So... Di tengah balada yang dialami kebanyakan pengangguran
(which is a state that I’m in right now) adalah memusingkan masa depan, apakah
rencana sudah settle, apakah rencana yang sudah settle itu sudah yang terbaik,
apakah yang dilakukan sekarang untuk rencana yang sudah settle dan entah itu
adalah yang terbaik adalah hal yang tepat? Kata temen gue, “Sekali-kali ngobrol
sama hati lo sendiri.”
I’m not complaining about passion anymore, because at some
point. We have to keep moving, and the passion will find itself.
Though, I’m complaining about rasa malas dan ketidak
produktifan gue (sesuatu yang selalu jadi masalah seumur hidup gue), kecuali lagi
ada trigger yang bikin gue jadi nggak males dan termotivasi. Nah, gue kangen
masa-masa itu. Pas ada trigger yang bikin gue termotivasi.
Anyway. Gue baru menyelesaikan The Alchemist yang ditulis
oleh Paulo Coehlo, direkomendasikan oleh salah satu temen gue yang kayanya
belum bisa nemuin passion hidupnya hingga detik ini. Katanya bukunya bagus,
meskipun dia sendiri belum baca bukunya. Lalu gue baca itu, dan gue terhipnotis
sama filosofi-filosofi sederhana yang disampaikan oleh penulis karena sedikit
banyak bisa gue relate ke kehidupan sehari-hari.
It’s about Santiago, a young, shepherd, boy, yang ketemu
sama The King. Sosok yang membantu manusia untuk menemukan jalan hidupnya. I
think, tulisan ini sebetulnya punya beberapa esensi penting yang bisa dipetik.
- Tujuan dan perjalanan hidup
- Bagaimana kemampuan lo untuk mendengarkan isi hati lo sendiri. That sometimes, your heart is telling you things that important. Yang mana sering diabaikan oleh manusia.
- Tujuan yang bikin hidup lo ketemu sama hal-hal nggak terduga.
- How you grasp the omen that is shown in your daily life
- Bahwa in the end, keputusan lo yang menciptakan perubahan dan gebrakan di hidup lo. (and that 4 things above won’t be important if you don’t decide. Life is full of choice and decision, people.).
- That Paulo understands a lot about christian. I’m not saying that he is religious, but he has his own interpretation about God.
Ini menarik, kaya yang gue bilang kalo bisa dihubungkan ke
kehidupan sehari-hari. Tentang tujuan misalnya, (spoiler dikit), pasca ketemu
sama si raja itu, Santiago dikasih tau kalo ada harta karun di piramida mesir,
dan bahwa harta karun itu bisa jadi miliknya. Maka dia memutuskan untuk cari
tahu tentang harta karun itu. Tujuan bikin lo menemukan hal-hal menarik dalam
pencariannya. Life, guys...
Ada banyak hal menarik di sini, salah satunya adalah waktu
Santiago ketemu Fatimah. A girl that he knows from the first glance is his
destiny, his other half.
Santiago hampir melepaskan impiannya dan berhenti
melakukan perjalanan ke Mesir. Bukan karena Fatimah, tapi lebih karena
ketakutan Santiago sendiri kalau dia pergi dan nggak bisa balik untuk ketemu
Fatimah. We encounter that kind of moments many, many times, eh? That moment when
we want to stop because of something. So quoted from The Alchemist’s words, ”You
must understand that love never keeps a man from pursuing his destiny. If he
abandons that
pursuit, it's because it wasn't true love… the
love that speaks the Language of the World.”
Endingnya mengejutkan. It should be, karena hidup
juga begitu. Err, mengejutkannya anjing banget sih tbh. Hahaha. You should read
this btw. Though, buku ini menceritakan tentang perjalanan, setiap adegan
diselipin sama interpretasi pribadi penulis tentang kehidupan. Bacanya nyantai
aja, jangan diseriusin banget. If you don’t really like that kind of thing,
than it might be a little... boring. Masalahnya gue selalu kepoh tentang
manusia dan cara mereka memaknai hidup. Kenapa gue suka.
Anyway, gue baru buka lagu-lagunya Diana Krall
sambil ngelarin buku ini tadi. Dia orangnya kharismatik parah gitu, ya?
Nyanyinya duduk doank loh padahal? Ah... I heart you already, Di.
Salam Roti!
1 komentar:
maktub ^^
Posting Komentar