Kamis, 22 Februari 2018

Resign

Selama ini gue mikir begini : my first job would be another place for me to learn, study, and a place for self improvement.

Jadi, when I landed my first job, I told myself many many times. This is worth it, this is what I always wanted. Karena kebetulan pekerjaan pertama gue ideal banget menurut gue. Gue bekerja di bidang dan perusahaan yang gue mau dan gue target dari gue lulus kuliah. It only took a few weeks after gue sidang before I got an offer to work there. I hadn't even have my graduation ceremony.  Kebetulan-kebetulan yang rasanya pas banget sama timingnya. Too good to be true.

The first few months, hell.

Gue bermasalah sama : disiplin, konsistensi, akurasi, hati-hati. (Semua berakhiran I. Gue benci huruf I!)

Gue dimarahin, dikatain, dibegoin (nggak selebay ini. Buat dramatisasi aja). Intinya, gue ngerasa sedih dan kecewa sama diri gue sendiri berkali-kali. "Resign" itu udah jadi pilihan yang muncul di kepala gue berkali-kali. Like, why work would be this hard? Is there anything wrong with me? Though, gue selalu merasa gue memiliki potensi dan otak yang oke selama ini. Kenapa nggak cukup? Kenapa gue selalu ceroboh. Kenapa kok gue bego banget ginian aja salah. Kenapa kok gue nggak bisa secepet si itu, sepinter si anu.

Intinya: worklife is hard, people.

Dunia kerja bukan tentang lo dandan cakep, pake baju modis, sepatu heels, jalan pertantang pertenteng bawa tas cantik, dapet gaji gede, pulang kerja dinner mewah, kerja bentar trus cicil rumah sama mobil biar bisa ala2 nongkrong di kafe bawa harta sendiri.

It is far from that.

Work is hard. Lo punya tanggung jawab, buat diri sendiri dan orang lain.

Gue bahkan nggak cerita tentang politik dan gosip kantor yang kata orang-orang super drama ala ala novel The Lunch Gossip. Ya, di kantor emang ada tendensi orang untuk gosip. Atau jilat-jilat atasan sedikit.

Above it all. Kerja adalah tentang mendedikasikan diri lo terhadap pekerjaan lo. Boro-boro gosip ama berpolitik et daaah, ngejar deadline aja gue empot-empotaaan! Instead of ngegosip ala novel, gue lebih banyak ngegosipin klien ama kerjaan pas makan siang!

Lo dituntut untuk bisa di bawah tekanan dan tetap cantik profesional.

Nah. Gue ngelantur.

Oh iya.

First few months was hell.

Jadi! Setiap kali gue udah mulai muram because bad day tend to happen in the office, gue selalu bilang sama Medi, "Gue mau resign aja, deh."

Dan selalu di saat itu juga gue mikir lagi. Kenapa?

Karena gue ngerasa dijatuhin secara mental? Karena gue ngerasa nggak fit in di kantor? Karena tuntutannya terlalu besar untuk wanita semungil gue? (ET DAH GA NGACA LU KINGKONG!).

Kenapa?

Kenapa kok dia survive, kenapa gue harus resign?

Pada satu titik, pas lagi kuat-kuatnya keinginan gue untuk resign gue mikir lagi. So what? Lalu gue resign dan pindah ke kantor lain lalu apa? Apa yang udah gue belajar dari sini? Banyakkah? Sudah berkembangkah gue? Sudah memenuhi standar dunia perkacungankah gue? (Profesional dan bisa di bawah tekanan).

Then I decided in that first few months. This is not the time. Ada alasan kenapa gue kelimpungan, kalau gue resign. Berarti gue kalah. Sama keadaan dan tantangan baru. So I survived and try harder. And harder.

Ada alasan kenapa gue bisa masuk ke perusahaan ini dengan timing dan kriteria yang pas banget sama kemauan gue. So I stayed. For the next one and a half year.

It's almost 2 years that I work in the same company after graduation. Orang punya kekurangan dan kelebihan, keadaan kadang baik dan buruk, klien kadang kooperatif kadang nyebelin, bos kadang considerate kadang demanding. Semua ada kadang baik, kadang buruk. Thats why ada bad day dan good day (ada torabika ada luwak white coffee. Apa seh jayus!).

1 year and 7 months. Kalo lo tanya sama orang-orang generasi ortu gue. Angka segitu bukan biji jagung lagi, itu mah baru upilnya cicak. Ga keliatan. Bentar banget. Tapi buat anak2 generasi milenial kayak gue, bisa bertahan di satu perusahaan dalam waktu selama itu, it is a very good thing. Something that I appreciate myself for.

Resign itu keputusan yang harus dipikirin matang, apa alasan dibalik keputusan itu. Bosnya nyebelinkah? Kerjaannya terlalu beratkah? Kenapa?

Personally, gue merasa satu-satunya alasan yang paling bagus untuk resign adalah bukan karena orang lain, tapi karena diri kita sendiri. Bukan karena bosnya nyebelin, atau karena temen sekantor tukang gosip.

Alasan karena lo ingin mengejar karir yang lebih baik. Lo ingin terjun ke bidang yang sesuai dengan target lo. Adalah alasan yang baik untuk resign. Karena itu untuk lo dan tentang lo. Bukan untuk orang lain dan karena orang lain.

Ketika pekerjaan itu masih menantang dan membuat lo berkembang, then it is still a good place to stay. Apalagi untuk kita kita yang masih umur segini.

Meskipun lagi tren banget kantor2 yang memfasilitasi anak2 milenial (baju nyantai, waktu fleksibel, bos muda dan asik), kerja tetep kerja. Ada tanggungjawab dan kesulitannya masing-masing. Sanggup atau enggak cuma kita yang nentuin.

Gue jadi kayak ngeguruin orang, ya? Nggak, sih. Gue lagi menggurui dan memotivasi diri sendiri sebenernya. HAHAHA.

Emang sih. Kadang hidup nggak seindah dan seideal yang gue tulis di atas. Kadang lo dapet bos psikopat, perusahaan yang pelitnya ampun, waktu lembur nggak manusiawi atau temen kantor yang tusuk2annya ngelebihin perang dunia kedua. Maybe that is normal in worklife. Kemungkinan kayak gitu bisa ada dimana aja.

In the end. We have to love what we do.

Satu temen kantor beda divisi pernah bilang gini, "Kita nggak bisa memilih bos kita. Kita cuma bisa milih pekerjaan kita. So as long as we love it, yaudah."

Jadi... Resign ga nih, Mar?

Hehe.

Salam Roti!

P.s. Adik kelas beda jurusan ada yang ngechat gue nanya, "Kak, gue mau kerja nih. Tapi kerja apa ya? Yang enak. Yang nggak usah ribet pusing gitu, kak."

Gue jawab : Kawin aja.

Lo kira hidup ini seindah drama korea. Yang kalo ada wanita karir yang disorot drama percintaannya aja. Kayak nggak kerja beneran. ET DAH!

6 komentar:

callmemary mengatakan...

i want to resign, i made mio reasons and ended with it's actually my choice. but, i don't feel i am defeated.

Anonim mengatakan...

halo rot! lama ga buka blog lu tau2 udah ada 2 update, seneng deh, wkwkwk...
kalo gua abis resign beberapa bulan lalu, dan akhirnya memutuskan buat fokus ke pasion gua, gua kembali ngangkat kamera, cari cara jual foto di zaman skr, dan hasilnya... belum ada, hahaha... cuman minimal skr gua ga merasa tertekan dengan "drama & politik" kantor yg parah bgt, banyak yg nanya, apa ga sayang ninggalin gaji 7 digit kek gitu, gua cuma jawab, ngak, dr pada gua nyesel seumur hidup, abisin waktu buat sesuatu yg gua ga suka, wkwkkww... dan gua suka bgt ma kata2 lu, kita resign jgn karena alasannya orang lain, brarti kita kalah fight, kalo mau resign, karena kita mau, dan krn kita punya tujuan jangka panjang yg lain ^o^

Your big fans,
Anon~

Hi, aku Utha! mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Tri Saputra Sakti mengatakan...

Kumpul dong, biar gua tahu lo resign atau gak. Wk. Uda lama ni ga ceritaw.

Unknown mengatakan...

Udeh resign aja....

Unknown mengatakan...

Akhirnya resign ga?