I just watched The Legend of the Blue Sea. Iya, dramkor yang
ada si Lee Min Ho itu. Tadinya gue udah berhenti dari segala perdramkoran, lalu
keracunan lagi karena Medi nonton itu. Terus gue diajak-ajakin nonton itu juga.
Eh ternyata lucu, eh ternyata seru. Gue jadi nonton sendiri di kosan sampe
begadang-begadang.
Seperti biasa, kisah cinta yang susahnya setengah mati,
segala lupa ingetan berkali-kali, sampe ending pun ceweknya segala harus balik
ke laut dulu terus nunggu tiga tahun sampe mereka ketemu lagi. Well... ya...
this is dramkor. Kalo kisah cintanya ga susah dan mulus-mulus aja, nggak
mungkin bisa jadi sampe 20 episode. Jangankan dramkor terkenal ini, Cinta Fitri
aja segala ampe 3 lebaran ga kelar-kelar.
Gue... sebagai pembaca fanfiction yang setia... gue dulu
percaya bahwa, cinta itu sulit. Like... untuk bisa settle sama soulmate lo
butuh 20 chapter, sekitar 600 ribu kata, dan lebih dari 3 konflik sepanjang
perjalanan cerita. Eh... itu dulu. Gue percaya itu dulu.
Lantas gue mencari tahu artikel-artikel yang berkaitan
dengan hal tersebut. Yang gue temukan malah sebaliknya, ini menarik. Karena gue
dapet insight ini nggak Cuma dari artikel-artikel yang dibuktikan secara
statistik, tapi juga dari cerita orang-orang di sekitar gue. Menjalani hubungan
itu nggak mudah. Yes of course it is. Tapi menemukan seseorang dan kemudian
memutuskan bahwa lo akan menjalani suatu hubungan dengan orang tersebut,
seharusnya menjadi hal yang mudah. Not that easy peasy 1 week then heated kiss
and holding hands.
I mean, untuk bersama dengan satu orang, lo nggak harus
sampai menyebrangi lautan, melawan bajak laut, dan menaklukan gunung. Love
should be easy, if you are with the right person. Memperjuangkan susah, tapi
memulai seharusnya mudah kalau memang it is meant to be for you.
Medi cerita sama gue soal curhatan temennya. Yang suka sama
cowok udah sampe sekian bulan, udah sampe sayang-sayangan tapi masih belum
jadian.
“Tuh cowo ga serius sama lo.”
“Aduh bukan gitu, dia tuh gimana ya... orangnya ribet
banget. Nggak boleh pacaran segala macem. Dia tuh belum pernah pacaran.”
“Udahlah, cari yang laen aja.”
“Nggak ada yang bisa bikin gue nyaman kayak dia. Seriusan.”
Medi biasanya nengok ke gue, “Diapain nih, Mar, anaknya?”
Gue Cuma senyum aja. “Itu mah cowonya punya gebetan lain
kali. Kalo dia suka dan serius mah yaudahlah, jadian aja. Kenapa ribet.”
“Menurut gue juga gitu.”
“I think love should be easy. Gue nggak tau deh cowonya
serius atau enggak, tapi menurut gue kalo emang mereka seharusnya pacaran ya
nggak akan ribet dan susah gitu. Dibuat gampang aja kalo sama-sama mau.”
“Susah dibilangin anaknya?”
“Yaudah, suruh ikutin kata hati aja. Sampe dia muak. Hehe.
Orang kalo udah gitu mah bego biasanya ga bisa dikasih tau. Menurut gue kalopun
mereka sampe jadian, nggak akan bagus sih endingnya. Kalo mulainya aja udah
kaya gitu.”
Okay, I might be a bit judgemental in seeing this problem,
but still.
Mungkin di drama korea atau di fanfiction yang panjang lebar
itu, lo akan menemukan cinta yang penuh tantangan, penuh konflik, penuh drama
di sana di sini. Di dunia nyata, buat gue hubungan itu menjadi salah satu aspek
pelengkap di hidup lo. Penting, but you have another thing also. And same goes
to your partner.
That’s why ada beberapa trait penting dalam memutuskan untuk
ngejalanin suatu hubungan. Dari apa yang gue baca, kesamaan prinsip, tujuan,
dan hal-hal penting lainnya itu signifikan. Kalau hal sesimpel “gue pengen
pacaran, tapi dia enggak” udah beda, then it’s not right there. It has to be
mutual. On the same level, with the same consideration.
Kalo di drama lo nemuin cewek dan cowok yang mati-matian
ngelawan orangtua supaya mereka bisa bareng, akankah itu masuk akal di dunia
nyata ini?
Kalo di fanfiction lo nemuin pasangan yang bareng, tapi
untuk itu ada mafia film porno yang ngejar-ngejar dan siap ngebunuh mereka
kapan aja... well. Hmn (fanfiction apa sih ini yang gue baca), akankah itu
mungkin di dunia nyata kita para rakyat medioker ini?
Yang ada menurut gue, kita butuh orang untuk berbagi,
berbagi apa aja. Our interest, our goals, our vision, our knowledge, our imperfections,
and other important things. Itu yang kita butuhin, dan untuk mencapai itu ga
usahlah harus lari-lari karena dikejar mafia film bokep atau ngebunuh buaya di
laut amazone. Love should be easy, if that’s the right person for you.
Jadi, kalau kalian para penggemar cerita-cerita drama sedih
penuh perjuangan, jadikanlah itu sekadar hiburan, jangan dibawa-bawa ke dunia
nyata. You will suffer somehow. Hahaha. Pacaran kan harusnya enak, bray! Seneng,
happy, banyak makan.
Karena in the end yang jadi penting adalah gimana hubungan
itu dijalankan oleh masing-masing individunya. To find yourself and each other
in between the relationship.
I am not that kind of person who worship an easy love.
Maksud gue, menemukan orang yang tepat emang ga gampang, tapi ketika orangnya
itu tepat, semua akan jadi gampang.
So ask yourself this...
“Do I suffer more than I feel happy?”
“Apa kita saling ngerti satu sama lain dengan baik?”
(dimohon untuk bertanya pada diri sendiri dengan penuh objektifitas)
“Do we have the same point of view in seeing life?”
“Do we share the same goals?”
“Does he/she make me smile more than cry?”
“Apakah dia membuat napsu makan gue bertambah?”
The last one is important, people. So please, consider your
appetite!
Salam Roti!
P.s. You might want to open these links:
http://elitedaily.com/dating/15-ways-world-changes-finally-find-right-one/945767/
https://www.psychologytoday.com/blog/meet-catch-and-keep/201606/7-clues-youve-really-found-love
https://www.realsimple.com/work-life/family/relationships/healthy-relationship-signs
http://www.lifehack.org/articles/communication/15-signs-youre-the-right-relationship.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar