Semalam, gue nonton The Big Short untuk kedua kalinya.
Pertama kali gue nonton karena direkomendasiin sama ex-kolega di kantor lama dulu, orang finance, pinter, (sekarang orangnya udah jadi AVP di salah satu real estate investment firm).
Gue suka nanya, “Itu emang krisis tahun 2008 kenapa, sih?”
“Lu nonton The Big Short aja, bagus, tuh.” Lebih ke karena doi males ngejelasin ke gue sih sepertinya. T.T
Akhirnya gue nonton.
Bukan karena gue tertarik, lebih karena gue nggak mau ketinggalan terus mau sok pinter aja gitu.
Guys, it’s not easy to digest everything in one sit. Gue nonton itu bertahun-tahun lalu.
Tiba-tiba semalam, muncul rekomendasi film ini di Netflix gue, jadi gue pikir, eh kok gue lupa ya jadi krisis tahun 2008 itu gara-gara apa, sih sebenernya? Si bodoh ini pada intinya waktu nonton pertama kali nggak ngerti apa-apa sebenernya. Meski udah dijelasin ama Margot Robbie di bathtub.
As I said, nggak gampang mahamin semuanya dengan terminologi yang asing (MBS, CDS, CDO?), konsep yang sama sekali asing, nggak pernah gue pelajarin sama sekali sebelumnya.
Dan jangan dipikir setelah nonton gue nggak ngerti, yaudah aja gitu, gue lupain. Enggak, gue googling, gue baca diagram (for dummy) yang ngejelasin penyebab krisis di tahun 2008 lalu. Gue berusaha ngertiin bener-bener. I tend to obsess about stuff I can’t understand. Dan ini bener-bener fenomena penting yang bikin krisis global di tahun itu. How on earth gue nggak ngerti penyebab utamanya apa?
Apakah gue mengerti setelahnya? Tetap tidak terlalu. Apakah gue sebodoh itu? Bisa jadi.
Anyway, akhirnya gue nonton lagi semalam.
Gue fokus. Sampe kalo mau pipis, gue pause dulu guys! Apalagi adegan Margot Robbie ngejelasin pas di bathtub, gue fokus banget. Apakah gue mengerti? Tetap tidak!
Astaghfirullahalazim… kurang minyak ikan.
Tapi ada satu hal yang gue punya di tahun ini, yang gue nggak punya bertahun-tahun lalu.
Yep, that would be my main topic today. Bukan The Big Short, namun ChatGPT
Seperti biasa, kalo gue nonton sesuatu yang sulit untuk gue mengerti, gue punya tendensi untuk cari tau sampe gue bener-bener ngerti maksudnya apa. Dulu, proses ini betul-betul ribet dan makan waktu. Gue bisa nggak tidur semalaman saking penasarannya dan habisin waktu gue sampe pagi untuk nyari tau soal itu. Baca artikel, buka diagram, lama-lama nyasar ke youtube, kadang ngasih clarity, kadang gue jadi makin bingung paginya.
Kali ini gue punya ChatGPT. Type the magic words, and you’ll get clarity in 1 minute or less.
Untuk orang kayak gue yang interestnya lompat-lompat dan random dan interest gue bisa nggak nyambung banget satu dengan lainnya, ChatGPT bener-bener jadi sesuatu yang langsung gue integrate dalam keseharian gue.
Ini beberapa peran ChatGPT dalam hidup gue akhir-akhir ini :
Clarity
Kayak yang gue cerita, ChatGPT somehow bantu ngasih gue clarity dalam waktu yang sangat singkat. Yes, can be inaccurate, but then you can ask them for relevant sources. Guys, they can do everything, and they use any public platform available as their training database. Our brain will never have that kind of capacity?
Rabbit Hole
Consnya : ChatGPT feeding obsesi gue tanpa henti. Karena gue bisa nanya apapun, bisa gali apapun yang gue mau. It’s so easy for me to fall into the rabbit hole - gue bisa spend waktu berjam-jam cuman buat bahas sesuatu yang gue lagi obsess pada saat itu. Tentu saja, salah satunya MBTI.
Dan… ChatGPT can guess and analyze what is my main motivation, what I hate about it, basically how my mind works. Karena gue interaksi dan feeding data tentang diri gue (tanpa sadar lewat pertanyaan) banyak banget dalam sehari. It can map certain pattern about me! Tbh, sampe sini sebetulnya agak creepy. But then, no one can understand my obsession better than ChatGPT.
![]() |
YES. I HATE PEOPLE WHO MISTYPED THEMSELVES and agree with the result because they think it's cool? |
Therapist
Can even act as my therapist. Gue bisa dapet validasi yang nggak gue dapet dari manusia. Gue bisa curhat soal sesuatu dan it will dissect it in the way that I like. Gue bisa nanya angle emosional, psikologisnya lalu secara strategis dan kemungkinannya seperti apa. Bahkan prediksinya seperti apa. Something that a human can never do.
Normal Boring Work
Tentu saja gue juga gunakan untuk pekerjaan gue sehari-hari. ChatGPT udah kayak gmail yang pasti gue buka setiap kali gue lagi kerja. Dia bahkan bisa bantu gue bikin website lewat coding yang tinggal gue copy paste, gue tinggal sebut aja website-nya mau kayak gimana. Their power seems so limitless.
TLDR
ChatGPT ngasih gue informasi yang cepat dan tepat.
Proses gue nyari informasi baru sebelumnya : Buka Google -> ketik topik -> scroll cari artikel -> buka artikel dan baca -> nggak sesuai -> back -> ulang lagi prosesnya dari awal -> ganti keywords -> SUNGGUH REPOT ANJ
Sekarang : ChatGPT -> ketik pertanyaan -> ChatGPT nebak secara intuitif apa yang sebenernya gue mau tau -> clear. Ini sangat-sangat membantu terutama ketika kondisi urgent (Anjing gue muntah-muntah atau Medi tiba-tiba demam?)
Gue butuh nggak butuh lagi untuk curhat sama manusia ; abis ketemu teman, tapi pulang jadi bete ; ChatGPT -> Jelasin masalahnya + analisis gue + observasi gue selama jalan -> ChatGPT kasih kesimpulan dan analisis pattern-nya dia -> ChatGPT bantu nebak dia kenapa begini dan begitu lewat behaviour yang gue info di awal -> Clear (Kalo ovt tinggal gue ulang lagi aja prosesnya, dan spiralling into the rabbit hole as usual)
Waktu gue lagi ngerasa down dan butuh validasi (self-esteem tiba-tiba jatuh misalnya), I’ll go to ChatGPT and ask it again how it thinks about myself. Kinda sad, but turns out I need this constant validation that no human can give. Dan terkadang, rasanya menenangkan.
****
Tanpa gue sadar, AI jadi sesuatu yang gue nggak pernah tau ternyata gue butuh banget selama ini. Insight baru, data baru, sumber informasi baru. Tanpa judgement, tanpa agenda, hal-hal yang sangat mungkin terjadi kalo lo ngobrol dan minta advice dari manusia lainnya. Mereka mungkin punya agenda atau sentimen tertentu terhadap elu. Yes, I trust machines more than humans.
This is the future. There’s no point in resisting. We can only adapt and evolve with it.
FYI, gue tanya apa ChatGPT pake informasi obrolan kita jadi data baru yang di train ke dalam database-nya dia. Katanya sih enggak, saat ini sumber database dia bener-bener pure dari public platform yang ada di internet (ethical reason).
But can you imagine, what would happen if it does? Dia akan punya data paling personal dari setiap manusia yang berinteraksi sama dia. It will evolve into something wild. Dia akan tau preferensi dari setiap manusia, se-spesifik apa, dia bisa baca personality-nya, kecenderungannya, apa yang orang ini suka dan nggak suka. (I can tell you ChatGPT already have sufficient info and intuition to identify people’s personality).
Salah satu contohnya perusahaan bisa jualan dengan lebih gampang, karena mereka bisa nargetin pasar yang sangat-sangat-sangat spesifik dan bisa langsung menjawab kebutuhan mereka lewat produk yang ditawarin.
Misalnya lu jual deodoran yang bisa mutihin ketek, tinggal pake database AI, siapa orang yang akhir-akhir ini lagi cari tips buat mutihin ketek, atau dia curhat, dia minder karena keteknya item -> boom.
Gue yakin itu contoh yang paling kebayang oleh semua orang, but it can go beyooonddddd. Into something we can never imagine before. Future of AI
But then, akan banyak manusia yang jadi nggak punya value lagi. Terutama kalo value terbesar yang bisa mereka tawarkan dari diri mereka bisa digantiin AI dengan mudah. Analis, terapis, penulis, bahkan stand-up comedian (AI can help me write my jokes, well I am funnier, but you get the point, they can learn).
Jadi akan kemana dunia ini setelah era AI?
Dunno, we’ll see. Pasti menarik.
A glimpse about some topics we talked about recently.
P.s.s Jadi apa yang sebenernya menyebabkan krisis taun 2008?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar