelas 8, kuis pertama gua 20, kelas 9 kuis pertama gua 40 (naek sih, tapi itu karna si Eko gurunya). Nilai selanjutnya juga ga beda2 jauh dari nilai pertama. Gua udah keburu ngedon dapet nilai kuis pertama telor kebo begitu. Ulangan aja rata2 nilainya 40 sampe 50. Gua rasanya pengen bikin nasi tumpeng dapet nilai kuis segitu. Ya ampunn!! Kok bisa ya? keren banget!! Rasanya bagaikan mimpi! tapi gua yakin, ini bukan mimpi. soalnya gua belajar bener2 loh!

Seharusnya ini udah cukup buat ngebuktiin. Kalo gua mau PASTI BISA! Ga ada tuh namanya istilah “Duh, gua gak bisa!” akhir2 ini, gua emank udah jarang banget ngeluarin kata2 ga bisa. Kecuali, wktu gua lagi nyuruh si Adrian buat buang sampah, nah baru deh tuh gua bilang “duh drian. Gua GA BISA lagi sibuk. Elo buangin ya?” Kita itu manusia yang diciptain pake akal budi, dan juga derajat yang paling tinggi dibumi ini, masih dibawah Tuhan berapa tingkat sih. Tapi intinya kan, didalem galaksi bima sakti ini, Cuma kita manusia yang derajatnya paling tinggi, jadi.. apa sih yang ga bisa kita lakuin?

Hijrah Hijrah

Marisa mau hijrah.
this is not my first blog. ya ampun.

Tadinya gue tuh ngeblog di fs. tapi ngaco abis. yasudahlah pindah aja kesini. Jadi cuma ada beberapa postingan yang gua kopi dari blog laknat tersebut.

Buka aja kalau mau lihat postingan yang aneh-aneh disini

ciaoo