Being underestimated is a good thing.
Ga percaya?
Tanya aja sama Imas yang dapet lirikan sinis beberapa orang
waktu ambil topik studi pengembangan properti as if dia nggak akan mampu
ngerjain skripsinya, turns out dipuji oleh semua dosen penguji di ruang sidang.
Tanya aja Mitha yang suka dikatain goblok sama gue, yang taunya lulus PDP II
(nggak sih, Mit. Ini mah gue ngehibur lu doank).
Kata underestimate sendiri nggak menggambarkan apapun yang
berbau konstruktif. Judulnya aja “merendahkan”. Beda kalo gue bilang kritik,
bisa karena sirik, bisa karena peduli. Bisa menjatuhkan bisa konstruktif. Yang
namanya merendahkan pasti ada tendensi untuk menjatuhkan. We all have that kind
of tendency, tendensi untuk merendahkan orang lain. Mungkin nggak Cuma tentang
akademis, mungkin tentang hobi yang lo geluti. Lalu ada orang lain yang mencoba
hal tersebut, then you underestimate them.
Atau ketika lo ngeliat seseorang melakukan sesuatu yang dia
baru pertama kali lakuin (masang lampu, atau hal-hal ga penting lainnya), you
think that they can’t do it, not capable, then you underestimate them. It’s an
usual thing to do. Without us even realizing it.
Atau... gestur merendahkan yang lo tunjukan secara
terang-terangan karena merasa posisi lo terancam dengan atau tanpa alasan.
Kalah pinter, kalah jago, kalah bakat, dan sebagainya. Dengan tujuan ini bisa
ngejatuhin mental si orang tersebut, atau biar hati lo puas aja. Biar lo
percaya bahwa dengan merendahkan dia, apa yang lo yakini tentang ketidak
mampuan dia itu bener.
Kenapa gue ngerti banget cara pikir sisi si tukang “merendahkan”
ini? I told you often, that I used to underestimate people. Gue sok jago, sok
tau, sok pinter, sok bener. Semua yang berawalan “sok” berarti ya Cuma gaya-gayaan
gue doank. Yes I realize it. Though, sebetulnya gue juga punya banyak kualitas
lain selain sok-sok itu.
Then I learned a lot these past few years, bahwa semua
individu punya kesempatan untuk breakthrough, menemukan diri mereka, nemuin
potensi mereka, bakat mereka, dan bisa jadi nomor satu di bidang tertentu.
Intinya, manusia punya cara untuk progress dan membenahi diri sendiri. Persepsi
yang merendahkan itu bisa jadi nggak relevan lagi di bulan berikutnya ketika
orang itu berusaha keras dan jadi jago di suatu field tertentu dalam rentang
waktu sebulan. Mungkin? Oh. Mungkin.
Because another thing you should know... I know how it feels
to be underestimated. Even dari gue kecil. Fenomena anak bungsu yang sudah gue
bahas di beberapa post sebelumnya.
Itu nyebelin, nyakitin, at some point bikin lo bener-bener
ngerasa ga mampu melakukan sesuatu. Bikin lo depressed, bikin lo mikir ulang
tentang diri lo sendiri. Kadang, bikin lo bener-bener ngerasa insecure in the
end. Tapi kemudian, menurut gue, nggak ada dorongan yang lebih kuat untuk lo
maju daripada ketika lo ditarik mundur. Kalo hidup lo biasa-biasa aja, nggak
pernah direndahin, mungkin sampe jamannya mobil bisa terbang pake karpet aladin
terus dinaikin dugong hasil mutasi sama lumba-lumba (aduh jadi inget Bailey
sama Destiny di Finding Dory. HAHAHAHA) lo bakal terus di situ aja. Nggak
maju-maju.
Ketika lo insecure saat seseorang berusaha merendahkan elo,
bisa jadi memang lo belum bener-bener menguasai hal tersebut. Being
underestimated make you see that through. Bikin lo minder lalu menganalisa
ulang kemampuan lo sendiri. Menyerah karena kalah mental atau tetep maju dan
berusaha itu pilihan.
Intinya lo jadi berhenti sebentar dan punya waktu untuk
mengintrospeksi kemampuan lo. And that’s okay. Take it as a constructive
criticism. Yang bahaya itu ketika lo ngerasa udah nggak ada yang salah sama
diri lo, udah nggak ada ruang untuk diperbaiki atau ditingkatkan. Udah ngerasa
cukup jago. Berarti lo udah nggak berada di tempat atau situasi yang tepat
lagi, karena nggak akan meningkatkan potensi lo.
So they say, “Pujian itu bisa jadi hal utama yang akan
menjatuhkan lo.”
Bukannya Ferrucio Lamborghini akhirnya sukses dan mendunia karena
pernah dihina sama Ferrari? (http://www.kissfromitaly.com/en/blog/how-the-ferrari-lamborghini-rivalry-began)
The power of being underestimated, people!
Salam Roti!
2 komentar:
Thank you for this post ya, Roti. Make me see my current life with a new light. Thank you, really :)
Dita: Yep, Dit. Semangat!
Posting Komentar