Jumat, 15 Januari 2016

Them

Menurut gue setiap orang punya kriteria masing-masing untuk menentukan siapa teman yang baik buat mereka. Meski menurut gue kriteria teman yang baik secara umum pada dasarnya sama aja. That shit about “always be there for your friend when they need you” while i have to admit that its true, i dont think its 100% accurate. Kita kan manusia bukan power ranger, how could we. Even untuk keluarga sendiri kita belum tentu bisa.


Anyway, soal kriteria teman yang baik gue mau share tips untuk “jadi teman yang baik” buat orang lain. Kalau gue, untuk orang-orang yang gue sayang dan percaya...

  1. Usahakan jadi pendengar dan pemberi nasihat yang baik buat temen lo ketika mereka butuh.
  2. Jangan pernah ngomongin di belakang, sebasi apapun dia, sengeselin apapun dia. Tembak aja dia, if they love you as much as you love them, they’ll try to understand.
  3. Dont expect anything. Jangan berharap apapun ketika berteman. Termasuk ngarepin dua poin pertama dari temen lo, and i think you dont really have to. If these people are really your friend they’ll do it willingly. Kalo enggak... yaudah bukan temen lo. (eh itu sih sama aja gue expect ya. Bodo amat).


Dan maksud jangan berharap di atas termasuk jangan drama, lebay kalo kalian akan berteman selamanya. people change, condition change, even how you see things change. Karena pada dasarnya pertemanan itu muncul karena ada rasa nyaman atas kehadiran satu sama lain yang berubah jadi sayang. Sayang itu yang ngebentuk loyalty dalam pertemanan. And if it changes, yaudah sih... yang penting udah sempet dinikmatin.

Gue tipe orang yang skeptis dan curigaan banget, karena gue paling suka beranggapan semua orang itu pada dasarnya baik. Maka gue munculkan  self defense dalam bentuk “curiga” dengan dasar pemikiran bahwa semua orang yang pada dasarnya baik bisa jadi jahat dalam keadaan tertentu.

Pengalaman selama tiga tahun belakangan mengajarkan gue tiga hal di atas. Temen dateng dan pergi, those who are destined for you, stay (at some point. Balik ke poin terakhir). Itu juga yang bener-bener bikin gue belajar menghargai orang lain, karena gue sendiri juga mau dihargai

Untuk ukuran orang nyebelin dan self righteous kaya gue, punya beberapa orang yang bertahan jadi temen gue bisa jadi adalah hal yang harus gue hargai banget. Jadi care dan berusaha sebaik-baiknya buat mereka is the least i can do.

Gue inget banget dulu gimana syoknya waktu masuk planologi. Bener-bener di luar comfort zone gue, gue jadi ngerasa susah untuk fit in dengan sekitar. Pada akhirnya gue baru nyadar, gue belajar untuk dewasa di sini. Gue belajar gimana memperlakukan teman baik dan bahwa gue bisa nemuin orang-orang kaya gitu, di sini. Unconditional friend.

Dimana gue nggak harus berada di situasi dan tempat yang nyaman untuk bisa hangout sama mereka, seperti kata anak-anak cowok di kelas, “Yang penting bareng. Ada nggak ada duit, yang penting jalan aja dulu.”. Konsep yang kadang cewek susah ngerti. We grew up together, dia yang tadinya childish parah udah berpikir dewasa sekarang, yang tadinya egois udah berubah jadi lebih baik, dia yang tadinya peduli banget sama pendapat orang lain udah lebih bebas bertindak sesuai hatinya sendiri. Because being an adult taught us to be more ignorant yet kinder to each other.

I try to see people for who they really are. Dia lagi nyebelin mungkin karena lagi badmood, dia reseh dan kepoh tapi dia peduli sama orang lain. Then it’s okay. Semua orang kan juga punya pelajarannya masing-masing.

Gue udah memasuki semester 8 sekarang, means tahun ini gue akan wisuda. Selesai deh dunia drama anak kuliahan, tusuk samping depan belakang, kalo jalan suka ngutang (gue), dan sebagainya. So whats our plan for the future? Wisuda aja dulu. Hehe. We will figure it out eventually.

Untuk Fardi, Imas, Eki, Louis, thanks you guys make me survive my campus life with tons of good memories. (and a few bad memories also).

Salam Roti!


Tidak ada komentar: