Ada tema percakapan yang sedikit menarik hari ini di kampus
gue. Sesuatu yang menjadi pemacu inspirasi gue menulis tema yang (Mungkin) sama
sekali belum pernah gue bahas di blog ini, secara vulgar atau secara.. gue.
Gue bukan tipe puitis romantis yang jago bikin kata-kata
manis sejenisnya, tapi hari ini gue pengen membawa tema tentang menjadi
berbeda. Makna yang mungkin gak gue ngerti bahkan sampai detik ini, tapi gue
tau perbedaan itu ada jauh di dalam diri setiap manusia. Dan gue adalah si
remaja yang (mengaku) cukup open minded untuk menerima segala perbedaan
tersebut dengan tangan kingkong gue yang terbuka lebar.
Sebut saja dia Panjul, yang sedikit membawa gosip
mencengangkan di siang hari. “Oh iya, gue pengen cerita, tapi kalian jangan
cerita siapa-siapa ya.. gue punya temen cantik banget, tapi... lesbi.” Ucap Panjul
sambil bisik-bisik.
Gak lama kemudian dia nunjukin gue foto cewek super gorgeous
berambut pendek ala cowok, pake kemeja, dan kacamata. Bahkan dengan segala aura
maskulin itu, gue tau cewek itu memang cantik.
“Pacarnya cantik-cantik lagi..”
Gue gak tau apakah ini isu biasa atau mungkin isu luar biasa
yang gue denger. Karena gue, sudah terlalu terbiasa dengan berita ini. Yang membuat
gue sedikit tidak terbiasa adalah bagaimana orang-orang kebanyakan
mendeskripsikannya dengan ekspresi seperti itu, atau kode bisik-bisik semacam
itu. Itu yang membuat gue gak terbiasa. Seperti yang si Panjul lakukan, atau
seperti reaksi yang teman-teman lainnya keluarkan.
Malam ini, baru aja. Gue buka sebuah blog dari temannya
temannya teman gue. Intinya gue gak kenal orang itu secara personal. Tapi gue
kenal, temannya teman gue. Ha ha ha. Jayus. Di mata gue, dia cantik, dia
langsing, dia punya betis impian yang gak pernah gue punya (Hiks), dia punya
sense fashion yang extraordinary, dia punya impian besar, dan dia seorang
transgender.
Atau banci. Seperti kebanyakan orang Indonesia (yang idiot
gak ngerti kata transgender) menyebut dia. Apapun itu, hanya dalam sekali
kunjungan ke blognya gue udah nge-fans abis. Gue suka, dia pede, dia bangga,
dan dia selalu (berusaha) berpikir positif dengan apapun keadaannya. Apapun
keadaannya, sama kayak gue,yang membosankan, yang gak ngerti selera fashion,
yang gak tau cara bersenang-senang, tapi gue juga mau belajar berpikir positif
kayak dia.
Beberapa waktu lalu, seorang teman menunjukan akun twitter
transgender (lainnya) di kelas, dan langsung dikerumunin temen-temen cewek. Gue
super duper gak nyaman waktu ada seorang temen cewek komentar semacam ini... “Ih
pede banget sih, banci, kayak cakep aja. Jijik tau liatnya, mana gemuk gitu,
liat deh tuh betisnya. Ih kayak gitu banget...” (oke, BUKAN, gue bukan gak
nyaman waktu temen gue ngomongin BETIS YANG GEDE KAYAK BETIS GUE! Please, bukan
itu pointnya!)
Dan hanya kalimat-kalimat ini yang terlintas di pikiran gue
pada saat itu.. “Ini cewek berasa paling cantik ya ngatain orang kayak gitu...”
atau “Elo berani gak pede kayak dia foto gitu?” aataaauu.. “Lo pernah bayangin
gak sih kalo lo yang digituin waktu lo foto? Mungkin sekali-kali lo harus coba
ya dihujat semacam itu.”
Jreng.
Tapi karena itu teman baru, dan gue jaim, dan gue gak mau
mengeluarkan tabiat gue semasa SMA dulu, gue memutuskan untuk diam dan nyimpen
hal-hal seperti itu cukup di pikiran gue.
Gue belajar banyak hari ini, bahwa semua orang berbeda, dan
gue tau perbedaan itu ada. Gak memberikan lo satu alasan tepat untuk menghakimi
perbedaan-perbedaan itu bikin lo mencibir atau sebagainya. (satu dari sekian
alasan gue kadang males ngegosip sama cewek-cewek arisan).
Gue gak sedang membicarakan jaman yang telah bergeser, atau
kata mereka, orang makin “gila” makin hari. Tapi gue sedang membicarakan
tentang se-terbuka apakah elo, seluas apakah cara pandang lo, atau sebijak
apakah cara berpikir lo. Gue gak memiliki ketiga itu, tapi gue tau gue tengah
belajar untuk memiliki ketiganya.
Gue juga gak sedang membicarakan tentang neraka dan segala
atributnya. Gue Cuma sedang membicarakan “Siapa elo untuk menghakimi seseorang masuk
neraka? Tuhankah elo?”. Atau “Siapakah elo untuk maksa dia berubah? Elo kah
yang bekerja keras untuk impian-impian besarnya? Yes? No?” gue adalah orang
pertama yang akan mengacungkan jari bahwa gue, sama sekali gak memiliki hak
untuk itu.
Gue juga bukan membicarakan tentang kesetaraan dari
perbedaan (orientasi seksual, gender, atau perbedaan ekstrim lainnya). Bagi gue,
manusia gak ada yang setara, manusia gak pernah boleh jadi setara. Semua ada
porsi masing-masing untuk setiap individunya. Dan gue akan jadi orang yang
mengacungkan jari bahwa gak ada istilah kesetaraan. Semua berhak menjadi lebih,
hebat, apapun.
Gue adalah pembaca fanfic paling ekstrim yang suka banget
mengaplikasikan cerita-cerita mustahil itu kedalam kehidupan gue, dan gue
percaya pada impian juga hidup bahagia selama-lamanya.
Jadi gue percaya, apapun keadaan lo. Overweight, minder,
ngerasa jelek, transgender, lesbian, gay, cacat, buta, tuli, bisu, autis, atau
mungkin aids, gak ada seorangpun yang berhak menyetarakan lo, lo selalu
memiliki kapabilitas untuk menjadi hebat, lebih tinggi, lebih keren, lo punya
impian? Raihlah itu. Karena Tuhan Cuma satu (bagi yang percaya), dan Tuhan gak
menghakimi. Atau kalaupun iya, ada saatnya, yang jelas itu bukan tugas mereka
buat menghakimi elo.
Bla bla bla.
Anyway, special buat temennya, temennya, temen gue. Kalo blog
gue udah terkenal (rasanya udah deh *ditimpuk rame-rame*) dan lo baca postingan
ini, atau ketika lo udah terkenal sebagai model internasional, tiba-tiba dapet mimpi
ada onta yang bisa ngomong dan nyuruh lo untuk ketik www.marisasukamakanroti.blogspot.com
di hape lo, apapun itu. Inget aja, karena malam ini. Lo telah menjadi inspirasi
gue. Bahwa gue juga harus punya optimisme dan impian itu apapun keadaannya,
sesulit apapun situasinya. So thanks.
Bla bla bla.
Sekian.
Salam roti!
5 komentar:
Hi!
gue baru disini , penggemarmu *tulisan lo yang unyunyu* :D
gue setuju banget sama pemikiran lo, ngga banyak temen gue yang bisa nerima "itu" *sigh*
and... gue juga salah satu dari bagian yang elo jadiin tema kali ini :)
Salam Roti ^^/
wey mar, tiap u bikin post pasti gw baca, tapi jd sider(silent reader) doang :p
tapi kali ini gw mau komen, soalnya ini post paling bagus menurut gw, kita emang ga boleh sembarangan ngejudge orang seburuk apapun dia. two thumbs up d('-')b
fika: hahahaha. itu masalah perspektif aja sih, untungnya aja gue orang modern, dan orang modern kan harus punya pemikiran yang terbuka. entah bagian mana yang adalah elo, tapi tetep semangat ya.
desi: beneran niiihhh?? deeuuuh jadi tersandung gitu blog gue dibaca sama lo. ahahahahaha...
Gue adalah pembaca fanfic paling ekstrim yang suka banget mengaplikasikan cerita-cerita mustahil itu kedalam kehidupan gue, dan gue percaya pada impian juga hidup bahagia selama-lamanya.
Kata orang kita beda banget, tapi sebenernya kita mirip-mirip juga, kan? Kecuali fisik, ya.
ASEEEEMMMM BAWA2 FISIK ENTE. hahahahahahahahahah..
tapi kan kita tetep opposite attract gitu fan. ngakngakngak.
kalo menurut teori yang gue anut, dua orang bakal sulit berteman ketika mereka gak memiliki kesamaan sedikitpun, jadi ya... kita pasti punya kesamaan meskipun sedikit.
asik sabtu jalaaaaannnnn..
Posting Komentar