Jumat, 02 Oktober 2015

Watch Your Daily Smartphone Intake, Carefully!

Sebagai orang yang suka ngritik nggak pake otak (kalo kata Devi, “Lo pikir lo udah sempurna?!”), gue suka impulsif ngomenin update-an status orang di twitter. Just now, gue ngeliat timeline seseorang yang udah agak lama nggak pernah kontak, never met in person, she used to be one of my wordpress reader. Begini kurang lebih bunyi statusnya, “I’m a melancholic asshole who’s always thinking about suicide but not daring to touch the needle.”


The creepy part about that sentence? She mentioned about suicide, its a really, really strong and depressive word ever exist in the whole dictionary. Lalu, gue pikir, lebih baik gue nggak jadi orang reseh yang ngerasa paling sempurna dan positif sedunia. Because I’m not, dan gue tau everyone have their own moment.

Gue rasa ada sekian puluh persen cewek di dunia ini yang ngerasa pengen bunuh diri ketika PMS. Hahaha. Creepy abis. Cewek bunuh diri rame-rame sebelum datang bulan. Btw, sebetulnya post gue ini nggak akan banyak ngebahas tentang suicide dan sebagainya sih. Karena setelah baca status itu, gue penasaran dan ngecek timeline twitter dia. Mostly isinya ya kalimat-kalimat depresi semacam itu. Lucunya? Banyak retweet-an dari akun 9gag, pokoknya akun-akun yang “sarkastik dibuat lucu” semacam itu.

Gue udah lama nggak follow akun 9gag dan sebagainya. Sebetulnya gue suka, karena lucu. Tapi sebagai orang yang menghabiskan sekian jam dalam sehari di depan layar handphone, kalimat-kalimat (yang bisa jadi tanpa sadar) membentuk persepsi gue pelan-pelan (dan persepsi sinis kaya gitu) lebih baik nggak usah gue follow.

Ini beberapa postingan 9gag/sarcasm only, yang sebetulnya kalo lo pikir lagi, aneh. Dan depresif. Status yang Cuma mungkin keluar dari orang-orang depresif dan kesepian, dan nggak punya kegiatan lain selain update status twitter/line.

“I have been tired for the past 5 years” – encourage lo untuk nggak bersemangat tanpa lo sadar. Atau kalo lo nggak ngerasa gitu, anggep aja ini untuk gue.

“Finally figured out the reason i look so bad in photos, its my face”  make you feel ugly and not appreciate yourself

“Slowly starting to realize that a lot of shit doesnt even matter anymore” (SarcasmOnly akun line) – to be an ignorant shit.

“My biggest mistake is thinking that people care for me as much as i do for them” – bikin lo ngerasa sendirian dan tiba-tiba jadi kepikiran sebetulnya ada nggak sih orang yang peduli sama lo. Which is im sure orangtua, keluarga, temen, guru, apapun pasti ada yang peduli sama lo.

“It’s hard to be a good person when everyone is so stupid” – dimana lo jadi berpikir semua orang itu bodoh dan lo pinter sendiri. Dan sebaiknya lo nggak bergaul.

“I have 3 moods, I feel like shit, I look like shit, I have to shit.” – should I explain?

Mungkin lo akan berpikir, “Aduh, Mar. You take jokes too seriously.”

Awalnya enggak, tapi lalu lama-lama gue menyadari vibe yang gue dapet ketika baca status-status itu meskipun lucu tapi kok rasanya negatif. You are what you read. Apalagi what you read “daily”?

Ada beberapa hal yang tipikal dari status-status akun kaya gitu, satu, bikin gue ngerasa males. Dua, bikin gue ngerasa anti-sosial. Tiga, bikin depresi (dengan kemungkinan seperti, “Aduh nggak ada yang peduli sama gue” atau “aduh, even my crush wont ever look at me anymore). Jokes yang satir semacam itu.

Sementara gimana pun lo mengaku “individualis” dan ngerasa “semua manusia itu bodoh”. You need someone in you life. Pada dasarnya, semua orang itu Cuma pengen bisa fit in di suatu tempat, di suatu komunitas manusia. Dan kalo doktrin dari candaan sarkastis semacam itu bikin lo ngerasa “nggak butuh untuk fit in” dimana pun, gue rasa gue nggak akan heran kalo jumlah orang-orang depresi akan semakin meningkat buat kedepannya. Karena medsos.

However, gue ngerasa smartphone udah nggak lagi sehat kalo digunakan untuk hal-hal semacam itu. Ini gue... 21 tahun dan lagi tahun akhir kuliah udah ketemu berbagai macam orang dan perlahan-lahan lagi ngebentuk banyak persepsi baru (ya untuk seumuran gue yang nggak gaul ini). Gimana dengan anak-anak abege yang cara pemikirannya sama kaya waktu gue SMA dulu? Omg. Kasian deh kalo makanan sehari-harinya kata-kata yang negatif dan depresif kaya gitu.

Kenapa akun kaya gitu bisa terkenal? Ya karena banyak yang follow? Apa yang bikin orang follow? Karena status-statusnya bikin kita ngerasa relate dan senyum-senyum sendiri and think, “Fuck this is so me!” Sama kaya kalo lo seneng baca satu blog, karena ada beberapa pemikiran/pengalaman di dalam blog itu yang lo banget.

Then again, semua manusia mungkin punya sisi yang kaya gitu. Dengan lo ketawa, suka, ketagihan, dan baca setiap hari, gue ngerasa itu bisa jadi semacam pupuk buat sisi yang itu. Makanan buat perasaan dan pemikiran negatif lo.

Get a life, buka diri, cari teman, cari komunitas, hangout with them, dan kejar masa depan. It’ll all be alright. If you think no one care about you, then start to care. At least you dont do what they (you think) do.

Gue rasa gue bakal ngutip kata-kata favoritnya si ratu komunitas cabe-cabean Indonesia, Imas, yang super sensasional itu.

“Kurang-kurangin lah, nak!”


Salam Roti!

1 komentar:

Fradita Wanda Sari mengatakan...

Nah setuju banget nih Mar. Hal hal kecil kayak gitu kalo dikonsumsi daily emang berpotensi bikin buruk diri sendiri aja. Aku jg nyadarnya baru2 ini pas dah 21 tahun :P

Mudahan dedek2 bisa sadar lebih cepat dan ngurang ngurangin depresinya lah ya.