Kamis, 12 Desember 2013

Membaca, Resep Untuk Adonan Tulisan Lo..

Membaca itu semacam latihan intens buat seorang baker, membaca seharian penuh, sama kayak elo banting-banting adonan seharian penuh untuk semakin fasih dalam membuat roti. Teliti dalam bacaan, sama kayak elo memelajari resep dan fungsi-fungsi dari setiap komponen roti. Dan gue serius.

Bokap gue menghasilkan roti yang layak dijual, resep tawar yang unik, dan kelakuan luar biasa (dulu), bukan Cuma modal ongkang kaki sama ngisep rokok. Resep itu seharga dengan sebulan tanpa tidur yang cukup, pemerasan otak gila-gilaan, dan uang yang habis karena beberapa adonan rusak dan gagal.

Gak ada yang gratis untuk sebuah pencapaian.

Buat seorang penulis. Dan setelah gue kenal beberapa penulis dari mengikuti lomba Gramedia Writing Project... Eh.....

BELOM PADA TAU, YA??? *seolah-olah gue penting* gue belom share ke blog roti (yang mana mengherankan buat diri gue sendiri, kok tumben-tumbennya gue gak pamer kemana-mana) HAHAHAHAHAA.

Anyway, iya, jadi kemarin itu gue iseng-iseng ngirim naskah SIN adegan satu yang (dimata) gue keren (pada saat itu), dan setelah baca naskah-naskah dari temen lainnya, gue tiba-tiba tertampar, itu naskah paling ampas yang pernah masuk ke Gramedia Writing Project, gue rasa.



Setelah tau gue lolos seleksi satu, gue harus mengikuti karantina yang mana diadakan di hotel Amaris, Grogol, dan gue nginep selama dua hari di sana. (duh, deket banget sama kampus gue). Singkat cerita, setelah lolos seleksi satu, gue lolos seleksi terakhir bersama delapan orang lainnya. Jadi, selama ini sebetulnya gue sedang mengerjakan projek buku Horror/Thriller yang berjudul “Badut Oyen” dan bisa lo baca di sini www.gramediawritingproject.com bersama dua orang temen gue, Dwi Ratih Ramadhany (yang cerpennya “Pemilin Kematian” baru masuk Kompas minggu kemarin), juga Rizky Novianti (dengan naskah Man On The Roof yang mana menurut gue keren). Jadi cerita ini dikerjakan bertiga, dan sebagai satu tim.

Di sini gue kenal dengan 16 orang lainnya dengan kemampuan masing-masing dalam menulis. Mereka semua rata-rata fasih, dan pandai mengolah cerita. Dan jujur aja, mereka semua punya satu kesamaan. Suka baca. Jadi gue punya teori baru begini...

Banyaknya buku yang lo baca, berbanding lurus dengan tulisan yang lo hasilkan.

Semakin banyak lo baca, semakin banyak ilmu yang lo dapat.

Membaca adalah investasi penting selain waktu dan imajinasi untuk lo luangkan dalam sebuah tulisan. Pinung contohnya (panggilan sayang untuk Ratih *yang cerpenya masuk Kompas minggu kemarin* *diulang lagi*), pertama ketemu Pinung, gue heran sama judul-judul yang dia sebutin. Gue sama sekali gak tau itu produk dari mana, dan satu kesimpulan yang gue tau tentang dia, adalah dia suka baca.


Ternyata kemudian itu tercermin dari tulisan-tulisannya selama kita bekerja sebagai tim. Gue ngerasa kebanting, tapi gue tau, gue harus bisa belajar banyak dari kesempatan besar ini. Sekian tentang Pinung. Atau temen cowok manis Tri Saputra Sakti (www.trissakti.wordpress.com) dan suka gue panggil Utha..

Atau Afgan karena suaranya.... bisa lo buka di sini https://soundcloud.com/trissakti

 Yang hobi banget sama baca, dia sekitar dua tahun di atas gue, dan cerpen terakhir berjudul “Ankara di Bawah Purnama”, bener-bener bikin tercengang. (eh tapi lo belom bisa baca, karena cerpen itu mungkin akan muncul di projek kedua gue dan teman-teman dari Gramedia, buku kumpulan cerpen, yang merupakan kompilasi dari cerpen-cerpen kita).

Gue jadi inget, momen ketika karantina dan di panggil masuk untuk di wawancarai. Disitu gue berhadapan dengan Ci Hetih (yang merupakan satu editor senior Gramedia, dan gue yakin banyak diantara lo kenal dia. Because she’s kinda famous, though. Bahkan Utha sempat menyebut-nyebut “Mengagumi Ci Hetih dari jauh, dan sekarang tulisannya diedit sama orangnya langsung”), Kak Nina. A, dan Kak Asty Aemilia (yang adalah editor gue selama projek, yang gue tau dia gemes banget sama gue, dan dia juga pengarang buku “Katarsis”).

“Kamu suka baca buku apa?”

Rasanya pengen gue jawab... “Buku apa aja yang saya pinjem, ci........”

TAPI GUE GAK MUNGKIN JAWAB ITU. Karena itu gak keren.

Akhirnya gue menyebut beberapa buku yang menurut gue sangat minim dan pernah gue baca.

Disini gak Cuma Utha atau Pinung, ada juga teman-teman lain yang menurut gue sangat berbakat, seperti Kak Ayu Rianna (www.ayurianna.com), yang bukunya “There’s Something Between Us” sudah bisa lo koleksi dari toko buku terdekat, Orinthia Lee (dengan I’mpossible, dan Why Always Me), Cindy Pricillia (yang mirip Shireen Sungkar, dan bukunya Rain In Paris), Kak Lidya, dengan cerpen menghentaknya, Kak Vitri, temen sekamar sekaligus selalu bikin kangen. Dia kepala redaksi di majalah kampusnya, dan cerpennya.. ah. Luar biasa. Putra Zaman, yang merupakan salah satu penulis dalam Antologi Cerpen Kota, dan jago baca puisi, atau Ci Emilya Kusnaidi si anak dokter yang ternyata sekampus sama gue dan ganas banget tulisan metropopnya.

Kenapa gue jadi promosi......

Pokoknya orang-orang yang lolos adalah mereka yang berbakat, mungkin gak Cuma di bidang menulis, dan pengetahuan mereka tentang buku, sangat luas.

Disini gue sadar, gue harus lapar.

Bukan Cuma lapar sama semur jengkol, soto daging, bandeng presto, atau sop kambing buatan nyokap gue. Tapi gue harus lapar sama buku, sama baca. Menulis butuh usaha, butuh waktu, dan butuh investasi. Gak sesimpel.. “Udah, kalo tulisan lo bagus, pake metafora-metafora dikit, lo udah keren, coy..” enggak gitu. Banyak komponen dalam menulis yang wajib di pelajari.

Dan lo bisa belajar dari mereka yang sudah punya sepak terjang dalam dunia tersebut, ya itu dari buku-bukunya. Lo dapet wawasan, lo dapet pandangn tentang tulisan bagus, lo dapet teknik-teknik menulis yang baik.

Gue merasa bersyukur dapet kesempatan semewah ini. Dan kata-katanya kita-kita bakal mau ngadain acara-acara ketemuan gaul untuk ngomongin buku. Dan katanya bulan ini, tema kita “Erotika”, entah tercetus darimana. Ya jelas dari Utha sih, secara dia penyuka bacaan dan nulis yang binal-binal.. yang ada ranjang berderit, mendesah, dan mengerangnya. *UHUK*

Btw, ditunggu ya buku “Badut Oyen” yang keluar sekitar awal-awal tahun depan, juga kumpulan cerpen kita. Juga Teater Boneka (dari tim Metropop, Ayu Rianna, Orinthia Lee, Emilya Kusnaidi), dan Hujan Daun Daun (dari tim teenlit, Putra Zaman, Lidya Renny, Tri Saputra Sakti).


Salam Roti!

7 komentar:

Anonim mengatakan...

Yey! Bangga banget sama marisa! Inget ya kalo buku lo udah keluar (inget: buku lo doang, bukan team lagi) thanks to nya paling pertama harus gue! Hahahahahaha.
ps: pasti lo tau kan siapa gue

Marisa Roti mengatakan...

anonim: dimana gue harus melupakan Tuhan dan seluruh keluarga gue terus cuma inget elo? oh iya, gue tau lo siapa.......

Anonim mengatakan...

this is rainy!

terimakasih udah ngasih inspirasi di pagi hari.
fighting marisa!!!

Unknown mengatakan...

uwaaa keren banget O_O jadi iriiii!!! mau jugaaa :D

Lidya Renny Ch. mengatakan...

Wow kerennnn... tulisan menghentak? Who? Me? Bikin Marintul terhentak2? Wahaha...

Anonim mengatakan...

Keren banget! Dulu sempat tertarik pengen ikut Gramedia Writing Project, tapi berhubung jarakku jauh di Ambon, jadi batal ikut. Tapi senang banget editor naskah debutku dipegang Mbak Hetih Rusli yang kece itu, hihih... :) ditunggu ya, novel solomu Marisa!

Marisa Roti mengatakan...

Rainy: Raiiinn! apa kabaaar?? lama tak bersuaa!

Monica: Biasa aje! lo badge dua ikut, gih. hahahahaha.

Kak ren: iyalah! bikin merinding gitu!!

Ano: Eh..... aku jadi penasaran bukunya apa.. kasih info doonkkk. Biasa anak2 (anak?) ci Hetih hasilnya keren2.