Jumat, 29 Oktober 2010

Siapa Kamu?

Saat mengamati bagaimana sebuah sistem dalam pergaulan sekolah itu bekerja, gua mengamat-amati beberapa tipe dimana tipe-tipe ini diisi oleh para pelaku sosial tersebut. siswi SMA, ditinjau dari luas pergaulan dan berapa banyak teman yang mereka punya. Termasuk, berapa teman dekat yang bisa diberikan kepercayaan, juga gimana reputasinya di mata para murid.

Sekali lagi peringatan loh ya, ini hanya pendapat gua aja sebagai siswi pengamat.

Tipe 1: si Miss Famous

Yang memang pede untuk mengakui bahwa dia itu si Famous yang dikenal oleh banyak orang. Memiliki kadar kecongkakan dan kemunafikan yang tinggi. Biasanya didasari wajah yang lumayan cakep sama body yang lumayan seksi. Kebanyakan kasus, orang yang ada di posisi ini Cuma mau temenan sama yang sesama cakep dan pinter. Jadi, percayalah. Temannya sangat terbatas.

Tipe 2: Miss Popular

Tipe yang ini, sebetulnya yang paling ideal. Murah senyum, ramah, aktif dalam kegiatan sekolah, biasanya punya otak yang relatif pintar dan sering menolong murid yang lemah di pelajaran. Temannya ga usah ditanya. Bejibun, semua orang mau aja ngerumunin dia setiap hari. Tipe yang seperti ini ga mungkin sendirian, selalu punya temen untuk diajak ke kantin atau sekedar ngobrol. Reputasinya selalu baik di mata orang-orang termasuk guru yang pasti akan sering memuja dia, dan dia juga famous. Famous dalam segala hal yang bagus.

Tipe 3: the exclusive

Kebanyakan cewek-cewek, yang membuat satu kelompok eksklusif hanya untuk dia dan kelompoknya. Yang lain dianggap kutu pengganggu. Ga akan bisa sendirian, kemana-mana selalu aja bareng. Secara ga langsung, kelompok ini mengisolasi diri individu masing-masing dari lingkungan luar. Waktu kumpul bakal seru, tapi begitu dipisah sendiri? Serasa dunia ini meninggalkan dia, jadi biar gimanapun, ini akan menghambat lingkup pergaulan anggotanya. Istilahnya si, temennya itu lagiiiii itu lagiiiii

Tipe 4: si kuper yang selalu biasa aja

Saking biasa aja nya dia, dia ga dikenal oleh banyak orang. Bahkan mungkin keberadaannya semacem tembus pandang, jadi orang ga kenal dan ga tau, bahkan bisa jadi namanya dilupain sana-sini. Otak rata-rata, tampang rata-rata, cenderung pemalu dan pendiem. Sulit membangun hubungan pertemanan. Jumlah temannya menunjukan angka bersaing dengan si Famous.

Tipe 5: Miss menclok menclok

Alias orang yang saking menyenangkan dan gaulnya sampe ga punya temen beneran. Semua seneng main sama dia, akhirnya jadi bingung mau deket sama siapa. Sebetulnya yang ini hampir mirip dengan si Miss Popular, tapi sifat dua pribadi ini berbeda. Kalo dalem kategori gue, menclok-menclok ini karena dia seru dan asik diajak gaul. Ga selalu mengandalkan kebaikan hati dan keramahan, karena orang satu ini bisa jadi iblis mematikan saking sering menclok menclok. A.k.a sumber gosip!!!

Tipe 6: Si Pintar (dan menyebalkan)

Biasanya tipe orang yang kompetitif dan ga mau kalah. Harus merebut kedudukan pertama dalam hal bersaing. Karena dalem kamusnya, kalau dia nomor dua, maka ga ada yang boleh nomor 1. Tentu aja sifat yang semacam ini menghambat diri dia sendiri untuk bisa bergaul dengan asik bareng temen yang lain. Individualis, kurang bisa diajak kerja sama, perfeksionis, dan cenderung licik. Tapi percaya deh, sifat seperti ini bisa menghambat kesuksesan. Karena dia si ratu, yang lain Cuma hamba. Oh ya, dan suka menjilat guru. Karena guru sumber penghasil nilai.

Meskipun di sekolah gue, ke enam tipe ini ga gitu terlihat dan agak sulit di identifikasi secara perasaan kita sama aja deh semua. Tapi tetep aja, ada celah bagi gue untuk menemukan beragam pribadi dan tipe makhluk-makhluk bergaul ini.

Nah, yang manakah elo?

Minggu, 24 Oktober 2010

Andai Bong Chandra...

Andai ah ah ah ah ah, Bong Chandra jadi pacarku. Maka gua akan ikutan kaya, maka gua akan liburan ke Perancis seminggu sekali, lalu gua bisa ke pasar naik Ferrari dan jalan-jalan keliling Kuta Beach tiap hari, pulang malem. Ah ah ah…

Semua ini karena racun yang di tebar oleh Juvendi lewat sebuah buku karangan si Bong Chandra, bukan… bukan karena karangan bukunya yang begitu bagus atau gimana, tapi di cover bukunya itu ada MUKANYA, berdiri dengan begitu gaya dengan setelah jas putih yang AAAWWWW… oke, secara umum mukanya memang biasa aja, tapi mengingat betapa kayanya dia gua jadi… errrr…

Lalu, ternyata di dalam buku itu ada tiket gratis nonton seminar untuk 3 orang. Dan gua langsung getol.

“JU JU!! LO HARUS DAFTAR! LO HARUS TELPON! POKOKNYA DAFTARIN GUE!! Buat yang satu orang lagi, terserah deh mo lu daftarin pake nama siapa juga!!”

Tentu saja, gua getol dengan penuh harap.. tentu aja andaikan gua dateng ke seminarnya, maka gua akan memiliki peluang untuk bertatap muka secara langsung dengan si Bong Chandra. Minimal, gua memikirkan beberapa kemungkinan. Seperti:


Adegan jatuh tabrakan seperti di film-film

Andai!! Andai waktu gua dateng kesana, karena kita memang berjodoh dari sananya, lalu takdir mempertemukan kita dengan insiden tabrakan lalu jatuh bareng-bareng. Setelah itu si Bong Chandra, minta maaf dan menawarkan untuk mengantarkan gua pulang sampe ke rumah, lalu dia meminta nomor handphone gue, dan… errr dan…

Dan, kejadiannya tidak seperti itu! Satu, badan gue gede kaya tong beras. Andaikan si Bong Chandra nabrak gue, insidennya ga akan seromantis itu. Insiden yang mungkin terjadi adalah, Bong Chandra jatuh terpelanting lalu tangannya patah sebelah, dan dia nabrak meja sampe semua minumannya tumpah semua ke lantai. Oke, pathetic. Kedua, ga mungkin Bong Chandra nganterin sampe ke rumah, karena kalo gua jadi ke sanapun, gua pasti nebeng mobil si Juvendi. Jadi yaaa….

Dompet yang gua bawa ga sengaja jatuh, lalu ditemukan oleh Bong Chandra.

Iya, lalu suatu malam tiba-tiba Bong Chandra berdiri di depan pintu rumah gue, dan menunjukan dompet itu. Gua yang memang sedang kebingungan langsung girang ketemu dompet gua. Bong Chandra yang melihat gua kegirangan langsung senyum dan bilang “Makanya, lain kali hati-hati. Untung saya ketemu dompetnya.” AAAAWWWW

Tapi itu juga ga mungkin. Satu, di dalem dompet gua itu ada kartu pelajar, dan di kartu pelajar itu ada foto gua yang sumpah ga banget, mirip kaya kentut babi lagi manyun. Hih. Jangan-jangan Bong Chandra malah bawa dompet gua ke kantor polisi dengan tuduhan muka yang mirip teroris

Dua, dompet gua itu isinya Cuma selembar seribuan sama selembar lima ribuan, gua juga ga nyimpen kartu kredit atau sebagainya, isinya Cuma stiker sama bon bon rumah sakit, terus kertas parkir, sama kartu nama sedot wc. MUNGKIN GA SIH? Dia bela-belain nganter dompet itu ker umah gue? Tentu tidak. Apalagi didukung foto gua yang mirip teroris itu.

Gua menjadi salah satu penonton seminar yang merepotkan, hingga menarik perhatian dia.

Marisa menjatuhkan minuman, hingga keluar suara heboh yang mengganggu speech dia didepan, Marisa teriakin ada kecoak dilantai padahal itu hanya halusinasi semata hingga dia menghampiri gua, Marisa ngotot sama rekan di bangku sebelah untuk mendiskusikan seminar yang disampaikan oleh si Mas Bong alih-alih memberi perhatian penuh untuknya di depan. Marisa ngelemparin bunga ke depan sebagai wujud gua ngefans sama si Bong Chandra padahal ruanga sunyi. Lalu Bong Chandra akan nyamperin gue dan ngajak kenalan karena dia penasaran dengan cewek seunik gua.

Harapan terburuknya adalah Bong Chandra nereakin gua dari depan, terus suruh satpam ngusir gua keluar Karena gua di judge sebagai orang gila. Hiks.

Mobil Juvendi tanpa sengaja nyerempet mobil dia

Bong Chandra keluar, gua dan Juvendi keluar. Lalu gua bertatap muka dengan si Bong langsung, dan si Bong meminta nomor handphone gua untuk mengelarkan urusan mobil yang keserempet ini. HAHAHAHA. AMIN AMIN AMIN.

Dan andaikan si Juvendi baca ini pasti gua akan di tebas habis olehnya menggunakan jangka pamungkas. Gara-gara nyumpahin mobilnya keserempet sama mobil Bong Chandra.

Pokoknya, gua tetap berdoa setiap malam setiap pagi agar harapan gua nyata terwujud!!

Rabu, 06 Oktober 2010

Gemini dan Taurus

Begini memang, nasib seorang non-bb. Saking butanya gua tentang blackberry, sampe jadi norak bin ajaib begini.

Ceritanya suatu malem, si chindy sms gue nanyain

“Mar, enci lu jual bb ga?”

Lalu gua ngeliat enci gua yang lagi BBMan sambil tidur-tiduran di kasur. Mata setengah mengawang, iler lagi netes. Yang jelas, dia juga udah celeng.

“Ce, cece jual gemini ga?”

“enggak, jualnya Taurus.”

“oh oke oke..”

Lalu tangan gua bersiap untuk melayangkan sms “Enggak cece gua jualnya Taurus.”
Tapi karena merasa ragu dengan pendengaran gua, akhirnya gua bertanya lagi.

“Apa tadi cece bilang? Jualnya Taurus?”

Dan TAWANYA MELEDAK. KURANG AJIAAARRR…

“De, hahahaha.. emang ada BB Taurus? Bloon banget sih lo??”

“Ngah?” *masih bingung* “Serius, jadi cece jual BB Taurus gak?”

“KAGA GUA BECANDA. HAHAHAHAHHA..”

Sial. Untung gua ga sempet ngirim tuh sms konyol ke si Chindy bisa malu kuadrat gue. Setaaannnn..

Anyway, bukan salah gua. Siapa suruh bb jenisnya banyak? cih

Sabtu, 02 Oktober 2010

Pengumuman

Untuk Pak Fahmi sama Pak Arie yang ganteng dan agak-agak nyebelin (kalo nilai kuis saya di kasih jelek)

NIH PAK. nama siswi paling keren dan paling kece di SKY.


Nama: Marisa Jaya

Kelas: XI-SI

No: 29

Hobi: suka menabung, belajar, dan membantu orang tua.

Makanan favorit: ROTI PAK ROTI!!

Sekian dan terima kasih.
*tolong ya pak, blog saya udah keren gini.. nilainya 80 kek*

Kembali..

Dunia maya. Sungguh ajaib, sebuah dunia virtual yang diciptakan oleh manusia, dimana para manusianya saling berinteraksi di dalam dapat menciptakan satu lingkungan sosial yang baru dengan peran serta status yang baru dalam lingkup dunia itu sendiri.

Gua sendiri boleh dikatakan adalah salah seorang dari jutaan pecandu pergaulan dunia maya. Dulu. Dulu saat gua mulai berani mengeksplor hal-hal yang memang seharusnya gua eksplor sejak lama. Saat gua memang masih memiliki fasilitas yang memungkinkan untuk itu, dan saat gua memang memiliki peluang untuk itu.

Ga perlu disangkal, dunia maya dapat memberikan efek negatif sekaligus positif. Satu hal yang paling kentara di sini adalah. Aku ya aku, kamu ya kamu. Kamu ga perlu ngenal aku, aku ga perlu ngenal kamu. Tapi tanpa saling mengenal dan mengetahui identitas satu sama lain kita tetap bisa berinteraksi, sisanya tergantung kita apakah tertarik untuk menjalin hubungan pertemanan lebih dalam lagi atau enggak.

Satu tahun yang penuh deh gua lewati dengan gila-gilaan bergaul dan berinteraksi dengan penghuni dunia maya, mengenal satu persatu manusia tersebut. Mempelajari karakternya, berusaha mengimbangi, dan belajar bersosialisasi melalui dunia tersebut. Percaya atau enggak, dunia maya adalah salah satu media penjelasan diri. Gua bisa jadi apa adanya yang gua mau di sini. Gua ga perlu bersikap seperti seharusnya gua bersikap di dunia nyata. Dan, well.. ga ada orang yang ngenal gua toh?

Sisi negatifnya jangan ditanya, gua mulai terhanyut dengan lingkungan dunia maya. Setiap hari tak lupa ngecek facebook dan blog, juga ga pernah ketinggalan menyorot situasi lingkup pergaulan di sini. Belajar, dan terus belajar bagaimana menjadi orang yang dapat dengan mudah di terima di sini. Yeah, gua mengabaikan apa yang ada di dunia nyata. Gua melupakan kehidupan sosial yang sebenarnya, gua bahkan melupakan acara-acara yang biasa gua adakan dengan teman-teman nyata gua. Sehingga, percaya ga percaya, gua jadi semakin jauh dan jauh dari mereka. Dan itu bodoh. Sangat bodoh.

Bagaimana mungkin gua membuat dunia maya menjadi nyata? Bagaimana mungkin gua mempercayai yang ada di dunia maya? Yang bahkan identitas pun ga lengkap. Keluarganya kita ga tau, karakter aslinya kita ga tau, wajahnya kita ga tau. Bagaimana mungkin? Dan untuk apa gua meninggalkan dunia nyata hanya untuk berkutat dengan dunia virtual yang seperti khayalan semata keberadaannya.

Beruntungnya, gua segera sadar karena di sadarkan oleh salah seorang yang sebenarnya anggota di dunia maya juga. Tapi orang tersebut sempat menyadarkan gua dengan kata-kata dan sindiran-sindirannya melalui blog. Tentu sindirannya bukan untuk gua, tapi sempat menyentil gua sejenak dan dengan segera menyadarkan gua untuk segera kembali ke kehidupan yang sebenarnya.

Selama itu gua belajar, selama gua mempelajari diri gua sendiri di dunia maya. Disinilah letak sisi positifnya untuk gua. Dunia maya itu semacam tempat pelatihan khusus pembelajaran diri. Dimana gua mengenal orang-orang yang tak pernah berat untuk membantu menasihati gua dan menjadi teman-teman sharing yang sungguh baik. Dimana gua menjadi tau seperti apa manusia itu sebenarnya, dan ada banyak nilai-nilai yang ditanamkan dalam diri gua. Satu keunikan. Karena berbekal belajar selama itu, kini gua siap menanti pergaulan yang sesungguhnya.

Lingkup sosial yang sesungguhnya tidak lagi menakutkan bagi gua seperti dulu. Saat gua berpikir bahwa gua tidak pernah cukup baik untuk memposisikan diri gua sebagai teman, dan saat gua merasa gua tidak cukup berharga untuk dihargai. Oh ya, dan yang paling signifikan adalah, gua tidak merasa gua memiliki kepribadian yang cukup menarik hingga orang-orang tertarik dengan gua.

Bukan maksud gua masa-masa SMP itu gua menjadi anak yang kuper dan ga pernah bergaul. Tentu aja pernah, tapi sekarang gua merasa gua lebih mengenal diri gua sendiri. Dibandingkan gua mengingat diri gua yang dulu, gua merasa gua begitu menyebalkan dan menjijikan. Gua senang dengan gua yang sekarang, gua senang dengan gua yang merasa bahwa gua memang cukup menarik untuk membuat orang lain tertarik.

Pastinya gua belajar lagi hal lain.. sesuatu yang bersifat maya ga akan pernah jadi nyata. Hanya ada di layar laptop, hanya ada di khayalan dan pikiran, tapi gua seperti melihat kebohongan yang begitu real. So, back to the real world.

Dan ini alasan jika ada yang bertanya.. “Marisa kemana aja? Kok ngilang?”

Karena gua memang ga pernah menghilang. Sebenarnya gua memang ga pernah ada di dunia maya. Ga ada yang bisa memastikan bahwa gua ada, ga ada yang bisa mengetahui gua ada toh? Dan juga, gua memiliki lebih dari cukup di dunia nyata. Sesuatu yang gua butuhkan selama ini. Teman, pergaulan, belajar, konsentrasi sekolah, cita-cita, dsb.. dsb…

Akhir paragraf, tentu ga berarti gua menutup diri dari segala hal berbau dunia maya. Hey, ini blog gua pun sifatnya maya dan ga nyata. Siapa yang tahu kisah yang gua tulis di sini fakta atau fiktif? Ada yang tau? Kayaknya enggak. Tapi tentu aja frekuensinya ga akan sesering dulu. Kalimat kerennya sih.. “Kebetulan! Gua masih punya kesibukan lain. Nanti ya tunggu sempet, baru buka-buka..”

Sorry

“Eh, sorry ya..”

“Buat apa?”

“Masalah yang dulu. Waktu kita SMP.”

“Enggak lah, gapapa.. gua udah lupain kok..” katanya dengan senyum mengembang.

Gua hanya bisa menatap kosong kedepan sambil ngunyah martabak dan nyedot es jeruk. Ternyata meminta maaf dengan sungguh-sungguh adalah hal yang sangat sulit. Bukan, bukan karena kita adalah musuh selama ini, justru sebelum gua menyampaikan permintaan maaf yang memalukan ini, dia sudah lebih dulu merentangkan tangannya dan memaafkan gua.

Gua dan teman-teman se-geng gua dulu, bisa begitu kejamnya menghakimi dia, menganggap bahwa dia cewek bodoh yang ga bisa apa-apa. Lantas karena kami semua ngerasa pinter. Juga betapa menyebalkannya gua, bagaimana mungkin gua merasa bahwa gua ada di pihak yang ga berdosa dan benar? Sampai dia meminta maaf pada gua LEBIH DULU. Padahal yang jelas-jelas antagonisnya adalah gua, dan teman-teman gua.

Permintaan maaf kali ini, anggaplah mewakili gua seorang. Teman-teman lama gua, itu hak mereka hendak merasa bersalah atau enggak. Tapi yang jelas gua merasa bersalah. Gua bukan seorang teman yang baik, dan ga pernah menjadi seorang teman yang baik untuk si teman gua satu ini.

Kisah-kisah gua tertoreh dengan nyata di blog gua. gua menghujat dia, dan gua merasa bahwa dia memang bodoh. Padahal gua yang bodoh, gua yang bersikap terlalu kekanakan. Dan saat gua membaca ulang tulisan-tulisan itu, gua tertegun. Bagaimana kalau gua jadi dia? Bagaimana kalau gua ada di posisi dia? Semua temen musuhin dia, hanya karena satu kesalahan yang tidak dia ketahui apa. Hanya karena dia pacaran sama cowok yang ga kita suka. O em ji.

Keluar dari lingkup pergaulan mereka, banyak memberikan gua pelajaran. saat gua belajar tentang dunia luar, dan saat gua belajar untuk dapat menilai suatu masalah dari pandangan yang objektif. Memang, sampai saat inipun gua masih ga suka sama si cowok So(k) badboy.

Gua masih ingin banyak bicara pagi itu, yah.. tapi pintu gereja udah kebuka. Biarlah, harusnya sorry itu bisa mewakili apa yang hendak gua bicarakan. Ga mungkin kan, gua harus pake insiden nangis terharu dan peluk-pelukan? Bisa jatoh image gua.