I think I have to, must, write my opinion about this book
here. Ada dua alasan, karena satu it left an uneasy feeling inside me after I’ve
done. Dua, sebenernya karena alasan pertama aja, sih, tapi mungkin disebabkan
karena open ending di halaman terakhir. Bukan titik, bukan akhir kisah. Semacam
rasa gusar tapi bikin lo senyum lalu menutup cerita dengan rasa tidak ikhlas
karena kisah karakternya harus berakhir. Anyway, gue menghabiskan buku ini
dengan lantunan lagu dari playlist Billie Holiday, baru sadar that she’s an
awesome singer. Baru sadar juga gue ada playlistnya bersandingan sama Frank
Sinatra. (My favourite, Solitude and Just The Way You Look Tonight).
First, it’s not a thriller at all. Fantasy, maybe.
Adventure, maybe. But not thrilling for me. Bercerita tentang Jacob Portman,
seorang remaja berusia 16 tahun yang sering mendengarkan kisah-kisah petualangan
aneh dan ajaib kakeknya Abraham Portman, melawan monster bertentakel dan super
jahat, juga tempat menyenangkan dengan anak-anak aneh di dalamnya, “Peculiar
Children”. Jacob kecil yang masih lugu dan belum paham logika percaya dan
selalu ngebayangin that someday he would be like his grandfather, berada dalam
dunia itu.
Sampe ketika Jacob mulai beranjak dewasa dan mempertanyakan
cerita-cerita kakeknya yang nggak terasa realistis lagi. Konflik pertama dari
buku ini dimulai ketika Jacob harus membuka rahasia-rahasia yang disimpan oleh
kakeknya seumur hidupnya. Juga tentang monster bertentakel dan dunia para
anak-anak aneh itu.
What I like about this book dan juga menurut gue memang
salah satu hal yang spesial adalah foto-foto hitam putih yang menggambarkan
kondisi masing-masing peculiar children dan keanehan mereka. At first, gue
pikir foto ini memang sengaja dibuat untuk kebutuhan tulisan si Ransom Riggs
sendiri. (Mengejutkan karena di halaman akhir ternyata memang itu hasil
fotografi dari beberapa fotografer ternama. Dan foto-foto itu diambil secara
impulsif. Atau gue nangkepnya sih gitu). Sebetulnya itu yang bikin gue ngerasa
gusar sih. Because I relate with the characters too deeply.
Another plus for this book. Ransom Riggs menggambarkan
masing-masing karakter dari anak-anak aneh itu secara mendetil, somehow gue
relate dengan masing-masing karakter, dengan kondisi mereka pada saat itu.
Bahkan gue mungkin lebih relate pada Echon atau Bronwyn dibanding Jacob. They’re
adorable children who have lived longer than me. J
Gue suka jalan ceritanya, though I really hope di buku ini
akan terjadi perang besar-besaran antara protagonis dan antagonis, ternyata gue
ditinggal dengan open ending. (Ternyata memang ada buku selanjutnya). Hate
this.
Though I can guess the twist Ransom Riggs’ trying to suprise
the readers with, it still is a good twist. Yang dibuka pada pertengahan cerita
tentang siapa karakter antagonis selama ini. Ransom menaruh clue yang cukup
banyak di awal cerita. I can do nothing but be suspicious. Meskipun ada
beberapa penulis yang bilang, “Don’t try to guess. Just read and enjoy the
journey.”. Kalo di kehidupan nyata aja gue suka nebak-nebak...
Gue suka perkembangan karakter Jacob, meskipun menurut gue
dia cukup (terlalu) dewasa untuk pemikiran anak berumur 16 tahun. How he
critizised his own father? His life, and the circumstance around him? Gue waktu
seumur dia kaga gitu-gitu ama tuanya. Tapi itu salah satu hal yang bikin gue
ngerasa klik sama buku ini sih. Sudut pandang Jacob.
Too heroic also. Gue emang nggak suka hal-hal picisan
(hal-hal heroik termasuk picisan dalam definisi gue. Bodo amat). That, in
anyway, Jacob should be the hero. Karena dia protagonis utamanya, meskipun in
the end, Ransom Riggs nggak pernah melupakan karakter-karakter lain dan nggak
too Jacob-oriented (balik ke poin plus untuk Riggs).
But... there is one thing I really love about this book. The
romance.
I LOVE EMMA BLOOM SO DEARLY I THINK I WANNA SEE HER IN REAL
BEFORE I DIE.
Emma adalah karakter cewek powerful dan rapuh tipikal yang
bisa lo temukan di banyak cerita. Her element is fire. She can produce fire
with her hands (spoiler dikit), though bukan itu yang bikin gue suka sama dia.
Well, itu yang bikin gue suka sama dia sih...
Anyway, kisah cinta yang terjadi antara Emma dan Jacob is a
little bit complicated, because Emma is Abraham’s ex? Kalo gue jadi Jacob sih
(dengan deskripsi bahwa) cewek secantik Emma, mau jadi rebound boy atau bukan,
sikat kali ya.
Oh dan romance di buku ini nggak picisan, nggak najis, kaya
novel-novel teenager yang lagi dibikin film dan nampang di bioskop
sekarang-sekarang ini. Gue jijik banget liat yang kaya gituan. Adegan ciuman di
buku ini juga Cuma dua, it’s a good thing, right? Karena Riggs lebih terfokus
pada jalan cerita dan konflik utama, jadi gue ngerasa romance ini bukan masalah
utamanya. Semoga di buku selanjutnya Riggs nggak jadi lebay dan melankolis. Please.
I count on you.
The point is, gue kebayang-bayang terus. As if gue pengen
tau kelanjutan kondisi mereka, will they survive, and the photographs really
interest me.
So that’s all for the review.
Oh katanya sebentar lagi mau difilimin sama Tim Burton. Gue
seneng waktu tau film ini akan difilmkan sama Tim Burton, dan gue suka sama
film-film dia. Tapi... gue nggak tau apakah konsep dark, gloomy, dan desperate
that’s so identic with his movies akan cocok untuk cerita ini. But I hope they
know better than me. (I hope Johnny Depp would be in it too. As Franklin, or...
Dr. Golan maybe? Please, Johnny Depp be in it).
P.s. I’m reading The Alchemist by Paulo Coehlo right now.
Mungkin akan berlanjut ke Hollow City setelahnya (sekuel buku yang lagi gue review
ini). Gue butuh istirahat dari segala kegusaran ini dulu.
Salam Roti!
2 komentar:
Menurut gue ya, marimar.. Sebenarnya alur ceritanya ini ud bagus. Cuma ntah kenapa di filmnya terasa canggung, awkward dan ga alami. Actingnya kurang alami, dan bagaimana anak cowok ini bereaksi jika apa yang dikatakan kakeknya ternyata benar, itu aneh banget. Tapi ini film yang uaaapiiikk banget! Gue suka Miss Peregrine :3
Eeh, udah baca bukunya belom? Coba deh baca bukunya sambil denger lagu jadul. Beuuh superb!!
Btw, di filmnya itu ada bbrp yg berubah. For example kekuatan emma seharusnya api. Havent watched the movie btw.
Posting Komentar