So... It’s been a year and half since the first time I
officialy become a property valuer.
Setelah sekian lama gue nggak update di sini, so I think
this is the time to write more.
By the way, gue baru saja balik dari Surabaya kemarin malam
dengan segala tragedi mimsan turun dari pesawat, dan supir taksi yang lupa
ngasih struk (gue lupa nomor taksi dan nama supir. TAKSI BANDARA KE KOSAN 150
RIBU DAN GUE NGGAK BISA REINBURST KALO GA ADA STRUK SHIT!!).
Okay... gue sudah lapor ke perusahaan taksi bersangkutan,
semoga mereka bisa mengerti teka-teki yang gue berikan terkait waktu naik dan
turun serta tujuan. Karena... kalau mereka nggak bisa nebak taksi mana, dan
nggak bisa ngasih gue invoice. Gue harus mengucapkan selamat tinggal pada
seratus lima puluh ribu tersayang. Hft.
And yes. I have earned money on my own, buat gue duit tetap
berharga.... Okay. Duit jadi lebih berharga dibanding jaman gue kuliah dulu.
Karena gue menghidupi diri gue sendiri sekarang...
Anywaaayy... Ini bukan pertama kalinya gue ke Surabaya.
Sebetulnya sekitar awal 2017 kemarin udah sempet ke daerah Surabaya, tapi
karena pulang hari. Gue nggak sempet eksplor banyak dan lebih fokus sama
kerjaan gue di daerah Sidoarjo. Yang kali ini gue nginep semalam. Karena
kerjaan gue ada di Sidoarjo dan Gresik, gue nginap lah di Surabaya.
Sebetulnya sedikit menarik karena gue dapet beberapa
informasi baru soal Surabaya yang (tadinya) gue pikir sama membosankannya sama
Jakarta. You know... kota besar. Minim ruang terbuka, mostly high rise
buildings, no mountain, no sparkling blue sea, hot as hell, and stuff.
Yes, personally I think it is as boring but less stressful
than Jakarta. Karena setelah gue perhatiin, di sini semua lebih teratur.
Tamannya bagus, nggak ada tumpukan sampah dekat tiang listrik, orang-orang
nyebrang di zebra cross (katanya kalau nyebrang sembarangan diteriakin “jancuk!”
sama orang Surabayanya). They love their city as much as they love their mayor.
Struktur jalannya pun nggak seribet Jakarta yang dimana-mana
ketemu jalan layang dan macet. Well, namanya kota besar, nggak mungkin kalo
bersih dari macet. Ada beberapa ruas jalan utama yang banyak komersial dan
padat di jam-jam tertentu. After simple observation, itu pun bukan karena
macet, macet. Tapi karena ngantri lampu merah. Ngeliat kota kayak gini gue jadi
makin geleng-geleng kepala sama kota gue sendiri.
Anyway, let me share a few points about Surabaya, in case
you visit this city:
1. Kalo elo nggak diharuskan membawa kendaraan,
maka ini aja yang harus diperhatikan: Nyebranglah di zebra-cross atau JPO.
Karena udah disediain fasilitas sama walikotanya jadi pakailah sesuai yang
seharusnya.
2. KALO ELO ORANG JAKARTA. JANGAN... JANGAN BUANG
SAMPAH SEMBARANGAN. MALU! Untung kemarin gue nggak ada adegan buang sampah. Karena
kalo gue harus buang sampah, pasti gue buang sembarangan. (layaknya penduduk
Jakarta yang taat melanggar peraturan lainnya. Hehe).
3. Kalo elo bawa kendaraan... ini... ini
bener-bener satu hal yang gue suka. Nggak ada motor-motor brengsek kayak di
Jakarta yang pas lampu merah berhenti (bahkan) melewati zebra-cross, dan
ngeganggu orang yang mau nyebrang. Di sini mobil dan motor serempak berhenti di
belakang garis.
4. Ada CCTV di setiap lampu merah. dan itu aktif.
5. JANGAN INJEK RUMPUT! Karena gue baru tau, taman
di Surabaya itu tidak dikelola oleh pemerintahnya, dan dikelola oleh warganya
sendiri. The parks are belong to them. Setiap tahun katanya ada lomba taman
daerah mana yang paling bagus. Jadi kalo lo nginjek rumput, lo merusak properti
warga. Don’t do that.
6. TAMAN BUNGKUL! GUE HARUS BANGET NGOMONGIN SOAL
TAMAN INI. Sedihnya karena malem udah hujan dan gue capek banget banget banget,
bangun subuh langsung survey, gue udah nggak ada kekuatan lagi untuk visit
Taman Bungkul. After did my simple research, ternyata, Taman Bungkul menerima penghargaan
sebagai taman terbaik di tahun 2013, oleh PBB. https://nasional.tempo.co/read/530233/taman-bungkul-surabaya-raih-penghargaan-dunia
jadi kalo lo ke sini, plis kunjungi Taman Bungkul.
7. Surabaya kota yang religius. Menurut gue. Banyak
penganut agama Islam di kota ini. Ketika gue bilang kota yang religius, bukan
kota yang demo mengkafir-kafirkan orang lain, tapi kota yang pas waktu sholat
Jumat, toko-toko pada tutup sebentar dan berbondong untuk sholat.
8. Orang-orangnya ramah. Gue juga nggak paham kalau
ada yang bilang Surabaya itu logatnya kasar. Karena dari apa yang gue alamin,
they are not.
9. Kalo kata Rizky, “Lu kalo liat sesuatu yang
bagus jangan planga plongo kayak orang bego, ya. Entar diketawain sama orang
Surabayanya.”
10. Oh right. Di sini juga nggak ada FPI loh.
Hmn.
Ada 10 poin ya. Definitely not a place if I am looking for
nature toursim. Tapi kalo buat lo yang seneng berlibur di kota-kota yang sudah
civilized dan well developed, Surabaya adalah kota yang tepat untuk liburan.
Mall-mall nya juga bagus, hotel-hotelnya oke, makanannya juga enak-enak.
Oh right. Btw, setelah sampe di Jakarta, gue tiba-tiba
mimisan di bandara. Jadi, pembuluh darah di hidung gue itu sensitif. Kata
dokter tipis, gampang pecah. Segitu sering gue naik pesawat, baru kali ini gue
mimisan parah. Darahnya sampe ngucur ke dalam plastik, sampe ada ibu-ibu mau
nolongin gue padahal gue skut banget, saking seringnya gue mimisan. Tapi gue
sehat kok, kalian jangan khawatir ya. (euwh najis).
Lalu terjadilah tragedi supir taksi lupa ngasih struk argo
yang bikin gue muncul di kosan dalam keadaan badmood. Tapi nggakpapalah ya,
Medi... kan udah dibawain lapis Surabaya (kalimat ini
tertuju buat temen kosan
gue).
Oke. Sekian update-an gue soal Surabaya. Btw...
Gue mencapai titik tergendut dalam hidup gue. Gue ngerasa
gendut, ngerasa jelek, ngerasa diketawain tiap jalan.
“Medi, gue gendut, gue jelek.”
“Yaudah, ayok kapan mau olahraga?”
“Ah, males lah.”
“Aaaahh. Gimana sih.”
Eh serius. Gue jadi makin males olahraga semakin gendutnya
badan gue. This is VERY VERY BAD. Karena gue nggak ada motivasi sedikit pun
ngurusin badan, padahal badan gue udah masuk tingkat obesitas 3. Jongkok susah,
jalan susah, mau cebok mesti usaha, pake sepatu mesti duduk. Kalo nunduk ga
keliatan mata kaki. I AM A FAT FAT FAT MONSTER!!!
Anyway... ada di antara kalian yang sering flight pagi naik Garuda?
Flight gue selalu subuh btw. Terakhir gue naik garuda penerbangan domestik
dapet Gate 26.... yeah, right. GATE 26 DARI 28 GATE. ITU PALING UJUNG YAWLAH!!
PALING UJUNG!!! Hmn...
*tarik napas* kalian tau kan, gimana gede dan ribetnya naik
Garuda di Terminal 3 sekarang? Gue berjanji sejak hari itu, gue nggak akan naik
Garuda untuk berangkat subuh... ever.
Iya gue udah bilang, kan. Makin gendut gue makin males. Tapi
gue serius, terminal 3 emang gede banget. Nggak bisa ya, kereta bandara nya itu
nganterin kita sampe ke depan gate........ (yaelah, Mar. masih bagus ada kereta bandara).
Oke. Bye.
Salam Roti!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar