Jumat, 10 Desember 2010

Penulis dan Model


Penulis: kumpulan orang eksentrik dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak biasa, terlalu cuek untuk memperhatikan sekeliling selain dunia khayal yang di ciptainnya, memiliki pemikiran dan pandangan yang rada “lain”, tingkat intelejensitas yang lumayan. Bisa jadi di atas rata-rata, karena bagi gue, untuk menjadi penulis yang hebat harus punya otak yang cerdas.

Model: orang-orang dengan penampilan fisik yang oke, sangat oke, pede, siap tampil di depan, familiar dan ramah dengan kehidupan malam dan liarnya. Cenderung menjadikan kecerdasan otak dan keindahan bagian dalam sebagai daftar terakhir atau kalau perlu ga disentuh.

Sekian deskripsi yang gua buat sendiri tentang dua profesi yang berbeda itu. Gua memang terlalu picik untuk mengatakan kebanyakan model ga memiliki kecerdasan sama seperti penulis. Bukan secara tingkatan, tapi kecerdasannya berbeda. Ada dalam dunia yang berbeda. Cara pandang dan pemikiran yang berbeda.

Jadi sama sekali belum pernah terbayang di pikiran gua dua profesi itu berdekatan atau jadi satu. Atau bahkan seseoragn yang memiliki dua profesi itu sekaligus? Terlalu dahsyat. TAPI ADA!!

Vasca Vannisa, seorang penulis yang *katanya* masih seumur jagung menyajikan novel pertamanya dan cukup membuat gua tercengang. Don’t Tell Me Anything. Novel yang bikin kepala gua muter-muter sambil nganga, tapi jelas bukan karena ceritanya yang ribet dan terlalu muter otak sampe bikin pala gua pusing. Enggak, justru dia bisa menyajikan cerita thriller ini dengan begitu ringan, tapi bisa dapet feelnya gitu loh. Tapi emang otak gua aja yang ga nyampe nyerna ceritanya dengan baik.

Satu hal lagi yang membuat gua berdecak kagum. Dia menggabungkan cerita roman, psikopat, dan bisa menyajikan ketegangan dengan begitu baik. Dan gua akui, dia bisa mendeskripsikan ini dengan sadis. Dan kesadisan itu modal novel thriller. Ga semua bagiannya selalu menjijikan dan penuh darah, justru ceritanya ini menarik. Bukan dengan sadisnya, tapi alurnya yang bikin kita menerka-nerka.. apa ya selanjutnya?

Oh ya, review novelnya nanti aja. Gua belom selesai baca, tapi udah nepsong nulis tentang penulisnya. Karena satu keunikan buat gue kalo seorang model bisa multitalented seperti Vasca ini. Bayangkan, paling mentok gua pikir, dia nulis cerita roman yang cetek cetek ga jelas, you know lah. Tapi ternyata enggak, dia justru bikin cerita ini dengan segitu cerdasnya. Sungguh hebat.

Kini gua malu dengan kepicikan gua sendiri, sepertinya Vasca ini satu profil yang sangat cocok gua acungi jempol, selain karena dia seorang penulis baru, juga karena kepintaran dan sajian penuh intriknya untuk novel ini JUGA telah memecahkan persepsi gua yang sangat salah tentang dua profesi bertolak belakang tersebut.

Iri. Marisa sungguh iri.

Betewe, *ga ada hubungan dengan topic di atas* gua akhirnya ga jadi ngamuk dan ngelabrak si Item *cerita sebelumnya*, melainkan karena gua ga enak, gua pikir ga perlu berlagak preman gitu toh? Gue kan murid. Ternyata dia memberi nilai yang cukup bagus untuk ujian perbaikan gue. Jadi, apa yang perlu di permasalahin? 

Oh ya, semoga yang baca blog gue ga bosen. Akhir-akhir ini gue lagi kesambet setan nulis, bawaannya dapet inspirasi terus buat ngepost di sini. see ya..

Tidak ada komentar: