Senin, 29 Juni 2015

Better Than Me?

Gue yakin lo pasti pernah dengar cerita tentang ikan yang dipaksa manjat dan tupai yang dipaksa berenang. Belum pernah? Googling deh. Itu cerita yang representatif banget untuk postingan gue kali ini. Here’s a fact tentang gue... gue adalah jenis orang dengan self-esteem yang sangat rendah. Gue selalu menemukan cara untuk merendahkan diri gue sendiri tanpa perlu orang lain ngelakuin itu.


Gue nggak tahu apakah lahir di keluarga dengan saudara-saudara judgemental yang selalu tau cara ngritik dan ngejatuhin gue adalah salah satu alasannya. Yang jelas, gue orang yang gampang ngerasa “kalah” gitu aja. Fan-fan pernah cerita ke gue, siapa elo ketika dewasa sangat dipengaruhi oleh bagaimana lingkungan lo ketika kecil. Errr... iya gue sebenarnya lagi nyalahin lingkungan/keluarga gue sekarang.

Btw, sempet ada satu obrolan dengan seorang temen sekelas gue. Kalo lo pernah baca postingan2 sebelumnya, namanya Louis. Cowok mesos yang pernah gue sebut-sebut di postingan lalu. Dia itu gamers, sampe punya laptop yang harganya 20 jutaan (horang kayah) Cuma buat maen game. (HAHAHAHA YAUDAH SIH, LU, GUE BECANDA DOANK NYINDIR2 KEKAYAAN LO).

Gue duduk sebangku sama dia di salah satu mata kuliah semester lalu. Karena gue penasaran akhirnya gue ngobrol/setengah curhat. Gue cerita tentang keresahan gue. Menurut mitos, kuliah di jurusan gue yang ada konsentrasi “Real Estate” itu means kita adalah populasi minoritas. Kehadiran kita di Indonesia Cuma sedikit yang bisa nguasain tata kota sekaligus real estate. Which means, tenaga kerja dari jurusan gue itu sangat dibutuhkan. (Mitosnya).

Then again, selalu ada orang-orang yang akan lebih capable, kompeten, disiplin (dari gue). Gimanapun gue ngerasa pinter, kreatif, dan dependable. Gue bilang itu ke Louis, “Lu, maksud gue. Dimana tempat kita? Lo liat aja temen-temen sekelas kita. Rata-rata disiplin dan bener-bener kompeten.”

“Mar, lu tau kan gue suka main game? Orang kalo lagi perang, kalo dia sibuk merhatiin lawannya dan nggak merhatiin karakter dia sendiri. Dijamin bakal kalah.”

Gue mulai ngangguk-ngangguk mulai paham sama makna dari ceritanya dia.

“Bener juga sih. Mungkin seharusnya kita lebih fokus sama kualitas diri kita sendiri daripada bandingin diri kita sama orang lain, ya.”

“Iya, betul itu. Lagian jangan punya pemikiran kaya pekerja lah. Kita kan calon bos, barangkali kita calon bosnya mereka.”

Nah ini, emang temen yang gue seneng begini.

Menyambung kisah tupai yang nggak bisa berenang dan ikan yang nggak bisa lompat tadi. Di keluarga gue istilah, “Kok temen lu juara, lu ga juara?” Udah lumrah banget. Meskipun gue nggak peduli-peduli banget sih sama nasihat itu. Beruntungnya di kelas SMP, pikiran gue udah terbuka sama dunia luar. Kalo kesuksesan lo nggak di-define dari “apakah lo juara?” ketika sekolah.

Itu tipikal keluarga chinese sih sebetulnya. Rata-rata temen gue juga mengalami hal yang sama kayak gue. Orang tua yang sama juga. Kecuali temen-temen gue yang super bandel, biasanya orang tuanya Cuma minta dia biar naik kelas aja.

Ini sebetulnya postingan untuk self-motivation gue...

Kalo semua orang punya kapabilitas masing-masing. Dengan cara dan pencapaian masing-masing. Jadi kenapa lo repot-repot ngejudge diri lo kalo dunia udah punya caranya sendiri untuk ngritik dan menjatuhkan elo (gue).

Mereka mungkin lebih kompeten di bidang itu, tapi gue sudah punya pencapaian di bidang lain sementara mereka belum. So fuck them.

Salam Roti!


 P.s. Kenapa gue apdet terus? Iya karena gue lagi liburan dan lagi mood banget untuk nulis.

P.s.s. Please don't mind my bitterness tonight.

Tidak ada komentar: