Selasa, 28 Februari 2017

Site Inspection 1 - Sumbawa Barat dan Sekitarnya

Ceritanya dalam rangka inspeksi kerjaan, gue ke Nusa Tenggara Barat kemarin.

Here’s the only sentence that can explain that place: IT WAS SOOOO COOOOLLLLL

Sekarang gue ngerti kenapa mereka-mereka itu seneng travelling. TRAVELLING IS COOOLL. Oke, tanpa melupakan bahwa perjalanan gue kemarin adalah dalam rangka kerja. But still, ya. Gue datang ke tempat baru sendirian bareng orang asing (klien gue dan supirnya). Lalu di hari-hari terakhir gue hanya bersama si supir berkeliling Lombok.


Anyway, Lombok dan Bali itu emang semacam destinasi favorit bule. Jadi banyak banget bule di sana. Gue mau cerita beberapa pengalaman gue untuk memberanikan diri blend sama orang-orang asing di sana. Ini bukan alay-alay norak yang jongkok sambil bawa kamera terus bilang, “Mister, foto mister.”

No...

Ini dalam rangka...

I want to know another portion of the world outside of my little box. By talking to foreigners.

Gue ngobrol dengan beberapa orang dari tiga kewarganegaraan. Dan dapet pengalaman ga enak juga. At least, gue sudah mencoba ya. Kalo kata caca, “We don’t have to try so hard for everyone.”

Firstly, gue ngobrol sama brazillian yang lagi asik-asik berjemur. Si bule dan istrinya yang super seksi itu.
Gue lantas membuka percakapan, dan terlibat percakapan awkward... tentang surfing. Jadi gue gegayaan aja buka omongan soal surfing, turns out si bule itu suka surfing... while gue ga ngerti apa-apa soal surfing. So... awkward when he replied to my questions. I just wanted to share about the beaches in Sumbawa which are very good for surfing and clearly very, very beautiful.

Secondly, gue ngobrol sama sekumpulan orang Inggris. That bitches.

Jadi satu orang Inggris ini si gendut itu lagi pake-pake baju yang ada motif batiknya. Kontan gue mikir dia beli itu di Lombok donk, ya. Gue nanya gitu, “How much does it cost?”
Lalu dia melihat gue dengan jijik, dan bilang, “It’s not any cheap. I bought it in England.”

“Oh, sorry I thought you bought it here.”

“No.”

Ga lama gue denger dia ngobrol ama temennya, bahas-bahas soal, “Cheap skirt and cheap black shirt. Look at her bag.”

Gue nengok, lagi mikir mau teriak, “Anjing” apa “Asshole you england bitch.”

Tapi gue sadar, dia lebih gendut dari gue, dia rame-rame, dan gue sendirian di tempat asing. Jadi gue diem 
sambil misuh-misuh ngeh kalo yang lagi dia katain itu gue. Rasanya pengen gue sumpahin si gendut tenggelem di lautan lepas diculik nyi roro kidul (versi lombok) dimakan ikan hiu, terus dimuntahin lagi, terus terdampar di lautan terpencil sedunia.

I almost thought that all england people are asshole. Lalu muncullah temennya si gendut ini dari dalem air. Senyum ke gue dan ngajak ngobrol.

“Are you by yourself here?”

“Yeah, kinda. I have work here actually.”

“Oh, come on. Sit here. We can talk.”

Gue udah pengen bilang aja ke dia, “Why were your friend being so rude?” tapi gue urungkan, masih sambil nyumpahin si gendut dalem hati.

Oh lupa. Jadi pas gue ngeliat sekumpulan gengnya si gendut ini, gue notice ada satu yang kece banget. 

Yawlah, perutnya, ada garis vertikal yawlah. Ga kaya perut gue garisnya horisontal. Jadi gue lagi nyari cara biar bisa ngobrol sama si perut bergaris vertikal ini. Mau nanya tips-tips diet dan workout supaya badan gue kek dia.

Si gendut dan gengnya udah pergi ke tempat lain, tersisa si cewek berabs vertikal ini dan si ramah tadi. Turns out, gue tau namanya adalah Laura dan Monique (si cewek berabs horisontal). Karena aksen-aksen british nya ini, gue pikir si Laura itu Norah. Tau lah aksen-aksen anjing itu.

I shaked their hands, and told Monique, “I’m Marisa, you’re so pretty, Monique.”

Monique diem-diem songong tapi senyum, “Really, thank you.”

Si Laura ngeliatin muka gue terus, “Hey, I like your make up. I think it’s good.”

“Is it?”

Rasanya gue pen ngaca di genangan air laut memastikan apa yang bagus dari eyeliner berantakan ini.

“I think it’s messy.”

“Nooo, it is not.”

Belakangan gue baru tau, si Laura ini make up artist. Dia nunjukkin gue beberapa karyanya make-up in orang Asia yang monolid kek gue. Then she gave me some tips about creating bigger eyes by using eye shadow and stuff. Sesuatu yang tidak pernah gue lakukan biarpun udah liat tutorial youtubenya puluhan ribu kali.

Gue ngobrol sama Laura masih sambil diem-diem ngeliatin perut Monique yang entah mengapa menggoda itu.

Anyway, we ended our conversation.

Ketiga adalah, waktu lagi di bar hotel gue (gaya banget gue di sana, breakfastnya di Bar tepi pantai). Bangun-bangun, ternyata supir gue telat jemput. Jadi gue nongkrong dulu minum kopi Lombok (yang enak itu), sambil makan toast. Lantas ada dua tante-tante bule di sana, kalo ga salah gue liat mereka juga pas malamnya. Gue pikir mereka turis juga.

Jadi gue tanya soal Sumbawa serta pulau lainnya apakah mereka pernah ke sana.

“Yess, I know Sumbawa. We live here.”

“Oh. Okay.”

Masih ga nyambung sama maksud dia, gue masih assume dia adalah turis yang stay lama di Lombok.

Lalu ngobrol kesana kemari, gue nanya lagi, dia udah pernah kemana aja di Indonesia, “Are you here for holiday or something? Have you visited Jakarta, yet?”

“No, we live here, Marisa.”

“What? Sorry, I don’t get it.”

“We live here. This is ours.”

Masih mengerutkan kening gue.

“This bar, La Chill Bar, is ours.”

“Ah... Sorry, I didn’t realize it.”

“Nah, that’s okay.”

Jadi turns out mereka adalah bule aussie yang buka bisnis di sini. Lalu gue ngadu soal si gendut yang kemarin.

Gue cerita she was so rude etc.

“Really, they are nice though.”

“I don’t know. That was the first time I spoke to England people, and it was a really bad experience.”

“Oh... I’m sorry to hear that. But you know, some people are nice, and some people are rude. You can not generalize people by where they come from.”

“I know, but yaa. Still.”

“Well, I have to admit, that a few people with more money, will think that they are better than the other (means the england people).”

“Nah, that’s what I meant, Sue.” (oh dua tante itu namanya Sue dan July)

Jadi sama si bule aussie super nice ini gue cerita gue suka nulis dan sebagainya. That writing is more fulfiling tbh than the job that I do now, “But, we need money, right. Though, I’m interested in my field, Real Estate, but... I just love writing more.”

Tiap gue ngomong, Sue jadi selalu nambahin, “You should be a writer, Marisa.”

“Yes, I want to have a business also. But for later, maybe.”

“And be a writer, too. Okay?”

“Yeah of course. I will be a writer, Sue.”

“Be a writer, and have your business.”

“Sure.” (angkat jempol)

Jadi setelah mendatangi beberapa tempat-tempat keren di Nusa Tenggara Barat, dan mendapatkan beberapa pengalaman menarik di sini (sekalian ngelatih inggris gue), gue udah ga tau malu lagi buat ngomong bahasa inggris, mau salah mau bener. Bodo amat.

Lagian gue ga dikira orang Indonesia di sini, pas abis gue ngobrol ama Sue dan July, si mba-mba waitress nya komen, “Mba, saya pikir mba bukan orang Indonesia. Saya pikir orang Hongkong. Mukanya Cina banget, ya.”

“Iya, mba. Hehe.”

“Apa ada keturunan?”

“Ya...” Ini gimana cara jelasin gue keturunan tapi bukan yang cina-cina banget ya. Emang nurun aja entah dari keturunan sekian puluh berapa. Nggak tau buyut gue yang ke berapa yang cina beneran. Mungkin ratusan buyut sebelumnya yang cina asli. “...ya ada keturunan sih, Mba.”

“Pantesan... ga kaya orang Indonesia.”

Ah yasudahlah. Biarkan dia berpikir gue memang ada buyut cina hongkong.

Selama di sana, gue juga baru ngeh, gue ga pernah diajak ngomong bahasa Indonesia. Kalo ga diajak ngomong Inggris, pasti ngomong mandarin. Ya gue mah senyum-senyum aja. Entar pas mo mesen baru, 

“Mas, menunye mane.”

“Eh, saya pikir bukan orang Indonesia, Mbak.”

Betewe, Laura sama Sue muji inggris gue “Fantastic” (their words, not mine). Ini gara-gara kebanyakan nonton youtube sama bokep in english. Take notes people, nontonlah bokep dalam bahasa inggris.


AH. Rasanya kurang lengkap kalo kita cerita tanpa oleh-oleh ya sister. Let me share the beauty in Indonesia’s Islands.

Waktu nyebrang dari Pelabuhan Poto Tano (Sumbawa Barat) ke Pelabuhan Kahyangan (Lombok)

Pantai di hotel gue di Lombok (Senggigi Beach to be precise)


ini juga waktu di kapal gue foto di bagian samping kapal

Nah itu Pelabuhan Poto Tano. Beautiful, isn't it?

Yang ini penginapan gue pas di Sumbawa. Do you see how beautiful the beach is?

Gue breakfast toast with jam sambil mandangin ginian sister (Pantai Rantung, Sumbawa Barat)

Rantung, Sumbawa Barat

Salam Roti!

Tidak ada komentar: