Wawasan itu segalanya.
Minimal di kehidupan gue sekarang.
Ceritanya, semenjak gue kuliah, gue seperti disadarkan oleh
dunia realita, bahwa ada tiga jenis hal yang sangat kuat dan akan selalu
dilihat oleh semua orang. Tiga hal ini pernah di ucapin oleh seorang temen yang
juga senior, yang juga pernah pesen roti gue, dia bilang, “Ada tiga hal yang
bisa bikin kamu di pandang orang. Kekayaan, kedudukan, kepintaran. Ketika kamu
punya salah satunya, orang akan segan sama kamu.”
Gue gak ngelupain kalimat itu begitu aja, gue memikirkannya.
Seperti biasa, gue berpikir keras untuk kata-kata itu, gue bahkan bikin list
khusus, akan masuk ke kategori manakah gue. Kaya, belom. Kedudukan, belom. Gue
Cuma punya satu opsi yang tersisa. Gue harus pinter. Karena gue belom kaya, dan
belom punya kedudukan.
Dulu, waktu gue masih alay dan suka baca novel teenlit
apapun (yang dipinjemin enci gue). Maksud gue bacaan apapun yang bisa gue baca,
gue gak menyadari seberapa pentingnya arti “membaca”, gue gak beranggapan
membaca bisa bawa suatu hal yang berbeda buat hidup lo. Jadi anggapan gue, lo
membaca sebagai bukti bahwa lo gak buta huruf. Yang mana sebenernya salah,
terutama ketika gue punya hobi nulis.
Nah, setelah gue kuliah, gue ketemu temen-temen yang
keliatan menonjol dan intimidatif di kelas, anak-anak yang kerjaannya suka
nanya, kritis, dan punya wawasan. Kebanyakan dari mereka hobi baca. Entah si
itu yang suka baca buku investasi (karena dia suka segala hal yang berbau
saham), si itu yang suka baca berita, si itu yang suka baca koran, atau si itu
yang suka baca semua jenis novel menang penghargaan.
Rasanya itu.... nyes. Kayak lo turun dari kopaja, salah
kaki, jatoh, terus ngegelinding. Rasa nyes itu bikin gue sadar betapa kurangnya
gue dalam hal membaca. Wawasan gue cetek, secetek cerita stensilan yang gue
suka ketemu di website bokep favorit gue.
Dulu, waktu gue masih begitu naif dan menggemaskan *muntah
aja lo sana*, gue pikir dengan jadi orang yang apa adanya lo akan bertahan
dengan lebih baik. Setelah kuliah, gue berpikir menyembunyikan potensi yang lo
punya akan membuat hidup lo terhindar dari masalah. Lantas kemudian, gue
melihat sekeliling gue dan gue menyadari sesuatu. Semua orang berlomba-lomba
menunjukan potensi yang dia punya. Dalam semua bidang.
Gue gak tau itu hal yang buruk atau baik, tapi buat gue itu
bukan masalah. Karena gue gak melihat ada yang salah dengan hal itu. Lo pamer
potensi lo, selama lo memamerkan sesuatu yang memang lo punya, dan bukan
sesuatu yang lo “sok” punya, gue rasa itu gak masalah.
Salah satu contoh temen yang akhir-akhir ini sering bikin
gue berpikir keras.. sebut nama aja deh, inisialnya Harry, Harry ini adalah
salah satu temen sekelas yang menonjol di mata gue. Beberapa bilang dia
songong, beberapa bilang dia sok pinter, beberapa bilang dia memang beneran
pinter. Apapun kata orang-orang, dia sering mengungkapkan kalimat-kalimat yang
sekali lagi.. bikin gue berpikir keras. Seperti tadi siang.
“Tuhan itu adil. Ketika lo melakukan yang terbaik dalam
mengerjakan sesuatu, hasilnya pasti bagus. Gak mungkin biasa-biasa aja.” Katanya
dengan gaya songong itu.
Jeger.
Dia punya wawasan dalam bidang yang dia suka, dan dia memang
selalu menjiwai apa yang dia kerjakan.
Itu bikin gue merenung, sudah sejauh apa gue berusaha melakukan
yang terbaik? Sebanyak apa usaha gue untuk melakukan yang terbaik? Dan, dalam
berapa hal sih gue berhasil melakukan yang terbaik?
Ketika membaca dan menambah wawasan, bisa membantu gue untuk
melakukan yang terbaik, sejauh apa gue bisa melakukannya?
Ketika aktif dan berusaha mengerti tugas di kuliah, bisa
membantu gue untuk melakukan yang terbaik, seniat apa gue bisa melakukannya?
Itu pertanyaan gue buat diri sendiri sih. Belom bisa
dijawab. HAHAHAHAHA.
Kesimpulan gue sih sebenernya, semua hal butuh usaha sama
tekad. Butuh perjuangan untuk lo diliat sama orang. Butuh perjuangan juga untuk
lo meraih ketiga hal di atas tadi.
Balik ke wawasan tadi. Wawasan itu bikin lo keliatan pinter,
lo bisa berargumentasi dengan wawasan yang lo punya, lo bisa terlihat kritis,
dan lo bisa memandang berbagai masalah dengan sudut yang beda-beda. Buat gue
itu keren.
Oh iya, satu percakapan lagi sama si Harry. Gini.
“Har, gue gampang minder nih, kalo gue ngeliat orang yang
lebih pinter atau punya wawasan yang lebih dari gue (dimana kayaknya wawasan
gue emang cetek banget, soal bidang-bidang tertentu, bahkan bidang yang gue
suka).”
“Kalo gua jadi lu, mar. Gua bakal belajar dari orang-orang
itu. Bukan merasa dikalahkan, bukan merasa rendah diri. Tapi humble, rendah
hati, dan lo mau buat belajar.”
Gue pikir permasalahan gue yang gampang insecure,
akhir-akhir ini beneran jadi masalah banget. Dan keadaan dunia dimana semua
orang berlomba-lomba untuk menunjukan apa yang mereka punya bikin gue makin ciut.
(andai gue beneran bisa menciut), gue makin gampang ngerasa kalah. Dan gue
ngerasa ini perubahan yang sangat drastis dari gue di masa dulu. Ini ngeri.
Jadi, gue bener-bener mengkutip kata-kata Harry tadi, bahwa
gue harus belajar untuk rendah hati. Karena rasa insecure gue rasa ketika gue
ngerasa mampu, tiba-tiba gue menemukan fakta bahwa sebenernya gue belom mampu,
dan kemudian gue ngerasa insecure. Itu awalnya . ketikak mampuan gue untuk
rendah hati, bikin gue ngerasa gak aman sama sekitar gue. Dunia mau bersahabat
ketika lo juga mau bersahabat. Gue pikir ketika gue melihatnya dari sudut
pandang positif, dunia akan bersahabat sama gue. Jadi ya...
Kesimpulan kali ini, Cuma gue harus semangat.
Gue dapet banyak kesempatan akhir-akhir ini, dan gue akan
ngelakuin yang terbaik untuk kesempatan-kesempatan itu. Untuk gue bisa ngelist
best effort yang pernah gue keluarkan dan untuk apa aja. Iya, jadi ini untuk
nambah list hal-hal sukses yang pernah gue lakuin aja, bray.
Dan kalo keliatannya postingan ini gak nyambung sama judul. Sebetulnya itu pemikiran gue tentang bagaimana cara lo menciptakan pencitraan untuk diri lo sendiri. Melakukan yang terbaik adalah salah satunya, minimal itu yang gue belajar dari temen-temen kuliah gue.
Kayaknya sekian perenungan untuk hari ini. *tanpa penutup
yang jelas. Bodo*
Salam roti!
2 komentar:
Temen lo si Harry bijak juga.
Btw, selamat, ya. Kita belom ketemuan buat ngerayain, nih..
Keren mar postingannya yg ini.. hahaha
Posting Komentar