Bayangkan lo terlibat dalam sebuah percakapan yang seru di
satu pesta, or anything that’s boring, seperti seminar “Penanggulangan Limbah
Tai Kucing dengan Mengubah Karakteristik Sosial Penduduk Jakarta” (Jayus, but
it sounds academic enough right?), dengan kumpulan para profesional dan
akademisi di dalamnya, you’re feeling good, and smart enough to keep up with
their topic. Then, suddenly, salah satunya melayangkan pertanyaan yang tidak lo
tahu jawabannya. Iya, di tengah-tengah orang pinter yang tau segalanya.
What would you do?
Satu hal krusial yang baru-baru ini gue pelajari adalah,
jangan sok tau. Whatever happens jangan sok tau. Karena orang sok tau usually
become louder to convince other people that they know. Permasalahan utama yang
ada di sini adalah, lo sok tau, karena lo ga tau. Which means, dengan kondisi
lo ga tau, your stupidity become more obvious by talking louder.
When you are smart, you don’t have to make sure that you are
to another human being. When you know, then you know. You don’t have to
convince anyone that you are. Though, karena ini adalah sebuah percakapan di
waktu senggang. Lo nggak punya goals untuk meyakinkan siapapun. The only goal
you have here is, make people to like you enough that they’re willing to be
your networking in the future.
Unless lo ada di sebuah presentasi seputar pekerjaan lo dan
hidup mati karir lo ada di sana, then ada yang salah dengan lo kalo sampai lo
nggak bisa menjawab pertanyaannya. Bukan gitu?
Anyway. Balik ke situasi tadi. Lantas semua orang ngeliatin lo dan menunggu jawaban lo atas pertanyaan apapun yang dilayangkan tadi.
Well, for me... Yang udah paham asam manisnya jadi orang
yang sok tau. Gue akan menjawab “Nggak tau.” Atau apapun kalimat yang sesuai
dan mencerminkan ke ketidaktahuan lo.
It’s simple. Jadikan kata “nggak tahu” ini sebagai benefit
untuk lo. How?
Orang suka salah paham sama kata “nggak tau”. Takut dianggap
bego, kurang wawasan, atau ignoran. Banyaklah. Padahal, as a human we’re not
able to know everything.
“Nggak tau”, is humble, and honest.
Contoh, “Wah, saya ‘nggak tau’, Pak. Memang itu siapa, ya?”
Orang yang “tau” biasanya akan dengan senang hati
menjelaskan panjang lebar untuk mengisi ketidaktahuan lo itu. Berarti, satu, lo
dapet pengetahuan baru. Dua, di saat yang bersamaan lo memberikan orang lain
rasa dominan, kontrol, dan baik untuk ego mereka, bahwa dia tahu hal yang
berkaitan lebih dari lo.
All you have to do is smile and nod. In the end, “Wah
menarik ya ternyata.” A little compliment won’t hurt.
Lo nggak akan dapet tatapan dari orang lain seolah-olah lo
bego. Karena mungkin, bukan lo satu-satunya orang yang nggak tau di situ. Tapi
lo adalah salah satu yang berani menyuarakan ketidaktahuan itu. I think that’s
okay.
Just make sure you show your curiousity, though.
OH AND BTW, I’M OFFICIALLY GRADUATED! Nama gue Marisa Jaya,
S.T. sekarang. :’)
Bukannya gelar itu penting sih. Apapun itulah. Gue sudah
melewati fase paling anjing yaitu skripsi, which akan gue bahas kapan-kapan.
Gue lulus dengan nilai skripsi B. Menurut gue itu adalah nilai yang lebih dari
pantas karena gue paham sama kemampuan dan effort gue dalam mengerjakan skripsi
kemarin. Gue bahkan mikir gue seharusnya dapet C. And I’m not saying this to
impress or look humble. Nilai B nggak perlu bikin lo sok-sok rendah hati btw.
CONGRATS TO IMAS DENGAN NILAI A!!! WO HOO.
Gue orangnya gampang sirik ya, btw. Suka ga betah liat
pencapaian orang lain. Tapi untuk pertama kalinya gue bener-bener seneng
ngeliat Imas dapet A. Bukan karena dia temen gue (just so you know, lo akan
lebih gampang sirik ke temen sendiri daripada ke orang lain), tapi karena gue
bener-bener ngeliat effort dia selama ngerjain skripsi. Sampe sakit, kontak
sana-sini. Imas itu sakit sepanjang satu semester, ibarat angin. Anginnya udah
ngendep di badan dia jadi angin topan gue rasa.
Jadi, gue selalu bilang, “I think you deserve it, Mas.”
While untuk beberapa orang yang seharusnya adalah temen gue
tapi menghina gue dengan cara pasif agresif. I’m sorry, gue tau gue pasti
pernah nyakitin lo di waktu lalu so you tried to do the same thing. It’s okay.
*tersenyum simpatik*, but, ya... in the end we know who our true friends really
are, eh?
One powerful quote from Imas, “Satu hal yang harus lu inget. Proses. Proses menentukan segalanya.”
LUAR BIASA RATU ALAY SEJAGAD RAYA!!!
P.s. about my tips, "nggak tau" ini jangan sampe keseringan dipake. Because if it does, then you might be standing in the wrong crowd or you just lack of knowledge (then we have something to fix there).
P.s.s. Gue ada interview kerja besok. I just really hope I will nail it. Doakan gaes!
Salam Roti!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar