Selasa, 29 Oktober 2013

"It's Just Hard at The Beginning."

Itu adalah salah satu kalimat yang entah mengapa terus gue ingat sampai hari ini. Mungkin kedengeran klise, sederhana, atau malah pasaran, tapi setelah gue telaah lebih jauh, ada makna yang sangat baik dibaliknya menurut gue, itu kenapa gue menobatkan kalimat ini sebagai kalimat pembangkit motivasi terkeren di bulan ini.


Begini. Kalau kalimat ini mau lo aplikasikan dalam kehidupan lo, sebetulnya memang ada rasa dan kenyataannya. Contohnya, lo selalu merasa kesulitan ketika memulai sebuah awal, entah awal pacaran, entah awal sekolah, awal belajar jalan, awal nembak, awal pedekate, awal bikin kue. Semua “awal” memiliki tingkat kesulitan yang lebih dibanding ketika lo sudah menemukan iramanya.

Begini, waktu lo belajar main gitar, tangan lo kaku, terus jari lo memar, kulitnya pake pada copot semua berdarah-darah, tapi lo ngerasain enaknya bisa menghasilkan musik yang cakep, itu kenapa lo terus belajar main gitar, sampai lo di tahap kelima jari lo kapalan dan kebal, gak lagi ngerasa sakit kalo megang senar. Jari lo sakit Cuma di awalnya, tapi waktu lo menemukan iramanya, semuanya bakal enak.

Dalam kasus gue, awal berat adalah awal ketika gue benar-benar memaksa diri gue untuk keluar dari zona nyaman. Jangan-jangan, selama ini hidup gue memang sudah terlalu nyaman, atau pernah ada fase keluar dari zona nyaman tapi gue lupa, karena itu, gue udah terbiasa dengan irama yang sekarang. Serius, gue sekarang merasa dalam fase keluar dari zona nyaman.

Seperti ada banyak hal yang sangat harus gue telaah ulang tentang diri gue. Dan ini Cuma awalnya.

Suatu sore, gue jalan sama temen SMA, dulu mantan temen sebangku gue, gue tau cowok ini emang selalu berhasil ngasih saran-saran yang entah kenapa selalu nge-jleb, kemudian gue curhat. (gue serius, curhat sama cowok itu jauh lebih asik, mereka selalu tau jawaban logis yang ngena ke elo).

“Lo tau kan sifat gue. Keras kepala, egois, gak mau kalah,”

“Gue udah prediksi sih.” Kata si cowok. “Suatu hari, sifat lo itu yang bakal menghambat lo sukses.”

Erh. Dulu gue sempet mikir nih cowok punya dendam pribadi sama gue, karena di setiap kesempatan yang ada, dia akan selalu mencari cara untuk memojokan gue dengan sifat-sifat menggelikan gue itu, tapi mungkin. Mungkin sekarang gue mulai ngerti apa maksudnya.

“Maksudnya gini, Mar. Hal-hal itu yang bikin perjalanan lo terhambat karena lo ngebawa beban. Lo jadi gak bisa bawa sesuatu dengan santai, jatuhnya, orang malah gak suka ngeliat lo karena bawaan lo itu.”

“Terus.. terus gue harus gimana, donk?” tanya gue lagi dengan muka mewek yang gue gak sangka, ternyata gue punya. HAHAHAHA. -____- “Gimana gue ngalahin ego dan keras kepalanya gue buat mau belajar?”

“Sebetulnya ya, itu bukan masalah. Selama cara lo tepat, selama lo tau kapan harus keras kepala, bisa liat situasi, lah.”

Jadi, sejujurnya akhir-akhir ini ada satu dan lain hal (maksudnya lebih dari satu) yang bikin gue gemes. Gemes, kesel, frustasi, pengen nyerah, pengen ngamuk-ngamuk, makan cheese cake ssebanyak-banyaknya, makan pete abis itu poop di wc kampus biar pada ngerasain. Pokoknya, cara apapun yang merugikan orang lain serta diri gue sendiri.

Tapi gak gue lakukan tentu saja, karena gue tau itu hanya akan membuang waktu, tenaga serta pikiran (juga menaikan berat badan), sebaliknya gue berusaha (keras, sekali lagi) mencari tahu sumber masalah gue akhir-akhir ini, apakah itu masalah karakter gue yang masih gak karuan, ketidak disiplinan gue, atau kekeras kepalaan gue untuk mau belajar. Entah, mungkin salah satunya.

Dan ini kerasa sulit buat gue. Sulit ketika gue sampe mikir untuk marah-marah sama keadaan, tapi toh setelah gue pikir lagi, marah keadaan juga gak akan ada gunanya.

Satu hal itu yang gue percaya. “It just hard at the beginning.” Di momen seperti ini. Bahwa semua hal baru yang lo lakukan akan selalu sulit di awalnya, kemudian tergantung selama apa lo mau bertahan dengan hal itu. Dan mungkin itulah yang bakal gue lakuin.

Berusaha menemukan iramanya, supaya gak lama-lama gue berada di fase “awal” yang susah ini.

Jujur aja, dibalik kesulitan-kesulitan yang gue hadapin sekarang, gue bisa melihat dari kaca transparan bahwa ada kesempatan-kesempatan besar di baliknya. Permasalahan terjadi saat sebesar apa effort yang mau gue keluarkan untuk kesempatan besar itu. Dan gue masih belum yakin sama diri gue sendiri. (oke saudara-saudara, ini posting galau). Sekarang entah gue harus bersyukur atau enggak karena hal-hal tersebut.

Beberapa hal yang bikin gue kesel adalah, kenapa gue selalu ngerasa diri gue gak mampu meraih hal tersebut. Itu satu, kedua, kenapa gue selalu ngerasa mangkuk gue sudah terisi penuh (dan itu bukan dalam konteks bersyukur, lebih ke mengeluh), padahal mengingat tujuan besar gue, mangkuk gue mungkin masih kosong melompong kayak celengan gue di rumah.

Gue penasaran orang-orang kayak Tompi (cie idola baru), pernah galau kayak gue gak, sih? Atau mereka malah gak kebanyakan galau? Aduh. Gue jadi galau kalo sampe mereka gak pernah segalau gue..... -_____-

Btw, thanks banget buat imas yang mau aja dengerin curhatan gue tiap pagi di kampus, jawaban lo yang semacam. “Semangat, Mar. Lu harus bertahan!” pake ngangkat satu tangan yang mengepal, itu sangat meredakan kerisauan gue.

Sekian postingan tanpa hikmah pada kali ini. Sekedar mencurahkan isi hati yang menyesakan dada. Semacam pake beha yang kekecilan ukurannya..


Salam roti!

2 komentar:

kaka mengatakan...

"BH kekecilan"wuahaahaaaha...

*ngebayangin*

Lam kenal mar'(*^ -^*)

Marisa Roti mengatakan...

kaka: halo salam kenal juga.. :)