Setengah tiga pagi, dan gue posting ini. Gue masih
norak-noraknya pacaran sama si Super Wang jadi suka begadang. Bisa dimaklumin
kan? Namanya juga baru jadian, pasti masih suka-sukanya berduaan terus lah. Ha ha
ha ha.
Gue baru nonton satu film yang mengharukan banget. Kalo kalian
mau tau, cari aja judulnya “Miao Miao” dan itu film taiwan. Ada satu adegan
yang bikin gue posting soal ini di blog sebetulnya. Adegannya adalah di mana
saat si Miao-Miao itu (ending) kasih kotak hadiah perpisahan untuk sahabatnya,
yang ternyata setelah dibuka adalah bentuk dua tangan yang saling tumpang
tindih gitu.
Bikin si Ai (sahabatnya) inget, kalo dulu mereka sering
saling genggaman tangan. Karena Ai suka tangan Miao yang hangat bla bla bla.
Yang bikin gue kepengen apdet di blog ini adalah.
Gue membayangkan aja andai gue jadi si Ai. Dan penyakit
pikun gue kumat.
Gue sering banget, bawa tas, trus bawa tas kecil lagi yang
di tenteng pake tangan, dan ketinggalan. Trus gue kelupaan.
Contohnya, waktu itu gue bawa kalkulator di dalem plastik,
dan begitu pulang gue kelupaan bawa tuh kalkulator.
Entah kenapa gue jadi keinget penyakit gue yang satu itu. Andaikan
gue jadi si Ai, kotaknya ketinggalan di starbucks bandara, di ambil sama emasnya,
dikira sampah trus di buang. Dan ternyata isi kotak itu adalah kenangan
berharga dari seseorang.
Mungkin andai gue yang jadi si Ai, mungkin gak bakal ada
adegan Ai lari setelah buka kotak itu karena gak pengen Miao pergi, trus dia
ngejar-ngejar pesawatnya. Mungkin gak bakal ada adegan sedihnya. Mungkin adegan
sedih itu bakal keganti jadi adegan panik.
“Anjrit! Kotaknya gue taro mana?! Anjrit, itu kan kotak
kenang-kenangan dari temen gue! Aduh ilang! Aduh bisa ditelpon gak ya? Entar kalo
ditelpon bunyi gak ya?!”
Seperti itulah kira-kira. -_______-
Oke. Itu terlalu realistis. Dan itu terlalu gue banget. Kelupaan
kotak yang gue bawa.
Gue suka pikun untuk benda-benda yang gue pikir gak
berharga. Dan itu penyakit yang sangat jelek, karena gue gak pernah tau
seberapa berharganya benda itu sampe gue kelupaan kalo gue meninggalkannya di
suatu tempat. Otak gue itu seperti sudah terporgram untuk “tidak” menghargai
segala sesuatu yang ada di genggaman gue.
Dan itu penyakit yang menakutkan, andaikan gue benar-benar
memiliki sesuatu yang berharga nantinya, lalu karena penyakit gue ini, lantas
gue “kelupaan” akan benda berharga itu. Itu ironis.
Technically, gue tengah belajar menghargai segala sesuatu
yang gue punya hari ini. Gue tengah belajar bersyukur untuk teman-teman yang
udah di anugrahi dalam hidup gue belakangan ini. Pelajaran-pelajaran yang
mereka bagi untuk gue. Gue (lebih tepatnya) tengah belajar menggenggam hal-hal
berharga itu supaya gue gak akan pernah kelupaan dan melepas mereka gitu aja.
Gue, sedang belajar.
Mulai dari hal-hal kecil yang gue punya, gue tengah belajar
menjaga mereka semua (termasuk Super Wang, serius Wang, lo gak akan gue bawa ke
tukang servis dalam waktu dekat. I’ll protect you with all my life!).
Teman-teman gue, gebetan-gebetan (andai gue punya) gue, keluarga gue, handphone
gue, sendal jepit gue, remote tv gue, sampe sisir gue yang udah patah tiga
jarinya. Apapun itu, gue lagi belajar menjaga semuanya.
Jadi, tenanglah teman-temanku.
Meninggalkan segalanya dengan mudah itu masa lalu, karena
gue tengah belajar. Dan belajar adalah satu tahap pendewasaan yang wajib
(calon) orang dewasa macam gue lakukan.
Sekian postingan di subuh ini.
Salam roti!
1 komentar:
Posting Komentar