Gue yakin lo pasti pernah dengar cerita tentang ikan yang
dipaksa manjat dan tupai yang dipaksa berenang. Belum pernah? Googling deh. Itu
cerita yang representatif banget untuk postingan gue kali ini. Here’s a fact
tentang gue... gue adalah jenis orang dengan self-esteem yang sangat rendah.
Gue selalu menemukan cara untuk merendahkan diri gue sendiri tanpa perlu orang
lain ngelakuin itu.
Gue nggak tahu apakah lahir di keluarga dengan
saudara-saudara judgemental yang selalu tau cara ngritik dan ngejatuhin gue
adalah salah satu alasannya. Yang jelas, gue orang yang gampang ngerasa “kalah”
gitu aja. Fan-fan pernah cerita ke gue, siapa elo ketika dewasa sangat
dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan lo ketika kecil. Errr... iya gue
sebenarnya lagi nyalahin lingkungan/keluarga gue sekarang.
Btw, sempet ada satu obrolan dengan seorang temen sekelas
gue. Kalo lo pernah baca postingan2 sebelumnya, namanya Louis. Cowok mesos yang
pernah gue sebut-sebut di postingan lalu. Dia itu gamers, sampe punya laptop
yang harganya 20 jutaan (horang kayah) Cuma buat maen game. (HAHAHAHA YAUDAH
SIH, LU, GUE BECANDA DOANK NYINDIR2 KEKAYAAN LO).
Gue duduk sebangku sama dia di salah satu mata kuliah
semester lalu. Karena gue penasaran akhirnya gue ngobrol/setengah curhat. Gue
cerita tentang keresahan gue. Menurut mitos, kuliah di jurusan gue yang ada
konsentrasi “Real Estate” itu means kita adalah populasi minoritas. Kehadiran
kita di Indonesia Cuma sedikit yang bisa nguasain tata kota sekaligus real
estate. Which means, tenaga kerja dari jurusan gue itu sangat dibutuhkan.
(Mitosnya).
Then again, selalu ada orang-orang yang akan lebih capable,
kompeten, disiplin (dari gue). Gimanapun gue ngerasa pinter, kreatif, dan dependable.
Gue bilang itu ke Louis, “Lu, maksud gue. Dimana tempat kita? Lo liat aja
temen-temen sekelas kita. Rata-rata disiplin dan bener-bener kompeten.”
“Mar, lu tau kan gue suka main game? Orang kalo lagi perang,
kalo dia sibuk merhatiin lawannya dan nggak merhatiin karakter dia sendiri.
Dijamin bakal kalah.”
Gue mulai ngangguk-ngangguk mulai paham sama makna dari
ceritanya dia.
“Bener juga sih. Mungkin seharusnya kita lebih fokus sama
kualitas diri kita sendiri daripada bandingin diri kita sama orang lain, ya.”
“Iya, betul itu. Lagian jangan punya pemikiran kaya pekerja
lah. Kita kan calon bos, barangkali kita calon bosnya mereka.”
Nah ini, emang temen yang gue seneng begini.
Menyambung kisah tupai yang nggak bisa berenang dan ikan
yang nggak bisa lompat tadi. Di keluarga gue istilah, “Kok temen lu juara, lu
ga juara?” Udah lumrah banget. Meskipun gue nggak peduli-peduli banget sih sama
nasihat itu. Beruntungnya di kelas SMP, pikiran gue udah terbuka sama dunia
luar. Kalo kesuksesan lo nggak di-define dari “apakah lo juara?” ketika
sekolah.
Itu tipikal keluarga chinese sih sebetulnya. Rata-rata temen
gue juga mengalami hal yang sama kayak gue. Orang tua yang sama juga. Kecuali
temen-temen gue yang super bandel, biasanya orang tuanya Cuma minta dia biar
naik kelas aja.
Ini sebetulnya postingan untuk self-motivation gue...
Kalo semua orang punya kapabilitas masing-masing. Dengan
cara dan pencapaian masing-masing. Jadi kenapa lo repot-repot ngejudge diri lo
kalo dunia udah punya caranya sendiri untuk ngritik dan menjatuhkan elo (gue).
Mereka mungkin lebih kompeten di bidang itu, tapi gue sudah
punya pencapaian di bidang lain sementara mereka belum. So fuck them.
Salam Roti!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar