Minggu, 20 Januari 2019

Your (My) Own Version


I am 24 years old. 25 years old this year, and I have lived these past 3 years for not being myself. I am not me. I am not the best version of me. I am boring.

Setelah melalui awal umur 20an, ada banyak event penting yang terjadi di hidup gue. Bokap gue meninggal ketika gue berumur 22 tahun, pada momen skripsi, yang meyakinkan diri gue bahwa, gue harus menjalani hidup gue dengan benar setelah bokap gue nggak ada. (bukan berarti sebelum itu hidup gue nggak bener), to be on track I mean, to make his dream comes true. No pressure or anything, but I did promise him that I will be something big. I will make my life great, I will survive on my own and be successful.


Gue ketemu Medi di umur yang sama, and spend 80% of my life with her since. That might be the only enlightment in my day to day life.

Gue pikir, cara yang tepat adalah dengan menciptakan goals realistis dan dilalui oleh semua orang. Be a professional, sukses di dunia karir, dan settle dengan uang pensiun yang cukup. And I did make it in the professional world, maksud gue, bukannya gue udah jadi direktur perusahaan or anything, but I went through it. Gue lulus dan gue kerja di salah satu perusahaan internasional yang (dalam bidang gue) cukup prestigious. Gue kerja di kawasan perkantoran paling elit se-Jakarta (iya di gedung yang kemarin selasarnya sempet ambruk itu), dengan gaji yang sebetulnya standar tapi memang di atas rata-rata orang dengan level gue.

Lalu gue resign.

Ya. Gue resign.

Gue resign setelah beberapa bulan gue di promote untuk naik jabatan ke level senior. Satu setengah tahun dan naik jabatan merupakan salah satu pencapaian bagi gue. Gue seneng, gue bangga, yaudah, that’s it. I don’t feel anything else other than, “Ow okay, gue diapresiasi. Great.”

Then, I am looking for another challenge. Hence, I resigned.

Gue resign tanpa punya pekerjaan baru sebetulnya, gue resign dengan kondisi gue belum ketrima di kantor lain. Buat semua orang, itu tindakan paling bego, paling nekat, paling ga jelas yang pernah gue lakuin. I am not shameful of myself, because I am very sure about this. I am sure of what I can do, I am confident with my skill and capability, jadi nganggur bukan sebuah ketakutan yang gimana-gimana banget buat gue.

Well turns out, gue memang nganggur 2 bulan. Lalu gue masuk ke perusahaan baru dengan bidang yang lebih advance dari bidang sebelumnya dan dihadiahi posisi yang sama, terlepas bidang baru ini sebenarnya benar-benar baru buat gue, with another salary raise.

Gue masuk ke bidang yang gue pengen dari dulu, Advisory, dimana gue bisa jadi property consultant beneran. Bukan menilai sesuatu, tapi menganalisa dan memberi advice.

Lalu gue mulai bekerja dan memang gue suka. Though, something is still not right. Meskipun gue resign dan masuk ke bidang yang lebih advance menurut gue. Something is still missing and it is out there.

Gue selalu mengumbar tentang goals, pencapaian, dan sebagainya, while the truth is, I don’t set my goals right. Something is not right with my goals, I am not feeling happy with it. I am not feeling relieve by reading my own writing about my goals. To be a professional. Rich… successful… cool… charismatic professional (pengennya banyak amat sih, Marrrr).

Gue ninggalin hobi nulis gue, nonton video solo Echa Soemantri, ataupun manggungnya Tompi dengan lagu “Menghujam Jantung”nya. My muse actually. Gue tersesat dalam rutinitas yang semakin gue pikirin, rasanya meaningless, tbh. I don’t have many things to fight for anymore selain cari duit, cari duit, cari duit, bertahan.

Ya gampang aja, sih. Semua orang akan bilang, “Yaudah kan lo bisa kerja sambil nulis.”, dan memang itu rencana gue juga. But the main problem is not about whether I write something or not, the main problem is I have lost myself for few years back. I have lost myself slowly, along with the day of my routine goes by. I have lost me. I have lost what I passionate about.

Ya, I am passionate about property and stuff, but this is still not right. Karena satu-satunya skill yang gue punya dan applicable untuk menghasilkan uang dan membantu orang lain ya di bidang properti. Seenggaknya itu hal yang paling suka gue lakukan ketika kuliah dulu. Mata kuliah yang gue paling suka juga. Ngitung duit orang. Ngitung untung dan rugi kalau berinvestasi ini dan itu. Ngeliat data lalu menyambungkan titik-titik yang terpisah.

Tadi, menghabiskan waktu di salah satu kafe yang baru gue tau ternyata comfy parah, dan akan jadi tempat favorit baru gue sendirian, gue nonton video manggung Echa Soemantri bareng sama Tompi di Prambanan Jazz Festival 2018. Gue cuman pengen ngecek aja, kalau mereka perform sekarang kayak gimana, dan tetep… keren seperti biasa. Then, I was overwhelmed. Gue merinding sepanjang video.

Tiba-tiba gue inget apa yang gue rasain dulu setiap kali gue nonton video mereka, gue selalu mikir, “Wogh, gue akan ada di situ bareng sama mereka satu hari nanti.”

IYA INI KONYOL.

I THINK SO TOO. Menurut lo aja, panggung yang diinjek oleh musisi indonesia kenamaan kayak gitu, lalu gue yang ga bisa main alat musik apapun. Cuman bisa mengagumi dan merinding sendiri di rumah dari jaman gue SMA, ya MENURUT LO?

So in this post, to remind myself in the future, to remind myself now. Gue akan list down beberapa “impian” masa SMA gue tentang masa depan, tentang apa yang sebenar-benarnya gue inginkan sejak dulu:

Jadi Drummer - Dengan genree Jazz tentunya. I look up to Echa Soemantri and Tompi for universe sake. Gue pernah belajar drum dulu waktu SMA karena gue suka banget sama drum dari gue TK, setiap ada band manggung pasti drummer-nya yang gue liatin, bahkan di sekolah minggu, dan gue suka banget.

Tapi semua orang selalu berpikir musisi itu nggak akan ada masa depannya, paman gue contohnya, but hell, I have lived for 24 years and still want it. Yang paling-paling gue pengen, adalah masuk ke dunia mereka dan jadi bagian mereka. And this is silly, karena di umur setua ini, dengan kesenengan gue yang luar biasa akan musik, gue nggak bisa mainin alat musik apapun. Termasuk drum yang paling gue suka.

Nulis. Nulis sebanyak yang gue mau, se-aneh yang gue mau – and have it published. Karena satu hal yang paling paling gue pengen adalah bisa menulis dan dibaca orang lain, adalah bisa menulis dan membagikan hal tersebut ke orang banyak.Bisa menulis dan orang lain tau tentang apa yang gue ceritakan (I am a blogger… Isn’t it obvious?). I am a good storyteller (Medi’s words), dan apa artinya jadi seorang storyteller kalo nggak ada yang denger. Gue baca buku-buku yang bagus, dan kadang merubah beberapa hal dalam hidup gue, so sometimes I think about it, can I change someone’s life too by writing a published book?

Bisa Nge-dance – dengan skillfull, dengan karismatik, dan penuh percaya diri. HAHAHAHA I AM SO NERVOUS TO WRITE ABOUT THIS POINT. Karena gila lo dugong, pengen belajar ngedance. Gue suka banget liat dance cover, mereka adalah spesies tertentu dengan tingkat percaya diri yang lebih dari orang lain, mereka fleksibel, seksi, dan percaya diri. Every dancer have this “fierce” factor within them. Lalu gue suka ketawa sendiri kalo mikir impian gue yang itu, karena… orang dengan self-esteem serendah gue, seminder gue, dan SEGENDUT GUE, gimana caranya.

Oh, btw, Medi pernah baca diari gue secara “paksa” dan ada isi tentang ini, so… I don’t know what she thought after that.

Mobil Ferrari… or not? – Dulu waktu gue SMP, gue pernah gunting foto mobil Ferrari V8 warna merah yang dua pintu dan bentuknya muscular but sexy at the same times itu. Dengan impian di masa depan, gue akan bisa beli mobil ini. Karena yang dulu ada di otak gue adalah gue harus KAYA KAYA KAYA, dan keinginan untuk punya mobil itu berarti gue harus “kaya” dulu, donk?

Turns out, semakin gue dewasa, impian masa SMP gue jadi nggak relevan lagi. Gue nggak pernah bener-bener pengen punya atau bawa mobil karena Jakarta jahanam macetnya. Apalagi mobil se-mewah itu. No, thanks. Ternyata semakin gue dewasa, yang gue cari bukan hal-hal seperti itu. Keinginan gue sederhana, gue ingin settle di satu tempat, gue pengen punya rumah, gue pengen punya tempat gue sendiri dan kehidupan gue sendiri. A sweet house with good air circulation, lot of windows, minimal, and a dog. Or a couple dogs. I want a place to stay. I want a place to go home.

Be a Professional – Ya tentu aja, tidakkah itu terlihat…. Betapa inginnya gue punya posisi di suatu perusahaan, dikenal sebagai seorang expert, dan dihargai opininya. Yang terpenting gue cuman butuh satu hal dari aspek ini : rutinitas, dimana gue tahu bangun ngapain dan akan melakukan apa. Not that I don’t want a life where I can wake up facing blue ocean with no commitment of coming to office on time, menghadapi kemacetan dan deadline yang gila-gilaan.

Tapi gue suka dengan rutinitas ketemu orang, mengerjakan sesuatu yang meaningful dan menantang. Karena ketika passion dan hobi tidak bisa gue andalkan, pekerjaan gue ada dan menunggu gue. Life is life people. You need pressure and challenge all the time.

Xxx

Well.

Saat ini, dengan kesadaran penuh menyadari bahwa gue belum menjalankan kehidupan yang gue pengen-pengen banget, gue juga nggak mau menekan diri gue dengan bilang ke diri gue sendiri, “Yaudah nulis aja sih pulang kantor.” Atau “Ya kalo mau bisa ngedrum les ajalah.” Atau “Mau bisa ngedance? Yaudah kurusin badan dan jadilah pede then take a class.”.

I will live my life fully, yang jelas, gue pengen punya postingan ini agar bisa gue baca sewaktu-waktu, bahwa gue menginginkan ini and who knows… who knows… di tahun berikutnya gue bisa mencontreng salah satu di antaranya (selain be a professional ya tentunya, I am on my way there, though).

I am 24 years old, and I can still do what the hell I want.

For you who are out there like me, take a step back for a moment and really, find what you really wanted in the first place. Remind yourself, and let the universe do the rest.

Salam Roti!

P.s. Medi, if you read this. I can assure you, if I am able to check all the points above, I will be a better version of myself, and believe me, you will like it better.


4 komentar:

Anonim mengatakan...

hola! this is the same anon! slalu nungguin tulisan lu, hampir tiap hari ngecek kalo ada waktu ^^ nulis terus mar!

lama2 gua kek stalker anjir~

callmemary mengatakan...

hi anon di atas, aku juga stalkernya ka marisa :3

Marisa Roti mengatakan...

Wow thanks!
Yes I will. Gue juga kangen tulisan gue hiks.

Marisa Roti mengatakan...

Hft