Kalau elo penikmat film. (meskipun gue bukan), dan adalah
satu diantara sekian penikmat film yang suka jijik-jijikin film Indonesia, atau
kalau elo bahkan bukan penikmat film dan gak ngerti film tapi juga suka jijikin
film Indonesia...
Kita sama.
Gue juga gitu. Minimal kalo lo nawarin gue film payudara
cewek yang bergelayut manja dan berguncang ketika adegan pengejaran pocong,
iya, gue juga jijik. Tapi toh, gue rasa masa-masa film mandi keramas, dan paha
putih susu sudah lewat, dan kalo gue perhatiin lagi, film-film bioskop
Indonesia yang diputar sudah mulai layak di tonton dengan harga tiket 30 ribu
(atau 25 ribu hari biasa di TA).
Anyway, entah sejak kapan, gue jauh lebih nyaman ketika nonton
dibanding baca buku (sangat tidak disarankan), mungkin sejak gue punya laptop
sendiri dan tau kalo ternyata dengan numpang wi-fi di Dunkin gue bisa dapet
film gratis dan gak harus mengeluarkan 6 ribu buat bayar DVD bajakan yang suka
macet di tengah jalan.
Barusan, iseng-iseng gue search di Youtube dengan kata
kunci “Short Movie Thriller Indonesia.” Dan
kemudian muncullah beberapa film yang sangat gue rekomendasi dengan durasi
10-20 menit, but really worth it. Gue selalu berpikir, film pendek adalah
cerpen yang diaplikasikan secara visual dengan teori yang gak jauh beda.
Ini beberapa video yang gue rekomen:
Missing – A Foodie
Thriller (by Robin Moran and Crew)
Gue sangat rekomen yang ini, intinya thriller. Lo harus
nonton untuk tau twist yang disajikan. Gampang ketebak buat gue, tapi dari segi
pengambilan gambar, dan kualitas video gue suka banget. Nuansa yang berusaha
dikasih sama si pembuat film unik, gak buat lo tegang jedar-jeder, tapi emang
cantik banget eksekusinya. Satu lagi, pendeskripsian makanan secara visual di
film ini yang gue rasa salah satu segi yang berusaha di tonjolkan, asli
menggoda banget, meningat jalan ceritanya... hmn. (namanya, A Foodie Thriller
anyway). Seharusnya, baca judulnya pun, lo pasti udah kebayang ceritanya bakal
tentang apa. Mihihihihhi.
Dulu Banci (by Gading
Martin)
Cuma dua kata buat film ini.
Poppy. Sovia.
ANJIR MAMEN CAKEP BANGET. Rasanya pengen gue kecilin trus
gue masukin botol, biar bisa gue pandangin tiap hari. Dengan baju polisi, naik
motor garang, dan rambut pendeknya itu. AHIIIYY. Minimal, kehadiran Poppy Sovia
(seperti kesegaran di padang gurun) itu bisa menutupi alur cerita yang terlalu
dicepet-cepetin (tiga pelanggan yang lewat secara berurutan dan langsung ngasih
duit? Jadi karir lo sebagai banci segampang itu?), lalu disusul dengan kamtib
yang tiba-tiba nyampe. Gue rasa film pendek ini bisa jadi lebih menarik dengan
perspektif dan adegan yang lain (dan gak dipaksa cepet).
Juga adegan romantis Poppy dan si banci di tengah-tengah
film yang bikin gue bergidik geli, itu sangat mengganggu anyway. Mengganggu dan
gak menjelaskan cerita dari segi manapun, jadi gue masih gak ngerti kenapa dia
jadi banci dan sebagainya. Jadi ya itu. Poppy Sovia penyelamat segalanya <3 p="">
Rahasia (by Ninndi
Raras)
Ini bener-bener kedua favorit gue setelah “Grave Torture”nya
Joko Anwar, oh iya sebetulnya dua film di atas, (selain Missing) itu finalis
event bikin short movie yang diadain LA Lights waktu itu. Worth to watch, coba
lo cek aja di youtube video-video lainnya. Ternyata orang Indonesia banyak yang
jago bikin film (KEMANE AJE LO, CIIIMM?)
Betewe, Rahasia ini mirip banget sama cerpen yang pernah gue
baca. Mungkin diangkat dari cerpen, atau emang kebetulan mirip. Lo bisa nonton
untuk tau isi ceritanya, tapi adegan-adegan simbolis (semoga gak salah
istilah), seperti waktu si cewek ngegambar pake spidol merah di jendela, atau
sebelum dia melakukan hubungan seksual sama cowoknya, gue suka. Gue emang suka
tipikal film yang pake attractiveness kayak gitu (udahlah, gue pake istilah
jurusan gue aja). Film pendek yang light, Cuma mengandalkan percakapan dua
orang di dalem kereta membagi rahasia, bukan thriller (padahal gue Cuma suka
thriller), tapi ini gue bener suka deh. Kece. Endingnya ketebak, twistnya gak
berasa buat gue, dan ga mengejutkan juga. Tapi gue rekomendasiin film pendek
ini.
Grave Torture (by
Joko Anwar)
Nah, ini kenapa gue taruh di urutan paling akhir, karena gue
mau cerita banyak tentang film ini. Jadi ini film yang dibuat Joko Anwar untuk
di ikut sertakan dalam event bertema “Silent Terror” yang diadakan oleh The
YOMYOMF Network (betewe, gue gak bisa jelasin banyak, gue sendiri juga lagi
cari tau YOMYOMF itu apa sebenarnya), intinya adalah event ini mengajak 4
sutradara ternama dari 4 negara Asia yang berbeda, untuk mengangkat cerita
legenda setempat di negara masing-masing.
Seperti judulnya, film ini bercerita tentang siksa kubur,
mitos yang dipercayain sama penduduk Indonesia kalo mayat setelah masuk kubur
mengalami penyiksaan dari neraka dan sebagainya, (tapi gak alay, dan nyeremin
najis buat gue). Ide ceritanya juga menarik (gue gak akan spoiler sama sekali,
karena ini film pendek yang Cuma 10 menitan, mending lo nonton sendiri).
Oh, dan yang menarik sesuai temanya. Silent Terror, film
yang ikut dalam event ini Cuma menyajikan musik dan visual tanpa ada percakapan
tokoh sama sekali. Jadi film Cuma boleh bercerita dengan gestur dan petunjuk-petunjuk
yang di sebar. Yang gue suka dari Joko Anwar di sini, dia nyebar petunjuknya
gak ngebingungin. Simpel, tapi gue bisa ngerti nih cerita sebetulnya apa. Beda
sama beberapa short movie yang udah gue bahas di atas. Dan gue yakin gue ga
ngerti bukan karena gue bego. (yakin banget lu, mar? Eh enggak juga, sih.
HAHAHAHA).
Menariknya adalah, gue menonton juga 4 film lain yang dibuat
dari Jepang, Korea, dan satu negara lagi gue lupa apa. Tapi film yang dibuat
Joko Anwar dapet view terbanyak. Mungkin lo bakal bilang, kualitas gak terjamin
dari viewnya, but trust me. Untuk kasus ini, menurut gue sangat menjamin. Juga
Grave Torture ini paling banyak di like, dibanding yang dislike. Beda dengan
ketiga film lainnya (atau dua lebih spesifik), yang menurut gue sangat aneh.
Mungkin itu kali, ye. Disebutnya kan “4 sutradara ternama”,
makin ternama konsep pembuatan filmnya makin aneh. Sebagai seorang yang bukan
penikmat film, dan sama sekali gak ngerti soal teori dalam pembuatan film, gue Cuma
bisa bilang, 3 (atau 2 lebih spesifik) film lain, gak bisa dibandingin sama
Joko Anwar dari segi cerita, dan ngebangun suasana thriller juga ngegambarin
adegan sadis menjijikan yang gak berlebihan.
Waktu nonton yang dari Jepang berjudul “Bad Butt”, gue Cuma bisa
nyengir, dan bilang.. “Ya ampun om Joko, sutradara Jepang itu makan apa, sih? Kasih
makan tahu tempe deh biar kayak elo.”
Iya. Saking jelek dan anehnya.
Gue beralih ke Korea (kalo ga salah), ini mendingan, tapi
aneh juga. Seolah si sutradara Cuma mau menonjolkan adegan darah-darah
menjijikan dan sadisnya doank. Euwh, jijiknya dapet sih. Gue tetap acungin
jempol untuk ide dan storyline punya Om Joko.
Lo boleh bilang gue narsis karena gue penduduk Indonesia dan
sebagainya, deh. Tapi kalo lo kembali pada paragraf atas, gue bukan penikmat
film, dan gue suka jijik-jijikin film Indonesia, tapi setelah ngeliat bukti-bukti
kemampuan sutradara Indonesia (gak kalah sama sutradara luar menurut gue), gue Cuma
mau bilang.
Hidup film Indonesia!
Salam Roti.
p.s. Betewe, short movie Reza Rahardian (iya si ganteng
ituuu!) yang berjudul “Sebelah” juga wajib lo tonton. Itu gak kalah kece, Cuma gue
udah kelewat males buat ngulas lagi di sini. Ngahahaha
P.s.s Maaf juga ya, kalo ada salah penggunaan istilah perfilman,
macam menyebutkan siapa sutradara dan sebagainya. Maklum... :D
3>
3 komentar:
Yang RAHASIA mirip Farida Susanti punya, ya? Endingnya juga mirip. Kebetulan, kah?
Anyway, film Indonesia yang di youtube yang pernah gue tonton cuma Gay_Tidak doang. Tapi film Indonesia emang ada yang bagus juga, cuma yang nggak terlalu bagusnya lebih terkenal, jadi ketutupan deh. Sekarang udah lumayan, sih..
AAAH, IYA FAN! gue baru inget baca itu di novelnya Farida Susanti. Duh, kumcer dia lebih bagus daripada novel terbarunya (menurut kabar burung)
oh, dia lagi bikin novel lagi?
ayo ketemuan. kita belom nge-date valentine.. =(
Posting Komentar