Senin, 20 Agustus 2012

Give My Best..


Gue butuh untuk nge-random malem ini.

Kerandoman gue kali ini, sebetulnya bikin gue kembali ke jaman-jaman smp dulu. Dulu, dulluuuuu banget, gue punya satu soulmate, cowok, yang rambutnya selalu terlihat 70an, dengan segala keritingan berantakan itu. namanya Herry, si Herry ini seorang pengamat yang baik, dan gue inget banget. dulu. Satu kali, dia pernah pinjem peer mat sama gue. Dan dia komentar gini.


“Gue tau deh, pasti nomor sepuluh belom lo kerjain, Mar,”

Gue diem.

Kok dia tau?

“Kok tau, Her?”

“Soalnya selalu gitu.”

“Maksudnya?”

“Lo gak pernah nyelesaiin peer lo..”

Dulu, gue menganggap itu sebagai satu ledekan yang lucu. Seperti satu cirri khas gue. Gue yang selalu bolong di akhir-akhir, gue yang gak pernah nyelesaiin garis peer akuntansi gue, gue yang selalu stop di nomor Sembilan. Kenapa gue gak ngerjain nomor sepuluh? Endingnya? Bukan soal yang sulit menurut gue. Gampang aja kok. Masalahnya itu adalah gue. Gue gak pernah mau menyelesaikan segala sesuatunya.

Ketika gue beranjak SMA, dan sekarang udah siap jadi mahasiswi. Gue baru sadar. Itu bukan becandaan yang lucu ketika dulu si Herry selalu ngeledekin gue sebagai “Cewek yang gak pernah kelarin peer nomor sepuluh”. Gue selalu menyepelehkan setiap akhir. Karena ketika gue selesai di nomor Sembilan, gue tau gue udah menyelesaikan sebagian besar soal, dan guru mat gak bakal marahin gue Cuma gara-gara gue gak nyelesaiins atu nomor itu.

buat gue, itu karena gue gak pernah give the best untuk hal-hal yang gue kerjain. Gak pernah tuntas. Seolah aka nada orang yang menghukum gue andaikan gue gak menuntaskan itu. sehingga gue hanya mengerjakan titik dimana gue merasa itu “cukup”.

Dan itu bukan mental sukses yang sangat baik. Gue tau. Itu mental pecundang.

Terakhir kali, gue inget seorang temen gue, yang sering gue ceritain sebagai cowok berandalan, ngeselin, dan gak pernah stop ngajak gue ngobrol di dalam kelas itu berubah. Bertransformasi, menjadi sosok yang gak pernah gue kenal sama sekali. Dalam pengerjaan video gue di waktu lalu. Video yang gak rame-rame sampe ini hari. Gue belajar banyak. Juju raja, gue ngerjain video ini Cuma sekedar have fun dan numpang eksis. Lumayan, karena team gue di dalam sana anak-anak eksis semua. *uhuk

Dia menjadi sangat. Perfeksionis. Sesuatu yang tersimpan di dalem diri dia, dan gak pernah gue liat seumur hidup gue. Ketika dia bilang berkali-kali.. “Ayo, tanggung. Kita kelarin semuanya hari ini..” karena gue manteng di tempat take video dari sore sampe malem, dan semua temen-temen udah ngeluh capek, dia satu-satunya orang yang ngomong.. “Kita harus kelarin semuanya..”

And I learned something from him.

Dia give the best. Dia ngasih yang terbaik untuk hal sekecil apapun. Seperti ketika dia mengepalai satu event di man ague dan temen-temens ekelas gue di koordinasi untuk pergi ke bandung. Dia akan jadi orang yang makan terakhir, main terakhir, dan bersenang-senang terakhir, mendahului kita semua yang notabene sangat merepotkan panitia. Lagi-lagi, gue melihat effort itu di dalam diri dia. dia all out.

Membuat gue kembali bercermin ke dalamd iri gue sendiri. Apa yang udah gue hasilin selama SMA? Selain ngerepotin keanggotaan osis dengan cengiran idiot gue sambil ngomong.. “Sorry ya gak ikut bantuin..” padahal… Itu seharusnya jadi kerjaan seksi gue. Dan gue duduk menikmati pelayanan panitia lain dimana seharusnya itu gue yang melayani temen-temen lain.

Sampe akhirnya, ketika beberapa bulan lalu. Gue membuat satu keputusan. Mungkin ini hal kecil buat orang lain, atau bahkan sama sekali gak berarti. Tapi buat gue, ini berarti banget. ketika akhirnya gue memutuskan untuk menyelesaikan apa yang udah gue mulai. Gue belajar banyak dari pengalaman SMA gue bareng temen-temen gue. Dan ini adalah salah satunya. Gue ngerasa iri sama temen gue itu. gue iri karena dia bisa jadi perfeksionis ketika dia mau, dia bisa jadi begitu ambisius ketika dibutuhkan, dan dia mengorbankan diri dia sendiri untuk itu. mengorbankan sangat banyak hal.

Gue jadi ngerasa tertantang. Ada banyak hal yang udah gue ucapin tapi belom gue wujudin. Salah banyaknya adalah hukum dan UI, dan gue merasa malu ketika gue flashback, baca postingan-postingan agresif gue di jaman dulu. Mudah mengucapkan dan gue bisa ngelupainnya gitu aja. sekarang gue belajar, untuk merealisasikan sekecil apapun hal yang udah gue ucapin.

Seperti, fanfic yang gue bikin beberapa waktu lalu. Gue udah bilang ini memang hal kecil, tapi satu langkah kecil untuk hal besar buat gue. Ketika gue tau, gue mampu membuat sesuatu. Dan muncullah mimpi-mimpi lain yang nyusul. Karena ketika gue bener-bener ngelarin cerita gue, seperti ada satu euforia yang gak bisa gue deskripsiin secara spesifik selain rasa senang dan. Puas. Puas terutama. Gue ngerasa puas.

Dan juju raja, gue lagi stuck sekarang. Gue stuck harus ngerjain cerita yang kedua. Gue punya planning, dan gue bertekad untuk merealisasikan semua planning gue. Satu persatu langkah kecil yang akan bawa gue ke sesuatu yang lebih besar. Gue lagi dalam masa “pembenci”. Sisi negatif gue yang selalu keluar dalam waktu-waktu tertentu. Ketika gue kembali ke masa dulu, pada akhirnya gue belajar banyak. Pelajaran yang sempet gue lupain karena gue terlalu terhisap dalam situasi pembenci dimana gue harus buru-buru keluar dan menyelamatkan diri gue.

Seorang temen penulis, ehm. Mantan gebetan juga sih. Pernah membingungkan gue akan satu kalimat yang sampe hari ini masih gue bingung, karena si oknum sendiri bingung jelasinnya. Oke. gue mulai frustasi. Tapi ini sepertinya satu hal yang bagus. “Apa tujuan kamu bikin cerita?”

“Entah. Terkenal. Ceritanya disukain orang?”

“Itu bukan permulaan yang bagus untuk satu cerita.”

Dan Cuma sampe disitu penjelasannya. Yang pada intinya, gue memiliki visi yang salah dalam menulis. Hell. Siapa sih yang gak mau eksis? Punya banyak orang yang bilang.. “Cerita lo bagus loh, gue suka banget. gue bakal jadi pembaca setia lo deh..” lo akan jadi orang munafik ketika lo bilang, pembaca-pembaca itu gak memberikan efek apa-apa ke elo. Arogansi gue timbul, terutama rasa narsis gue. Dimana gue menulis bukan lagi buat diri gue sendiri, tapi lebih ke… pembaca-pembaca itu. gue jadi menunggu-nunggu pujian yang mungkin muncul setiap minggunya, dan bisa galau ketika pembaca gak terlihat welcome sama cerita gue.

Tepat detik ini. gue merasa. Itu hal ter-stupid yang pernah ada di muka bumi. Naïf, dan sangat polos. Gue ingin mereka suka sama gue, bukan Cuma tulisan gue. Yang mana itu gak akan mungkin. Atau mungkin, tapi gak sekarang, dimana gue masih seculun dan sepolos ini. gue masih butuh banyak tempaan untuk sampai ke tahap di mana orang-orang “Mencintai gue dan bukan hanya tulisan gue.” Lama. Panjaaaannnggg banget.. dan honestly, gue merasa gue akan butuh banyak belajar untuk itu. karena sekarang, gue nothing, yang lagi belajar berjalan menuju something.

Well, masalah-masalah seputar ke-freak-an komunitas nulis ini bikin gue tetep menyadari satu hal ini. menulis memang dunia gue. Dan ketika nyokap gue bilang gue gak bakat masak. *yang man ague akui seratus ribu persen* gue tau kalo itu memang bukan dunia gue. Gue akan sukses bukan dengan cara-cara klasik keluarga gue. Melenceng sedikit gapapa, yang penting tujuannya sama.

Okey. Too much blabbering. Ini postingan mulai gak koheren dari satu paragraph ke paragraph lain. Gue kudu berhenti. Sebelum curhatnya merambah kemana-mana.

Betewe, gue bingung, kenapa sekarang tulisan gue tanpa sadar makin panjang aja ye??????????

Thanks anyway buat siapapun yang berkunjung ke blog roti.

I miss that moment, ketika gue bisa menggosipkan siapapun sesuka gue tanpa harus diketahui keesokan harinya. Tapi toh, sekarang gue tahu, gue pengecut dulu. Bisanya curhat di blog. Bleh.

Oh iya, gue sekalian mo ngucapin selamat untuk kakak tercinta gue. Citra Rischa Maya yang akan segera menerbitkan bukunya. oke gue lebay, tapi gue seneng ngeliat gimana kak Citra berhasil melangkah ke jenjang yang lebih waw. dimana gue inget dulu dia masih nulis di kompasiana, dan menghasilkan cerita-cerita teenlit yang mana gue sukai sekali. seperti... secercah harapan kecil bahwa kelak, gue akan menjadi junior nyata dia di dalam dunia kepenulisan. Love you sista..

Anyway, gue mo tidur. Dan mempersiapkan tulisan gue lagi. okee.. ciao

Salam roti!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ayo kta berusaha untuk selalu berbuat yg terbaik,buat kta sendiri dan org lain.
semangat :D