Jumat, 27 Agustus 2010

Dan Si Pecundang Ini..

Marisa mau curhat.

Ternyata gua bingung, dari mana harus memulainya. Karena gua sedang mengalami sindrom kebodohan, gua lagi mengalami sindrom pecundang sejati. Apalah sebutan untuk itu. karena otak gua sepertinya telah memutuskan kontrak kerja samanya dengan hati gua. jadi, ya kira-kira mereka udah pisah perusahaan, yang mengakibatkan Marisa kelabakan sendiri.

Kesimpulannya, gua merasa dunia menghianati gua. oke, mungkin tidak dunia, tapi hidup sepertinya menghianati gua. hnngg, maksud gua sebagian kecil dari hidup gua. yang itu berarti otak gua sudah tidak berfungis dengan benar, dan mulai kehilangan rasio-rasio serta logika yang gua anut. Ya ya, perempuan.

Gua hanya merasa bagian sensitif gua tersenggol, lalu otak mulai mati fungsi, sehingga terpaksa emosi yang mengambil alih. Ya, ga masuk akal. Lalu gua merasa marah, kesal, dan membenci. Untuk sesuatu yang ga jelas. Yang ada kebencian itu semakin menjadi-jadi saat gua terus-menerus mendoktrinasi otak gua bahwa, ini adalah hal yang jahat. Sadar ga sih? kamu seharusnya marah. Kamu seharusnya membenci. Karena ini diluar batas yang kamu tetapkan. Iya, gua jadi pembenci. Gua jadi pecundang.

Padahal, kenyataannya tidak ada satu orang pun yang berniat mengkhianati gue *jijik bahasanya* tepatnya gua sendiri yang sedang mengkhianati gua. iya, gua sedang merusak diri gua sendiri dengan menganggap semua orang mengkhianati gua. otak gua menjadi semakin tumpul, semakin bodoh, menolak berpikir untuk membandingkan atau mencari solusi. Gua lebih memilih untuk menyendiri, gua pikir itu bisa selesai. Kaya kata sinetron “Jangan dekat-dekat dulu, aku butuh waktu berpikir..” dan VOILA, kebencian itu bertumbuh semakin besar dan besar. Hingga makin sulit untuk di selesaikan. Ya, saat menulis ini, kenapa otak gua baru berfungsi? Kenapa ga dari kemarin otak gua berfungsi?

Gua ingin melampiaskan, karena gua merasa gua sakit hati. Karena orang-orang yang gua anggap pelaku kejahatannya, dan satu-satunya yang nyantol di otak gua adalah, gua ingin mereka merasakan hal yang sama. Hal yang gua rasakan, saat gua merasa semua jadi serba salah, saat gua merasa ditekan sendiri, Lalu gua ingin memberi hal yang sama. Kekalutan.

Padahal ga ada satu orang pun yang sedang jahat pada gua. gua yang sedang jahat dengan diri gua sendiri,. Gua menjadi begitu jahat dengan memasukan hal-hal negatif ke otak gua. gua selalu berprasangka dengan aneka ragam hal-hal buruk dan menyakiti diri sendiri. Ya ini menyebalkan.

Ternyata gua mendapat bonus super kali ini. yaitu adalah, gua tidak memiliki tempat untuk berbagi secara buka-bukaan, kecuali blog gua. dan gua ga pernah buka-bukaan sama blog gua, terlalu vulgar. Entar dibilang porno. Karena entah bagaimana ceritanya gua bahkan ga bisa cerita ini ke Fan-Fan, tong sampah pribadi gue. *heeh, andai Fan gua bisa, pasti sudah mendapat solusi sekarang* lalu baru-baru ini gua terkena penyakit “mulai susah nyaman sama orang” kayaknya ketularan si my favourite dustbin. Ya, gua merasa terpojok. Karena sepertinya gua Cuma bisa berpegang pada 2 sosok itu. Fan-Fan dan Tuhan. Sisanya, ya katakanlah semua sedang mengkhianati gua.

Dan entah mengapa, mengingat hal ini otak gua mulai ga berfungsi lagi, dan sekarang gua tambah kesal. Telinga gua sedang mengalami tuli akut untuk mendengar caci maki dan teriakan hati nurani. Sebaiknya jangan di tambah lagi

Kesimpulannya, adalah gua tidak mengerti kesimpulannya, semoga otak dan emosi gua bisa cepat bekerja sama kembali dan bergotong royong untuk mencari solusi.

Ngomong-ngomong, ada satu hal yang membuat gua begitu sensitif dengan emosi gua. karena biasa, intuisi gua benar. Dan itu BENAR-BENAR terjadi di waktu lalu. Ya. intuisi buruk. Penghitungan peluang, dan spekulasi di masa mendatang *bahasa ekonomi boookkk*.

Selasa, 24 Agustus 2010

So (k) Badboy.. Eyuuuuhhhh

Di suatu siang yang panas, di sebuah gedung SMA, kelas XI IPS 1. Hari kamis, gua ingin bercerita tentang hari Kamis yang menegangkan, dan agak hngg spontan ya. Kebetulan, hari Kamis tersebut adalah giliran gua sebagai tugas piket. Gua yang memang sedari dulu sudah ALERGI BENAR dengan seorang cowok di kelas gua yang kata si ceem “idih, keren lagi. Mar. badboy nya dapet banget..” iya. Tapi badboy itu menjijikan. Meskipun akhir-akhir ini gua sempat kagum dengan dia. Di samping semua ke-menjijikan dia aja ya.

Dia cowok kesayangan Bu Siska si wali kelas gua itu, sekarang dapet jabatan di kelas. KETUA PIKET. Ya, ketua piket. Tentu gua tidak akan menghina jabatan dia itu. Karena itu juga yang gua salut dari dia, dia bisa bertanggung jawab atas sekecil apapun jabatan yang di berikan, bahkan wakil ketua kelas atau para bendahara, dan sekertaris aja kalah. Meskipun jabatan dia itu jaga kebersihan kelas dan ngumpulin agenda setiap hari. Tapi kerjaan beres semua.

Dan juga, dia bahkan rela ga buat peer pas masuk siang, demi menuntaskan seluruh tanggung jawab dia tersebut. Oke, gua mulai menjijikan. Karena KENAPA JUGA GUA MUJI ORANG MACAM BEGITU? Tapi seperti kata kopi, seperti kata ceem, seperti kata kak Ning, seperti kata… ah pokoknya seperti kata para penasehat itu.. emosi yang terumbar bukan sesuatu yang bagus. Apalagi kalo sampe jadi emosional.

Di siang itu, gua merasa kesal setengah mati, karena anak SMP 1 yang make kelas kita paginya, bener-bener males ga mau piket. Begitu gua masuk kelas, gua Cuma liat ada satu anak cowok piket SENDIRIAN. Tentu aja hati gua yang lemah lembut ini sontak menjadi iba.

“Temen-temen kamu kemana? Kok ga ada yang bantuin sih?”

“Ga tau tuh dia orang.” Katanya masih sambil goyang-goyangin sapu, lalu ngambil pengki.

“Yaudah kamu pulang aja, entar cici yang lanjutin.” Tentu aja bukan sekedar karena gua iba ataupun gua ingin menjilat guru dengan sok-sokan bersihin kelas atau karena gua mau dapet chunky bar, *piala terhormat dari Bu Siska, yang sudah didapat oleh cowok itu dan salah seorang temen cewek gua* tapi karena gua TIDAK TAHAN melihat sampah yang MENGGUNUNG di kelas itu. Bukan juga karena gua sok bersih dsb dsb, tapi gua hanya ingin membersihkan kelas. Titik, tapi tentu aja gua ga mau membersihkan kelas itu sendirian, karena gua punya partner piket. Dan gua ga berharap merka untuk menjadi malas. Gua bersihin satu baris lalu gua ttip pesan ke si cowok menjijikan itu. *sebut dia si gombreng*

“Breng, entar kalo dia bedua dateng lo suruh piket ya.”

“Oh oke2.”

Perawakannya itu tinggi, tegap, gede, tampang preman abis, suara lantang dan tegas. Perlu gua akui si gombreng memang cowok yang berani dantegas, tapi kadang kurang ajar. COWOK GA KURANG AJAR MANA YANG BERANI NAMPAR CEWEK SAMPE JATUH TERSUNGKUR??? Atau COWOK GA KURANG AJAR MANA YANG BERANI MELUK-MELUK CEWEK YANG JELAS-JELAS BUKAN PACARNYA??? Gua punya alas an untuk menyebut dia menjijikan. Karena dia GENIT dan RINGAN TANGAN, oke kita sebut dia si GOMBRENG BANCI. Karena hanya banci yang berani mukul cewek *kok jadi emosi sih. Mar?*

Lalu kawan piket pertama gua datang, si gombreng nyuruh dia piket. Dan si cewek tadi jalan ngambil sapu lalu nanya gua, bagian mana yang belum di bersihin. NAH, cewek kedua dateng. Si gombreng yang emank rada ketengilan bentak-bentak nih cewek *sebut saja cewek ini si bajaj*

“EH BAJAJ PIKET LO!” katanya dengan SOK tegas dan sok berisik. Gua yang saat itu sedang bikin peer akuntansi sampe mengernyitkan kening. What the… dasar cowok sinting.

“Sabar aja kali, Breng. Gua naro tas duduk juga belom.” Kata si bajaj sambil bawa tasnya.

“YAUDAH! CEPET LO TARO TAS.” Sekali lagi. Dasar cowok sinting.

Sisanya gua tidak mendengar apa-apa karena terlalu sibuk ngisi kolom jurnal khusus pengeluaran dan penerimaan kas. Tiba-tiba, suara menggelegar si gombreng yang bagai petir memekakan telinga itu berkumandang.

“GUA SURUH LO PIKET, TAPI LO NYARI RIBUT MALAH DUDUK GITU! APA SUSAHNY LO BANGUN AMBIL SAPU PIKET?!!”

“YA LO SABAR AJA DONK. GA PERLU NGEBENTAK GITU SOK BANGET SIH LO.” Si bajaj ga mau kalah. Uwiiih asik, pertarungan sengit. Kata gua pada saat itu.

“Ih, sok banget sih tuh orang. Mentang-mentang jadi anak kesayangan bu Siska gayanya tengil begitu.” Tebak kata siapa? Kata ketua kelas gue. Dengan tampang jijik sekaligus kesal.

Si gombreng yang pas itu lagi duduk di barisan dia sendiri, mendadak bangun dan jalan dengan langkah menghentak kea rah si bajaj, pada saat itu gua berpikir dia mau mukul si bajaj, karena insiden ini pernah terjadi pas SMP 3, dia mukul salah seorang temen cewek gue. Lalu dengan gaya TENGILnya itu menunjuk-nunjuk si bajaj. Dan sindrom lama gua muncul kembali, gua mendadak gemeteran, tapi bingung mau bertindak apa. Sekalipun yang ada di sana bukan gua, rasanya kok tangan gua gateelllll banget pengen nonjok. Pengen nendang, pengen err pengen goreng manusia. Tapi toh, gua juga bingung.

“HEH, KITA KE BU SISKA SEKARANG KALO LO MAU. AYO KITA SELESAIIN DI BU SISKA.” Oh ya, jelas aja dia ngajak bajaj ke bu siska, karena bu siska telah jatuh hati kepada tanggung jawab dia, dan pasti itu malah semakin menguatkan posisi dia. Dasar menjijikan. Ceweknya yang dasar ga bisa ngapa-ngapain itu Cuma bisa nereak-nereakin nama si gombreng dengan gaya drama queen yang benar-benar ga penting. Karena buat gua, cowok semacam dia itu harus ditimpuk batu, di sumpel sepatu bolong biar diem!

Pertandingan mereka berlangsung beberapa menit, hingga ada beberapa teman gua datang melerai. Ah sebodo teying cowok macam gitu. Dan gua akui, si bajaj memang juga sinting. Seperti kata orang.. “Biarlah orang waras mengalah.” Kenapa juga cowok sinting begitu diladenin. Justru dengan begitu maka dia akan merasa makin sok jagoan dan berusaha mencari perhatian orang-orang.

“Ih, rasanya gimana ya? Cowok tapi berantem gitu sama cewek? Apa ga malu?” kata si Juvendi yang lagi duduk di sebelah gua menyaksikan mereka. Iya apa ga malu? Ya entahlah, masing-masing pribadi orang memang beda. Kan ada orang ga tau malu, dan ada juga orang tau malu.

“Kok itu ceweknya mau si sama dia?” *kasus lama. Ceweknya itu MANTAN temen deket gue, buka JK dan GB, warn: tulisan gua yang itu agak menjijikan. Harap maklum*

Gua hanya angkat bahu. Memang bukan urusan gue, tapi sesekali.. rasanya pengen gua bogem muka dia itu biar ga banyak omong. Andai aja, dia bikin masalah sama gue. Hhhhnngg..

Jumat, 20 Agustus 2010

Cowok dan "Kepunyaan" Mereka..

Jangan dulu bilang seorang cewek matre saat matanya berbinar-binar menatap cowok ganteng yang menunggangi ferari. Jangan dulu bilang seorang cewek cinta uang saat hidungnya kembang kempis kalau cowok bawa dia ke restoran mahal, ditraktir pula. Jangan dulu bilang seorang cewek licik, saat tangannya bertepuk gembira kalau di beliin baju-baju dan gaun yang mahal oleh cowok.

Karena hanya prinsip, uang, dan keteguhan kuat yang dapat membuat seorang cewek menahan diri menatap semua hal-hal “lebih” itu, lantas berkata “Sorry, gue ga butuh ini.”

Tapi kenyataannya, cewek pasti mau ga mau mempertimbangkan dan melihat lihat apa sih, “kepunyaan” si cowok itu. 5 hal teratas yang telah gua amati, yang dapat memberi reaksi-reaksi semacam itu, adalah..

MOBIL

Percaya ga percaya, kebanyakan cewek jauh lebih enjoy duduk santai, dengan pendingin mobil yang menderu, suara mobil yang halus, dan jauh dari bising kendaraan diluar. Selain ga perlu ngerusak make up, tentu aja jauh lebih nyaman dari pada naik motor. Seperti kata seorang temen cowok gue “Mau cari cewek di sini mah gampang, lo bawa aja mobil ke sekolah. Tinggal tunjuk satu, cewek pasti langsung mau.” Tentu dari persepsi gue, bukan berarti si cewek itu terlalu gampangan bla bla bla, tapi bolehkah gua akui? Melihat seorang cowok dengan mobilnya, cara dia memegang kendali di balik kemudi, lalu cara dia melihat ke kaca spion dan berhati-hati itu sangat.. errr.. keren?

Jadi jangan heran, kalau cewek histeris meski bukan dengan ekspresi, tapi kehisterisan itu ditunjukan dengan “mendadak pengen kencan” dengan si cowok, adalah wajar bagi gue. woow, siapa sih yang ga mau jalan naik mobil sama si cowok gagah satu ini? yah tapi tetap aja “histeris” sama jatuh cinta kan beda.

STYLE

Tentu aja hal ini ga boleh lepas dari faktor-faktor penentu hal “lebih” dari seorang cowok. Mau seganteng apapun tuh cowok, tapi kalo kucel, kumel, keringetan, bau. Dekil, iyeeekkksss. Siapa yang mau? Seperti cowok-cowok korea yang sering menjadi pusat pujaan para cewek-cewek, coba amati bagaimana style mereka berpakaian. Ini salah satu faktor kenapa gua suka nafsu sama banci, kebanyakan banci adalah cowok-cowok yang modis dan klimis.

Kemeja dari pasar loak, tentu beda dari kemeja one two six. Kaos abang-abang di pinggir jalan, tentu beda dari kaos Giordano ataupun polo. Ya ya, mari kita akui. Style yang bagus juga penentu. Tidak hanya baju, tapi juga, dompet, sepatu, dasi, bahkan celana dalem. Jikalau cowok bermobil Ferrari, keluar dengan begitu gagah, dengan sesetel jas bermerk, sepatu kulit, dan uggghhh. Mantap. Perpaduan sempurna.

ISI DOMPET

INI benar-benar faktor penentu akan seperti apa si cowok itu. punya style bagus, mobil keren, dompet mahal, tapi kalo dompet ga ada isi ya buat apa? Kalo jalan kok minta ditraktir ya buat apa?? Bayangkan aja, belanja di butik mahal, lalu si cowok itu dengan kerennya ngeluarin dompet dan ngomong “Semuanya berapa?”, bukankah otomatis kita akan mengagumi satu, royalitas dari si cowok itu. dua, betapa baik si cowok itu. tiga, betapa errr kaya si cowok itu. gua pikir bukan hal yang salah, kalau karena itu seorang cewek mendadak jadi kagum dan tergila-gila.

PARFUM

Seperti yang gua pernah bilang, gua suka sekali orang yang wangi. Orang yang memiliki selera bagus dalam memilih parfum, tentu bukan cowok sembarangan. Karena kebanyakan cowok yang gua kenal, bau, kucel, dan suka keringetan. Tapi cowok yang memiliki harum dan selera bagus, pasti akan tahu parfum seperti apa yang bagus. Parfum cowok berharga jutaan tentu beda, sama minyak wanginya abang-abang. Jadi gua pikir, cewek bisa mabuk kepayang kalau seorang cowok memiliki parfum mahal yang menguar.

TAMPANG

Kenapa gua urutkan ini di baris terakhir? Karena memang ini adalah faktor terakhir, terbontot, terbuang, dan memang paling ga penting. Sejelek-jelek apapun seorang cowok, tapi kalo punya 4 faktor utama di atas, siapa yang nolak? Bukan karena seorang cewek itu matre loh. Tapi gua pikir cewek itu pintar berspekulasi, suka berpikir jangka panjang, dan suka menghitung untung dan rugi. Liat aja pernah ga bapak-bapak ngejar diskonan atau belanja bulanan? Karena hanya cewek yang otaknya sampai ke sana!! Karena hanya cewek yang memiliki nalar sebaik itu! oke lalu, masalah tampang memang bukan hal penting. Tapi juga mendukung. Andaikan cowok memiliki 5 kombinasi ini.. hnggg..

Kesimpulan: Pada akhirnya, 5 faktor ataupun faktor-faktor lainnya tetap bukanlah hal yang penting sebagai penentu apakah memungkinkan seorang cewek jatuh cinta dengan si cowok tersebut. karena kaum kita memiliki hati dan entah mengapa hobi sekali menggunakannya, hati tidak melihat apa yang berupa fisik, tapi ga juga melihat apa yang ga terlihat. Hati Cuma butuh kloning yang klop dan pas. Itu yagn di sebut jodoh, dan belahan jiwa.

Seperti pertanyaan yang pernah di ajukan seorang buci terhadap gua SECARA BLAK-BLAKAN. “Sorry ya, gua nanya. Lo matre ga sih?” gubrakkkksss. Tentu adalah pertanyaan yang sungguh sulit, karena BENAR gua jelas mengharapkan bisa menyukai orang yang kaya atau disukai orang yang kaya. Hell, siapa yang ga mau? Tapi gua MENCOBA untuk menjawab dengan diplomatis. “Tentu aja, harta adalah salah satu faktor yang ga bisa terelakan lagi dari kebutuhan manusia, tapi sebetulnya kalau lu bisa mengerti dari persepsi gua, seorang cewek yang mengharapkan harta orang lain itu sama dengan picik dan tuh cewek seharga dengan uang, coba aja lu kira-kira apakah mungkin gua hanya
seharga uang?” *oke, jadi intinya apa, Marr??* intinya ya begitu.

Dan akhirnya menurut gua, meskipun BUKAN sebuah kejahatan saat cewek itu terkesima dan terkagum melihat cowok kaya, tapi kalo sampe seorang cewek memanfaatkan kata sayang bla bla bla untuk materi yang hendak di nikmatinya. Sorry sorry aje, itu namanye matre.

Senin, 16 Agustus 2010

When A Teenager..

Mengandalkan observasi langsung, ala Marisa Jaya dengan terjun bebas ke lapangan muda-mudi. Gua melakukan penelitian tentang BETAPA lucunya kalau anak remaja sedang pacaran, alias di mabuk cinta, alias lagi setengah gila. Tentunya, apa yang ada di blog ini hanyalah pendapat subjektif semata melalui sisi gua sendiri, dengan logika, pengertian, dan fakta gua sendiri. Jadi, mohon jangan diprotes. Anggap aja lagi curcol ya…

Lucunya kalo lagi pacaran:

Sayang udah makan belom?

Sisi romantis: aduuuhh, perhatian deh. Senengnya ada yang perhatiin kaya gini. Ini enaknya punya pacar. Tentunya salah satu penyebab orang jadi ngebet pacaran adalah INI. Factor ini, faktor pengennya dapet perhatian dan kasih sayang lebih dari individu lainnya, lalu kita merasa sungguh berharga dan diperhatikan.

FAKTANYA, dalam jangkauan usia berkisar 12-19 tahun, MUNGKINKAH, kita yang udah bisa beli bra sendiri, beli celana dalem sendiri, udah bisa bikin peer sendiri, dan nulis sendiri harus diingetin macam gitu? Atau pentingkah pertanyaan yang sudah pasti di jawab dengan ya atau belum. Kecuali, pacar adalah seorang fakir miskin yang makan sebulan itu jarang-jarang. Mungkin pertanyaan ini cocok, kalau dia bilang belum. Kita akan langsung mengirimkan sumbangan berupa sembako atau semacamnya. Jadi pada intinya, kita punya perut yang akan menggedor ke otak untuk makan kalau lapar. Kalau memang kamu manusia normal, tanpa ditanya pun. Kamu PASTI makan atau meminta makan.

Honey, aku sakit nih..

Sisi romantis: aduh, pacar aku kasian banget. Bla bla bla. Tentunya, pada saat merasa sakit, kita kemungkinan membutuhkan orang lain untuk menjadi tempat bermanja-manja dan berkeluh kesah. Contohnya adalah saat seperti ini. Karena menurut kebanyakan orang, pacar adalah dahan yang kokoh untuk berpijak dengan cinta dan kasih sayangnya.

FAKTANYA, mengeluh terus-menerus sama pacar tidak akan membawa pengaruh apa-apa. Kalau kita Cuma mengeluh, tapi ga minum obat. Bukankah amat sangat useless, daripada buang pulsa atau nyape-nyapein mulut ngomong, akan lebih efisien jika kita segera jalan ke warung terdekat atau supermarket untuk beli obat. Daripada sms. KECUALI, pacar kita adalah dokter atau minimal orang pintar yang bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Tentu keluh kesah pada pacar akan menjadi sangat berguna.

Beiby, lagi dimana? Sama siapa?

Sisi romantis: perhatian banget deh, kita akan merasa selalu dijaga dengan pacar yang senantiasa bertanya seperti itu. Tujuannya kan ingin agar kita aman dan jelas kemananya, mencegah terjadinya perselingkuhan, dan hanya ingin sekedar tahu apa sih kegiatan si kekasih?

FAKTANYA, kalau sms itu dilayangkan 10 kali sehari, dan kudu mesti wajib di jawab. Ngerepotin banget ga sih? Lagi di pasar beli ikan, mendadak hape bunyi dan ditanya macam begitu. Oh em ji, pergi sama temen dan hape bunyi sms kaya gitu masuk. Ugh. Lagi belajar kelompok, mendadak hape bunyi dan sms itu masuk lagi. Capekkk booooyyy, tentulah makin lama efeknya makin begah, makin ga betah deh. ga banget kan? Di mall keliatan kaya orang norak megang hape melulu karena pacar yang keranjingan?

Di atas motor, si pacar ngajakin pelukan biar mesra.

Sisi romantis: hangat tubuhnya menyalur melalui angin yang berhembus, langsung menghujam ke dadaku. Ugggghhh, asikkkkk boyyyyy!! Rasanya pasti deg-deg serrr, enak dan pengen lagi, pengen lagi. Rasanya gelora jiwa muda langsung tersalurkan melalui kehangatan dekapan sang kekasih dari belakang maupun dari depan. Aseeekkk

FAKTANYA, scene seperti itu, akan menimbulkan hal-hal yang tidak seharusnya timbul. Apalagi di dalam benak remaja yang isinya hal ngeres semua. Lagipula, demi pacar rela pegel-pegelan naik motor sambil peluk-pelukan? Oh em ji. Selain keliatan kaya kembar siam nyasar kurang kerjaan, akan sangat malu-maluin di jalanan peluk-pelukan macam begitu. Emank kita teletubies? Karena nyokap gue sering berkomentar kalo liat muda-mudi pelukan dimotor gitu. “Ckckck, anak muda jaman sekarang, bikin malu aja.”

Makan sepiring berdua

Sisi romantis: aduh, ngerasa apa yang jadi punya dia, punyaku juga. Punyaku, punya dia juga. Seperti satu piring yang dibelah dua, kayaknya hati kita juga udah terbelah dua dan kini jadi satu. Yuhuiii, tentu keromantisan seperti ini akan mengundang tawa, juga keceriaan, karena kita merasa saling memiliki satu sama lain dengan makan bersama, alias sepiring berdua. Juga seperti membuktikan, hey. Kita nih sudah satu jiwa loh. Aku punya kamu, dan kamu punya aku.

FAKTANYA, kegiatan seperti itu bisa jadi sangat menjijikan. Bayangkan, bayangkan kalau tadi siang pacar abis makan kerang busuk, dan ternyata dia itu ga hobi sikat gigi setiap hari. Dia sikat gigi Cuma pas bulan purnama aja. Hiiiihh, bisa nular semua tuh racun ke kita. Ludah dia yang memang tidak steril karena tercampur jigong hasil ga sikat gigi berminggu-minggu kini bercampur dengan ludah kita. Untungnya punya cinta yang bisa jadi penetralisir rasa jijik. Wueeekkkksss..

Tentunya 5 fakta di atas, hanya segelintir dari berbagai aksi-aksi lucu remaja lainnya.

Bagi gue, nikmatilah masa remaja selagi bisa. Abaikan fakta-fakta aneh Marisa yang sempat terlintas saat menyaksikannya. Tentu asam garam kehidupan remaja seperti kasus-kasus di atas selalu memberikan pengalaman dan kenangan tersendiri. Asal kaya kata Titiek Puspa.. “Tapi awas, jangan pergi berduaan, nenek bilang itu berbahaya, itu berbahaya..”

Merajut romantisme dan situasi penuh kasih antara sesame muda-mudi itu paling asik. Apalagi buat umur-umurnya kita *masih muda, Mar??* tapi tentu ada garis batasnya kalau ga mau masa depan jadi berantakan. Akhir kata, hidup remaja!!

Jumat, 13 Agustus 2010

Doll And Crime

Semasa gua kecil, saat teman-teman gua memeluk boneka lucu mereka, mengajak boneka mereka minum teh bareng, digendong kemana-mana, di pakein baju, di errr di buat main rumah-rumahan, maka pada saat yang sama, gua sedang merencanakan, kisah horror apa yang gua buat dengan inspirasi boneka itu. kira-kira seberapa keras gua harus berusaha agar kepalanya segera terputus dari tubuhnya, atau… mungkinkah boneka itu hidup dan membunuh manusia pada malam hari?

Pada intinya. Marisa TIDAK suka boneka.

Tolong. Sekali lagi, TOLONG. Kesampingkan faktor bahwa gua takut dengan bentuk boneka yang serem, apalagi yang bentuk orang. Atau gua terkadang ngeri melihat matanya, yang kalau di amatin makin besar, makin besar, seolah hendak menelan gua bulat-bulat dengan matanya itu. dan ya, sekali lagi tolong kesampingkan, bahwa gua takut tidur dengan memeluk boneka yang penuh bulu, kalau-kalau dia hidup di saat gua tidur lalu menyumbat nafas gua hingga gua mati.

Jadi terkadang gua suka bingung ngeliat kamar cewek-cewek yang pinky abis, kasur bermotif strawberry, lalu di penuhi dengan boneka-boneka di sampingnya. Begini, bukan karena gua takut boneka itu akan membunuh gua, tapi gua melihat dimana sisi kegunaan serta material nya?? Dimana sisi untung dengan menyimpan boneka itu? selain nambah biaya perawatan untuk pewangi dan rinso, tentunya boneka itu Menuhin tempat. sampe bingung mau tidur di mana saking kebanyakan boneka. Oh pleaseeeee… bunuh saja bonekamu itu!

Karena pada masa kecil, gua sungguh takut menjadi berbeda, pada suatu hari cici gua berkomentar gini “idih, kamu kok cewek-cewek ga suka boneka?” dan gua bertekad sejak hari itu, gua akan suka dengan boneka. Dulu gua pernah dapet boneka babi, oke boneka babi LEBIH DARI SATU. Kenapa saat ulang tahun gue, semua orang HOBI ngasih boneka babi?? Kenapa ga boneka princess or something else yang lebih baik dari pada piggy things? *mungkin mereka niat nyindir muka gua yang kaya babi??* Dan setelah di amati, boneka babi ini lucu juga. Mungkin gua bisa suka.

Dan akhirnya, tetep aja, nasib boneka itu sungguh tragis sekarang. teronggok di antara kawah laba-laba dan debu. Di dalam kardus pengap, yang bahkan sudah ga gua ketahui di mana letaknya sekarang.

Faktor selanjutnya manusia menyukai boneka adalah karena ROMANTIS. Please.. please.. please… mari kita lihat bersama, dimana sisi romantisnya??? Dimana?? Selain boneka itu akan di bakar, di buang, dan tidak memiliki nilai lebih kalau, kalau suatu hari cinta dari romantisme itu kandas seiring berjalannya waktu dan perubahan. Coba kalau di kasih satu kado yang berguna, contoh satu unit apartemen di taman anggrek? Atau cincin berlian? Atau err, oke. Sebelum gua di anggap matre, pada intinya maksud gua boneka tidak memiliki nilai lebih. Kenapa ga coklat? At least, coklat bisa dimakan, dinikmati, dirasakan. Atau bunga, bunga hidup, tumbuh, dan lebih bagus.

Gua masih inget banget dulu, jaman-jamannya gua lagi naksir cowok temen sekelas gua. dia ngasih gua boneka, gua pikir rasa suka dan naksir itu akan merubah persepsi gua tentang boneka dan seputarnya. Gua pikir, karena gua naksir orang tersebut, maka gua akan mengabadikan boneka itu tidak hanya di hati gue *ceileeehh* tapi juga di kamar gua. kalau perlu gua jadiin guling buat dipeluk. *Jesus Christ!!!*

Lalu bagaimana sesudahnya? Gua ingat sekali, boneka pertama yang dia kasih ke gua. yang ukurannya hanya setelapak tangan itu sudah tercabik di gigit oleh almarhum alfa golden retriever gua. Boneka kedua, errr entah apakah ini bisa di sebut boneka atau enggak, karena bentuknya seperti bantalan bentuk love dengan inisial nama gua. sudah RESMI di gunakan sebagai lap tangan yang di gantung deket mesin cuci, dan sekarang telah hilang entah kemana. *maafkan aku, kawan*. Lalu boneka ketiga, alias boneka terakhir yang dia kasih di hari ulang tahun gua, jujur sih lucu, karena keponakan gua juga suka. Bentuk kucing, berbulu, ukurannya lumayan sedang lah.

NAH. Justru karena keponakan gua suka, padahal! Padahal gua sudah bertekad loh gua akan menyimpan boneka terakhir itu, errr sebetulnya sih, hanya karena faktor gua ingin mengenang, bahwa wow dulu gua pernah naksir dia loh. Ini loh, cowok yang ngasih boneka ini lohhh! Tapi toh tetap saja, ending si kucing ga berbeda jauh dari 2 boneka sebelumnya.

Keponakan gua begitu menginginkan boneka yang lucu itu, dan dengan kerelaan yang dipaksakan gua serahkan boneka kucing itu. kelanjutannya, yah. Tentu seperti biasa, boneka itu naas! Hilang! Musnah! Entah kemana!! Lalu gua ingat, suatu hari si pemberi pernah menanyakan kabar bonekanya, sambil ketawa ketiwi. Dengan senyum menawan, gua jawab “Masih ada lah boneka lu, gua simpen dooonkk.” PADAHAL, pada saat yang bersamaan boneka itu sedang terungsi di dunia antah berantah, yang bahkan gua sendiri ga tau ada dimana. Intinya, gua simpen ya. meskipun gua ga tau simpen di mana.

Dan setelah gua sudah melewati fase merasa bersalah karena telah dengan suksesnya menghilangkan ketiga boneka pemberian cowok mantan taksiran gue, gua kembali menemukan pembenarannya “Siapa suruh ngasih gua boneka. Wong gua keki sama boneka. Ga tanggung lagi ngasih tiga, yang 2 pertama aja udah ngilang entah kemana, masih aja ngasih boneka.”

Jadi intinya ada tiga. Satu, gua ga suka boneka. Dua, gua amat ga gitu suka boneka. Tiga, gua tidak memiliki rasa suka terhadap boneka.

Intinya begitu loh. Gua ga suka ya ga suka. Jadi intinya gua memang ga suka.

Boneka adalah hadiah yang sangat tidak sesuai untuk image gua. gua menyukai orang yang kreatif, tidak hanya kreatif di dalam lingkungan sosial, kreatif membuat terobosan baru, kreatif dalam membuat pilihan, dan tidak ketinggalan. Kreatif dalam memberi bingkisan atau hadiah.

Ambil kesimpulannya, NO BONEKA.

P.s gua mencium harumnya planning tak terduga dari somebody out there. Depannya I blakangnya H. inget ya IJAH, NO BONEKA. *ga usah bilang geer deh*

Ilmu BUKAN Nilai

11 tahun gua mengenyam pendidikan formal, 11 tahun gua menghabiskan 12 bulan dalam setahun, 5 hari dalam seminggu, dan 9 jam dalam sehari di sekolah, meraba-raba tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan yang gua dapat dari sini. Dan sekarang, setelah gua mengerti apa tujuan hidup dan makna kehidupan gua, gua baru tau.

Tentu, blog gua ini akan seperti iklan-iklan yang di pasang di Koran, “Tuntutlah ilmu setinggi langit” karena tema yang gua angkat tidak akan lari dari topik serta judul yang itu lagi itu lagi. jangan bosen mendengar kalimat itu, karena gua menyadari bahwa kini gua baru mengerti makna sesungguhnya dari kalimat tersebut.

Kalau sekolah, itulah yang kita sebut sebagai tempat mengenyam pendidikan, tentu gua setuju. Karena memang benar. Bukan Cuma sekedar ketemu temen, belajar, menjilat guru, dan menggelapkan uang kelas. Karena di sekolah kita belajar banyak hal, salah satunya tentu aja ilmu pengetahuan.

Ilmu pengetahuan, bukan sekedar tentang matematika, ekonomi, fisika, biologi, ataupun akuntansi. Karena di sekolah, adalah cikal-bakal orang-orang yang akan menjadi berarti di kehidupan selanjutnya. Karena di sekolah, ada semacam sistem alamiah antar sesama manusia berpendidikan yang dikungkung oleh disiplinitas serta aturan yang berarti Menciptakan suasana dan zona tersendiri bagi murid-muridnya.

Satu sistem yang gua salah mengerti selama ini adalah, ilmu sama dengan nilai. Bersekolah artinya menuntut ilmu yang artinya menuntut nilai. Karena kalau bisa menuntut nilai maka kita akan berhasil dan sukses di masa depan. Karena kita menuntut nilai, maka kita akan takut sama nilai. Menurut gua itu suatu aksi reaksi. Saat gua menuntut, maka gua menjadi takut.

Dan keyakinan gua kini telah menyalahkan sistem seperti itu. karena saat sekolah gua takut pada nilai, maka saat bermasyarakat nanti gua akan takut dengan hal-hal ajaib lainnya. Seperti uang. Sekolah takut nilai, udah lulus takut uang. Orang takut uang, kapan kayanya? Orang menuntut nilai, serta-merta akan takut kehilangan nilai dan menghalalkan segala cara agar nilainya tetap bertahan di kepalan tangan, orang yang menuntut uang, maka akan memfokuskan seluruh perhatian dia untuk uang dan kekayaan, juga akan takut kehilangan uang. Jangan heran, kalau udah menuntut uang jadi menghalalkan segala cara agar mendapat uang. Mengingatkan gua pada pejabat-pejabat yang sering berorasi di tivi, ngomongin masalah rakyat ujung-ujungnya tidur atau lempar-lemparan bangku.

Karena mendapat nilai adalah hal yang sungguh mudah bagi gua. GA PERCAYA? MUDAH. Tapi apalah artinya kalo hanya 1 % ilmu yang masuk dari yang seharusnya lu dapat? Mengherankan, teman-teman sekelas gua yang termasuk dalam kategori “pintar” status anak IPA, jenius, mahir dalam fisika dll. Tapi takut debat sama guru. Karena takut nilainya di potong, karena takut mencari masalah. Meskipun, apa yang dia hendak pertahankan itu memang patut di pertahankan. Mengherankan. Pintar, tapi ga cerdas kalo kata Pak Gatot mah.

Di sekolah yang seharusnya menuntut ilmu, tapi mengandalkan cara-cara licik untuk menang. Menjilat guru, caper ke guru. Oh please? Memang siapa itu guru? Guru itu bagi gua adalah rekan. Rekan kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar, di mana kita harus menghormati dia karena memang sudah sepantasnya. Karena dia adalah guru. Maka gua menghormati guru sepantasnya guru itu harus di hormati. Dan guru memang berjasa, dia adalah penyalur ilmu!

Karena dengan cara- menjilat dan mencari muka, akan dengan segera mencetak pejabat-pejabat dengan versi dan tampilan baru, tapi mental ga jauh berbeda. Lalu kapan generasi penerus bangsa yang bisa memajukan? Tentunya gua ga bisa berkomentar masalah ini, kalo ga mau di anggep sok tau dsb dsb.

Tapi menurut pengamatan yang gua lakukan, TERNYATA! Bukan kita murid yang menyebabkan hal seperti ini terjadi, tapi karena memang sistem pendidikan di Indonesia yang memaksakan murid untuk menjadi takut ini itu. takut nilai, takut guru, dan takut sebagainya. Bagi gue, menyalahkan sistem seperti ini memang termasuk penyimpangan. Kalau gua berani melawan guru matematika gua dianggap salah, maka silahkan kalian tetap dengan persepsi kalian. Bagi gua itu bukan sebuah kesalahan. Bagi gua itu sebuah tindakan yang patut gua lakukan, karena sebagai murid gua punya pandangan dan argumentasi buat mengkritik guru tersebut.

Suatu hari, gua matematika gua bertanya ke seluruh kelas “Siapa yang ga bisa ngerjain soal nomor sekian?” gua bisa. Bolehkah gua ulang pertanyaannya? Siapa yang GA bisa? Soal yang rumit itu memang rumit, tapi kalau kita tau celahnya kita bisa ngerjain. Gua liat temen-temen pintar gua yang juara, wow aneh. kok mereka angkat tangan? Sedangkan marisa si sedang ini bisa ngerjain. Beberapa faktor yang memungkinkan teman-teman gua mengangkat tangan adalah.

Satu, setengah kelas memang males mikir buat ngerjain soal rumit yang mudah ini. dua, minoritas yang pintar itu ga mau di anggap sok pinter hanya karena mereka udah bisa. Tiga, mereka yang bisa, takut kalo ga angkat tangan akan di tantang oleh sang guru.

Bukankah adalah sebuah keanehan, guru itu menjadi marah hanya karena gua bisa ngerjain? Dan gua dipanggil ke depan kelas, dia berusaha mempermalukan gua dengan nyuruh gua ngerjain soal itu di depan. Ternyata jawaban gua benar. Lalu kembali dia yang malu, kalau di kamus guru ga boleh ada kata kalah dia ngeles “Marisa, kamu pintar. Tapi saya ga suka kalau ada murid yang sombong.”

Nah, gua pikir itu udah bisa jadi satu contoh, betapa sistem guru-guru di Indonesia tepatnya pendidikan di Indonesia yang keliru menurut gua. murid tidak di tuntut untuk menuntut. Seharusnya murid di ajak untuk menuntut ILMU bukan nilai.

Kesimpulannya, tahun ini. gua ga akan ngejar ranking. Untuk apa gua ngejar ranking kalau untuk itu gua harus ngejar nilai yang berarti gua menuntut nilai. Lantas apa bedanya gua dengan pejabat-pejabat di Indonesia yang males berpikir dan mengejar kekayaan masing-masing dengan menguras hak-hak yang seharusnya bukan milik mereka? tuntutlah ILMU setinggi langit.

Kalau kita udah mendapat ilmu, nanti juga nilai yang ngejar. Kenapa harus pusing. Raihlah ilmu, otomatis jadi pintar. Pintar bukan sembarang pintar, tapi pintar juga cerdas. Kan lucu “Pintar-pintar kok ga cerdas??”