Gue sedang dalam rangka tidak mengeluh, dan penuh semangat
untuk apdet blog. Biasanya, kalo gue lagi dalam rangka semangat apdet blog, gara-gara
gue galau. Iya sih yang ini lumayan galau.
Gue galau karena sekarang imajinasi gue tengah melayang ke
masa liburan nanti. Lalu kemudian kembali melayang kepada kesadaran bahwa gue
sebentar lagi... 19. ANJIR. Berarti setelahnya gue bakal masuk ke tahun 20.
KEPALA DUA. Tapi yaudahlah itu masih
lama.
Anyway, kemarin gue nonton seminar Nicholas Kurniawan yang
mana dia hanya setahun lebih tua dari gue, dan dia udah bisa beli apartemen dan
mobil sendiri. Membuat gue bertanya-tanya. Apa yang membedakan gue dan dia
selain dia cowok, gue setengah cewek. Dia ganteng, ya oke. Kenyataan di
umur segitu dia udah bisa beli mobil dan apartemen sendiri membuat apapun
bentuk mukanya, dia tetap terlihat ganteng.
Tapi gue serius, dia gak jelek-jelek banget, dan dia tajir.
Ngomongin soal cowok tajir, dan betapa cewek mendambakan
cowok tajir. Sekitar beberapa hari lalu. Oke seminggu lalu, ketika di saat
seharusnya gue dan teman-teman mengerjakan tugas kelompok (akan gue kisahkan
nanti), kita malah ngerumpi di kelas dan mengabaikan yang lain. (dan berakhir
gue sampe jam sepuluh malem terjebak di kampus ngelarin tugas. Amazing.), jadi
di tengah-tengah rumpian soal beberapa temen cewek yang berniat nyari cowok
mapan. Tiba-tiba seorang temen cowok gue nyeletuk.
“Ini si persepsi gua ya. Gak tau kalian setuju apa enggak. Tapi
menurut gua, cewek yang nyari cowok kaya itu gak mandiri secara finansial. Gak independen
donk, berarti dari awal mereka udah merencanakan hidup mereka untuk minta sama
suami mereka kelak.”
WUHUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU
GUE GAK BISA MENGUNGKAPKAN BETAPA GUE SANGAT AMAT SELALU
SETUJU SAMA KATA-KATA SI COWOK INI. SANGAT.
Tapi setelah gue pikir-pikir juga, dan setelah wawancara
yang gue lakukan kepada beberapa temen cewek di kampus, biasanya impian mereka “Punya
cowok yang biasa-biasa aja. Gak kaya-kaya banget, setelah nikah , berjuang
bareng sampe kaya sama-sama.”
Such a dream. Well, ya gue suka. Itu seperti kisah hidup
bokap dan nyokap gue yang tetap bertahan sampe detik ini, biarpun suka
malu-malu kalo pas bokap gue ultah dan gue suruh nyokap suapin kue. Apapun itu,
gue tidak merasa ada yang salah dengan itu.
Oke, topik gue mulai membosankan.
Gue gak ada ide gimana menyampaikan hal-hal yang membuat gue
merasa sesak. Oh iya, kan gue mengaku introvert. Ya iyalah gak gampang. Gue
memikirkan liburan, dan merencanakan banyak hal selama liburan. Semoga rencana
gue menjadi hal yang berguna. Ada yang ngeganjel sih beberapa waktu ini. Tapi bukannya
hidup kayak gitu. Ada momen di mana hal-hal ganjel itu menyerang dan
mengganggu.
Kalo lagi momen kayak gini, dengerin lagu mellow, atau baca
tulisan-tulisan inspiratif, lo akan merasa seolah hal-hal itu diciptakan untuk
lo.
Anywaaaaaaaayyyy.. gue tengah membaca ulang cerita I’ll BeFaberry yang sempat gue ceritakan di post lalu. Jadi. Gue masih percaya dengan
adanya happy ending, atau seperti pertanyaan temen gue. “Happy kenapa harus di ‘end’?”
bener juga sih. Kenapa harus happy ending. Kenapa gak happy journey, happy
life, live your life happily forever (ini kepanjangan sih), tapi intinya,
sampai titik mana lo memutuskan bahwa itu adalah happy ending lo? Bukankah berarti
harus sampai di titik akhir dengan kata “end” tersebut? Semakin tua yang gue
pikirin Cuma kata “happy” itu.
Cerita I’ll Be itu, dengan font yang Cuma size 10, setelah
gue copy ke halaman microsoft word, dan gue akumulasikan. TERNYATA. Cerita itu
tersusun atas tiga ratus ribu kata sekian, dan 632 HALAMAN SAUDARA-SAUDARA.
SUPER PANJANG. Gue hanya mengira-ngira gimana caranya gue bisa bikin cerita
sepanjang itu, gak lepas dari unsur komedi, dan romance yang berasa banget,
tapi tanpa pembaca harus bosen ngikutin ceritanya. Karena jujur aja, cerita
sepanjang itu, udah gue baca 4 kali, dan gue masih belom bosen ngulang kisah
yang sama. Atau kalo gue lebih spesifikin lagi, gimana bikin cerita sepanjang
itu tanpa gue harus bosen sendiri nulisnya. Amazing.
Oemji. Im so in love with you, author. Dan gue gak tau
apakah ada cerita lain yang bisa mengalahkan cerita ini. Seperti elo yang
mungkin menunggu-nunggu kisah lain yang bisa ngalain Harry Potter. Hhhhhrrrrrr..
Akhir-akhir ini gue lagi sok keren, nulis-nulis cerita pake
bahasa inggris. Masih berantakan, (seperti seharusnya dan sewajarnya karena gue
bukan cewek yang nelen obat dengan angka dari film Limitless, trus mendadak
pinter). But i’ll learn.
Dan, gue seperti mulai meragukan ucapan seorang teman
(pendek) gue. (halo babe Lina) yang biasanya sms gue pas lagi galau, dan bilang
kalo gue miss-able, dan bilang gue bubbly jadi kalo curhat sama gue itu
asiknya, gue bisa menghilangkan kegalauan orang lain dengan nuansa positif yang
gue bawa. (silahkan anda muntah, saudara sekalian). Gue sudah menjadi tong
sampah profesional dua tahun terakhir ini, terhitung salah satu pasien curhat
yang membuat gue terjebak crush selama beberapa...... bulan. *UHUK*. (Won’t let
that happen anymore).
Setelah sebulan bercumbu dengan tugas Perencanaan Kota yang
menyita seluruh cinta dan waktu penuh kasih sayang gue. Gue lupa bahwa gue
punya teman-teman lain di luar sana. Teman-teman yang selalu membuat gue tahu,
bahwa gue selalu punya rekan diskusi terkeren, dan seminat sama gue. Itukan
hidup, ada teman-teman yang stick sama lo, ada yang terpisah karena ketidak
sepahaman, atau insiden-insiden kecelekaan. (if you know what i mean).
Ngomong-ngomong, mengingat betapa kepengennya gue untuk
dewasa dulu, gue seperti.. ingin menghentikan waktu, tapi gue tetep
beraktivitas. Jadi. Umur gue gak bertambah, tapi hidup terus berjalan. Entahlah,
gue dihantui oleh bertambahnya umur gue, dan karena gue belum menghasilkan
sesuatu.
Yang lebih menakutkan adalah ketika umur lo bertambah tua,
tapi tidak begitu dengan kedewasaan dan pemahaman bijak lo dalam memandang
sesuatu. Ufhg.
Oh iya, sekarang lagi minggu UAS, dan gue sedang... errr....
bedanya kuliah dan sekolah adalah, ketika sekolah UAS itu jadi seperti minggu
sakral di mana lo haram untuk jalan-jalan dan nonton tivi. Sedang kuliah adalah
kebalikannya menurut gue, dan UAS kuliah adalah sesuatu yang tidak perlu di
gembar-gemborkan karena gue tidak melihat ada masalah di dalamnya. (ya well,
masalah ketika lo udah ngomongin nilai. Sama gue. *gue yang tadi ngerjain
perencanaan transportasi ngeblank kayak cowok di kasih film bokep. Cuma bisa
melongo*) jadi yaaaaaaa................
*dan gue masih ngerasa tingkat ke-porno-an soal transportasi
tadi sama bokepnya kayak film yang dioper Marry ke gue beberapa hari lalu. Karena
muka cengo gue sama waktu ngeliat.*
Mungkin cukup untuk postingan porno (eh) malam ini. See you
next time. Ini udah minggu-minggu liburan, pasti kerjaan gue bakal curhat
melulu di blog. Apapun itu..
See youuuu.
Salam roti!
1 komentar:
Cie, gue nggak ada UAS loh..
Posting Komentar