Kamis, 24 Oktober 2013

Mak Comblang Gagal

Gue baru menyadari satu hal beberapa hari ini, membuat rasa percaya diri gue terpuruk hingga ke dasar lautan samudera. Mungkin sampe ke bagian ikan-ikan yang mukanya jelek, dan lautan gelap gulita. Dalem banget pokoknya. Pasalnya, setelah beberapa hari ini gue merenung, gue menemukan satu fakta perihal profesi gue sebagai mak comblang. Adalah...... gue gak pernah berhasil nyomblangin satupun pasien gue. Gak ada. Satu.pun.


Itu merupakan satu pukulan yang sakit bagi gue, yang selama ini menganggap gue telah profesional dalam masalah comblang menyomblang. Atau hal-hal yang berbau kepoh, dan sejenisnya. Tapi ternyata enggak. Bahkan dalam hal kepoh (yang adalah bakat terasah gue) gue gagal. Itu bikin gue merenung. 
Merenung keras sampe badan gue kurusan kayak gini.

Masalah muncul ketika suatu hari, seorang temen cowok dateng ke gue dan meminta saran untuk pedekate ke cewek yang dia suka. Mungkin kata-kata gue cukup meyakinkan, atau muka kepoh gue terlihat cukup profesional, yang jelas adalah, kasus itu gue anggap gagal di tangan gue. Dan gue menyesalkan dia mempercayakan proses pedekate ini pada saran-saran gue.

Dulu, waktu temen deket gue di pedekatein cowok, (yang mana adalah junior, kalo lo baca blog gue, you know who you are, bro!), si cowok juga minta saran sama gue. Masalahnya adalah temen deket gue yang mana si fan-fan ini, cewek paling antik, aneh, jutek, dan logis sedunia. Bahkan gue sendiri masih clueless gimana gue bisa jadi temen dia.

Akhirnya dengan rasa percaya diri yang biasa, gue apdet ke blog dimana isi blog gue adalah tips, cara untuk pedekate ke teman gue itu (ada di sini). Sampe ketika akhirnya suatu hari, si cowok ngajak si cewek jalan, dia bahkan mengikuti seluruh tips yang gue sampaikan di blog. SELURUHNYA, dari manggil taksi ke rumah si cewek, sampe berusaha ngelucu, dan (sekali lagi, usaha) mencairkan suasana.

Itu juga gagal.

Gagal total. Padahal, posisi gue sebagai teman dekat si cewek seharusnya menjadi profesi paling strategis untuk membuat proses ini berhasil.

Cowoknya gak jelek, pinter, dan modal. Gue gak ngerti apa yang salah..... -___-

Sampe hari ini, hal itu masih jadi misteri.

Kasus kedua adalah temen sekelas gue, yang mau pedekate sama junior, mulailah gue memberikan wejangan-wejangan gue. Singkat cerita, itu juga gagal.

Berawal dari rasa kekecewaan pada diri gue sendiri karena selalu gagal nyomblangin temen-temen gue (padahal salah satu cita-cita gue adalah buka biro jodoh kelas internasional), gue mulai mengamati sekeliling gue. Gue mengamati cowok-cowok yang bisa dengan sukses pendekatan sama cewek yang mereka suka. Lantas kemudian gue menemukan beberapa masalahnya. Karena..
1.     
  Ketika cowok itu meminta saran, menunjukan ada masalah dengan rasa percaya diri yang dia punya.

Adalah yang gue amati dari cowok-cowok (dimana mereka selalu dapetin cewek yang mereka mau), kebanyakan dari mereka, sudah “mengerti” apa metode yang tepat dalam memperlakukan cewek, dan rasa-rasanya berdasarkan pengalaman serta sepak terjang yang mereka punya, gak pernah sekalipun mereka meragukan metode sendiri, ataupun meminta saran pada cewek, terutama sumber yang sangat gak terpercaya seperti.... gue.

2.       Gue comberan

Gue punya sedikit masalah dalam “Menjaga kepercayaan” yang orang lain kasih ke gue (dan sekarang lagi dalam masa perbaikan), adalah ketika ada pihak yang curhat, gue gak tahan. BENER-BENER GAK TAHAN buat gak godain pasangan itu waktu mereka lagi berada dalam satu ruangan yang sama. Itu penyakit. I know, suatu hari, seorang sumber bilang gini.

“Mungkin, kasus-kasus lo gagal, gara-gara lo terlalu bawel, Mar. Terlalu frontal.”

Njir.

“Dan hal itu gak bikin keadaan membaik antara si cowok dan cewek yang belum suka sama cowoknya.”

Super njir.

Jadi yang gue simpulkan adalah, seharusnya gue gak seiseng itu. Karena ketika si cewek belum menunjukan ketertarikan sedikitpun sama si cowok, aksi “cie-cie” gue itu bikin si cewek jadi illfeel sama cowoknya. Okay. Noted.

3.       Kesalahan Metode

Karena begini, dengan sifat sotoy gue yang super nyebelin, gue berusaha memberi saran kepada para cowok itu dalam hal yang bersifat teknis. Padahal sebetulnya, pedekate itu gak butuh teori, gak butuh pemahaman teknis. (seolah-olah lo ahli mesin), seharusnya, yang gue lakukan adalah memupuk kepercayaan diri si pasien dan meyakinkan dia bahwa dia pasti bisa deketin dengan metode yang dia punya.
4.     
  Yang paling akurat adalah seharusnya, menyampaikan kalimat....

“Udah, bro, sis, gak usah kebanyakan nanya. Kalo emang suka, emang yakin, maju aja.”

Salam roti!


2 komentar:

Anonim mengatakan...

Merasa terpanggil nih.... :p

Anonim mengatakan...

wakwokwakwok