Minggu, 29 Desember 2013

Kopi, Minuman Macho

Gue gak bisa ngikutin jaman, kalo kegiatan jaman sekarang adalah nongkrong berjam-jam di kafe sambil ngopi, atau bersosialisasi dengan secangkir kopi supaya lo terlihat keren atau dewasa, maka malam ini, fiks, gue putuskan, gue gak bisa ngikutin jaman.


Gue inget banget waktu masa transisi gue dari alay menuju less-alay, gue punya seorang temen yang suka gue panggil kopi, dan pada momen itu gue semacam suka minum kopi. Yang mana gue rasa hanya salah satu usaha (dan bentuk ke-alay-an) gue agar bisa terlihat keren dan “gede” (bukan dalam ukuran, sekali lagi), dengan meminum kopi.

Akhir-akhir ini gue baru sadar, (betewe, lo boleh menyumpahi persepsi gue tentang betapa kerennya kalo elo merupakan seorang pecinta kopi. But i do think so, jadi kalo lo yang baca ini dan merupakan pecinta kopi, berbahagialah gue menganggap lo keren) kalo selama SMA, usaha gue meminum kopi bukan dengan alasan yang memang suka sama kopi. Itu karena betapa terpaksanya gue harus minum kopi tiap pagi.

Bahkan dengan minum kopi aja, dari 7 mata pelajaran di sekolah, gue suka ketiduran dari errr... 5 diantaranya. Mungkin efek kopi Cuma bertahan di dua mata pelajaran pertama dan sisanya gue akan tidur tanpa dosa, sepulas yang gue mampu. Ketika gue ga minum kopi, gue bisa tidur selama perjalanan ke sekolah. *inilah salah satu contoh siswi yang sangat tidak termotivasi berangkat menimba ilmu*. Anyway, jangan tanya gue juga kenapa nilai UAN gue bisa gemilang semacam itu. Mungkin ini kepintaran yang memang ga bisa dipungkiri.

Jadi gue membuat kegiatan minum kopi sesingkat dan seefisien mungkin, semata karena gue merasa butuh dan tidak ada hasrat untuk menikmati. Seperti, kopi itu harus dingin (supaya gak perlu niup-niup), manis (supaya asem dan paitnya ilang), dan pake susu (supaya gue gak harus nyium aroma gosong kopi yang sangat aneh itu), terlepas dari itu mungkin Cuma merupakan sugesti bahwa minum kopi bikin gue gak ngantuk, intinya gue merasa butuh.

Beberapa waktu belakangan gue suka nongkrong di dunkin, biasanya gue selalu mesen minuman dingin (yang paling murah harganya, dan lo boleh illfeel sama pelitnya gue), biar bisa wi-fian, kemudian gue mulai ngelirik menu kopi seduh, dan gue nyoba mesen kopi itu. Ternyata kopi itu jauh lebih ampuh daripada minuman dingin yang biasa gue pesen. Karena untuk ngabisin secangkir kopi pait tanpa gula itu (supaya lebih macho), gue butuh sekitar 5 jam, dan itu bukan karena gue lama-lamain biar bisa wi-fian sepuasnya, tapi beneran karena gue gak sanggup nenggak langsung. (lo harus tau gimana rasanya jadi gue yang harus mengernyit setiap satu sesapan.

Satu sesapan setiap satu jam.

Tadi malem (karena gue post ini subuh), setelah obrolan singkat sotoy gue sama seorang temen yang merupakan pecinta kopi (terlihat dari kerjaannya yang nongkrongin semua kafe di kotanya), gue jadi celamitan. Entah darimana, dan entah punya siapa gue nemu sebungkus kopi panggang di dalem lemari. (namanya  roasted coffee, kopi panggang kan ya?) gue pikir, untuk terakhir kali, gue mau ngetes prinsip “suka karena terbiasa”, dan nyoba seduh kopi itu. Melewati lima menit pertama dengan tersiksa, karena sekali lagi... gue memang gak doyan.

Akhirnya gue nyampurin susu ponakan gue yang rasa madu, dan voila, ini rasa yang gue cari. Rasa kopi banci. Kemudian gue bisa menghabiskan kopi itu tanpa mengernyit dan menikmati mules-mules kemudiannya. (selalu mules setiap abis minum kopi), jadi malam tadi, gue memutuskan, gue gak akan memaksakan diri gue untuk suka sama kopi lagi. Gue akan stick sama minuman favorit gue. Ngeteh. Udah.

Gue butuh yang bikin rileks, bukan yang bikin deg-degan kayak kopi. Yang smooth, gak strong dan macho kayak gitu. (entah kenapa proses belajar gue selalu berhasil setiap didampingin teh dan lagu-lagu band indie favorit gue), jadi okelah. “Witing tresno jalaran soko kulino” itu Cuma semacam... kalimat yang tidak mungkin bisa gue aplikasikan.

Pada kopi minimal.

Hikmah postingan kali ini adalah..

Be youself, keep calm and gawl.

Sekian


Salam roti!

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Gw juga gak bisa minum kopi karena sensitif sama kafein,bahkan minum kopi banci yang kaya lu bilang bisa buat gw melek seharian plus diare karena alergi susu hahahaha

DAZE mengatakan...

"Melewati lima menit pertama dengan tersiksa" <---- ngakak.

Gw juga dari dulu gak doyan banget sama kopi ga tau kenapa-_- baunya aneh dan gak enakin.

Anonim mengatakan...

berarti ak keren donk.hhh~
ak malah kebalikan.suka sakit perut klo minum teh.

~tgb~

putuindarmeilita.blogspot.com mengatakan...

Pernah dulu, waktu masih muda dan ababil--gak muda2 banget sih, dan baru kenal starbucks, plus kaga tahu apa yang mesti dipesen, terpaksa pilih kopi, tanpa nyadar kalau di Starbucks nggak cuma jual kopi doang (saking gengsinya malu nanya--dan diare belakangan). Alhasil baru sekali sesap, perut udah gerodogan. Kencan pun berantakan gara2 mesti kabur cari toilet, plus harus diare berkepanjangan 1 harian besoknya. Oh God. Benar2 momen berkesan yang seharusnya tak perlu diingat.