Waktu kecil dulu, gue sering banget dilempar remot atau
tutup pulpen, abis itu gue denger orang rumah teriakin nama gue sambil
marah-marah. Gue sering dikatain budeg. Apalagi sejak gue SMP gue punya hape
dan sering pake headset denger lagu, makin kuatlah asumsi orang-orang kalo gue
itu beneran budeg gara-gara suka dengerin headset.
Waktu SMA, akhirnya gue tahu alasannya. Gue bukan budeg,
kalo gue budeg, supposedly gue nggak bisa denger orang ngomong. Masalahnya satu
: Fokus gue nggak bisa kebagi. I can not multitask. Mostly gue nggak denger
orang manggil ketika gue melakukan aktivitas lain, ngomong sama orang lain,
baca, nonton tv, nulis atau denger musik (sambil berimajinasi).
I do things greatly when I don’t have to multitask. Seperti
kenapa nilai ulangan gue bagus waktu sekolah, atau gue suka matematika. Karena
mengerjakan hal-hal tersebut, lo Cuma butuh satu hal : Fokus (dan belajar. Assume
gue sudah melakukannya).
Dari sekadar masalah dipanggil suka nggak nyaut karena
dikira nggak denger, hal ini mulai jadi masalah yang major. Ketika gue disuruh
bertanggungjawab atas beberapa hal sekaligus. Pas SMA sampai kuliah gue
serabutan banget. Demi dapat duit jajan tambahan, gue sempat bantuin jualan
kemeja, jualan baju (mulai dari proses ngelayanin customer, ambil barang ke
supplier, sampe harus ke JNE ngirim-ngirimin barang setiap hari) dan jualin
makanan di kampus/sekolah.
Pada saat itu... gue juga bantuin cece gue di pabrik ngitung
stok dan produksi roti.
Jangankan ngomong fokus, I can not even spare some times for
myself. Gue juga baru sadar, I often lost myself ketika gue disela, misalnya
gue lagi mengerjakan sesuatu, terus ada yang manggil ajak ngomong, gue bisa
langsung bengong... “Ha, gue tadi ngerjain apa?”
Atau bahkan ketika gue lagi ngomong, lalu disela, gue bisa
langsung lupa tadi mau ngomongin apa. I am really bad at multitasking.
Masalah-masalah kecil ini kemudian bikin gue nggak bisa
perform dengan baik di semuanya. Fokus aja gue bisa ceroboh, apalagi sambil
multitasking (tingkat ketelitian gue waktu tes IQ pas SMA itu 96. Lowest score
from all of the components).
Kemudian gue lulus kuliah dan mulai kerja. Things starting
to get better. Gue mulai bisa mengerjakan pekerjaan gue dengan baik, tapi
kondisi di sini adalah gue tetap fokus dengan pekerjaan gue sehari-hari. Gue beda
sama Medi yang sanggup kerja sambil nerima berbagai macam projek di saat yang
bersamaan. If it were me, I will mess all things up.
Jadi sebetulnya impian orang-orang tentang bisa bekerja
sambil berbisnis, actually won’t work for me, at least for now. Because I am
really bad at doing two major works at the same time. It should be one or
nothing can be achieved. Kemarin gue sempet ditawarin peluang yang cukup oke
untuk pemasukan tambahan, seperti biasa gue galau. Gue sudah siap mengetikkan
kata-kata di blog gue tentang gimana gue harus semangat dan keluar dari comfort
zone bla bla bla. Setelah titik dan masuk ke kalimat kedua, i start to question
myself, kenapa gue harus galau, kenapa harus ada fase tengah-tengah kayak galau
ini. Kenapa nggak iya dan tidak aja? Kenapa gue malah melantur kemana-mana yang
mana membuat gue ngerasa semakin nggak mampu dan ngerasa semakin kecil tentang
diri gue sendiri?
Jawabannya ternyata satu, gue mau, tapi gue tau gue belum
mampu. Ini bukan gue sedang berusaha merendahkan diri dan mengecilkan impian
gue, tapi tawaran sampingan yang bagi sebagian orang bisa jadi kesempatan bagus
untuk memulai sesuatu yang baru dan dapat penghasilan tambahan yang besar buat
gue bisa jadi kesalahan gue melipir dari jalur yang sudah gue buat sendiri. On
the other side, kerjaan sampingan itu nggak ada hubungannya sama sekali sama
visi gue kedepannya, hasilnya Cuma satu : duit. So, why bother and try to be
someone else that’s not me.
Jadi setelah gue berpikir lama, pake galau segala... Gue
memutuskan untuk fokus sama apa yang ada sekarang and do my very best. Karena
gue tau lebih baik daripada mengulangi kecerobohan yang sama. Serabutan.
Bisnis itu jadi impian orang banyak, nggak berarti itu bukan
bagian dari rencana gue, but I am still struggling with myself right now. Gue cukup
kagum sama orang yang sanggup bisnis sambil kerja, atau akhirnya ngelepas
kerjaan demi bisnis mereka sendiri. It takes courage and multitasking skill
yang mana faktor terakhir itu gue nggak bisa banget. Jadi sekeren dan seideal
apapun itu kedengerannya, I know it’s not my time.
“Eh, orang sukses tuh ga menyia-nyiakan peluang loh. Ada
kesempatan masa nggak diambil.”
Iya, tapi mereka mostly fokus sama apa yang mereka kerjakan.
Hal kecil jadi hal besar. They know what is matter and what is not.
“Lo takut aja kali keluar dari comfort zone sekarang.”
Comfort zone apaan, dipikir state gue sekarang “comfort”?
Eh, lumayan sih.
“Ah, lo kurang pinter liat kesempatan.”
I see long term opportunity by investing in myself.
“Lo sih kebanyakan makan, jadi gendut.”
BODO AMAT SEMPAK.
Salam Roti!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar