Senin, 18 April 2011

Be Different


Pengucilan atau penggencetan memang gak pernah terjadi di sekolah gue yang terlihat damai dan berkelas ini. Tentu aja, sebagai siswa masa iya kita berperilaku layaknya orang ga berpendidikan macam itu? menggencet? Mengucilkan?? Memang. Tapi kalau di abaikan? Di buat lelucon? Menjadi sorotan di setiap gerak-geriknya? Tentu aja bukan dalam artian positif, jadi sorotan sebagai bahan gurauan.



Sepertinya gue pernah berada di dalam posisi itu. dan kemarin itu gue mempraktekan satu hal. Jadilah oposisi mereka kalau gak mau jadi seperti mereka. Jadilah oposisi dari para freakers itu kalau gak mau dianggap freakers. Jadilah orang yang memojokan mereka, kalau ga mau dipojokan. Yeah, di sekolah gue.. minimal.. di lingkungan anak SMA hal-hal semacam itu ternyata masih ada. Orang-orang nyentrik dengan cirri khas dan cara berpikir yang dianggap “aneh” dan tidak sama oleh kita-kita, akan dijadikan bahan lelucon untuk hiburan di penghujung sore sambil menertawakan mereka dengan begitu serunya.

Sedikit catatan. BAHKAN SAAT ORANG ITU BERADA DI SEKITAR KITA DAN KEMUNGKINAN BESAR DIA MENDENGAR SEMUA LELUCONNYA!

“Biarin aja! Biarin dia duduk sendirian!!!” kata gue waktu itu di satu tempat yang suka ditongkrongin abege alay sambil ketawa seolah-olah itu hal yang lucu. Dan begitu juga dengan tiga temen gue yang lain ikut ketawa.

“Kasian kali, Mar.” well.. jantung gue serasa mau copot, waktu seorang temen cowok gue menegur gue seperti itu. *selain dari 3 orang lain yang ketawa tadi* “Gak usah segitunya juga…”

Gue lalu mengamati tiga orang yang tertawa bersama-sama gue tadi. Mereka memang bukan orang nyentrik, mereka anak gaul. Popular, temennya banyak, sering hangout, yang satu tajir dan bawa mobil kemana-mana, yang satu cantik, dan yang satu lagi supel. Tapi mereka punya cara berpikir yang begitu mengerikan. Menusuk satu sama lain, menyindir satu sama lain, munafik, memberikan tatapan sinis kalau ada yang dibuat malu. Sejak kapan gue menjadi sama seperti mereka? Gue bukan siapa-siapa, enggak cantik, enggak tajir, enggak supel. Minimal, gue orang yang terlalu sombong. Gue sombong meskipun gue bukan siapa-siapa. Gue merasa gaul akhir-akhir ini, sok populer. Padahal menggenaskannya, gue hanya nemplok sama mereka.

gue lupa dengan misi gue.. “bergaul dengan orang sebanyak-banyaknya..” tentu aja, niat gue di sini. Bergaul gak berarti, berteman, menjadi sama, dan ikut gaya pergaulan mereka? Sudah melenceng dari garis yang benar sepertinya. Orang-orang seperti itu tentu gak bisa diharapkan banyak hal, kecuali memang ada sesuatu yang bisa gue manfaatkan dari mereka. Seperti, teman jalan *kalo gue lagi punya duit dan waktu*, gak banyak hal positif yang jadi bahan omongan kita-kita selain ngegosipin kejelekan orang lain, dan mencibir di saat bersamaan. Gue udah gak berbeda dari dunia, dari kebanyakan orang.

Bahkan di waktu SMA pun gue bisa melihat sisi buruk orang-orang ini. Membuat gue semakin aware dalam mencari teman. Sekaligus juga membuat gue berpikir tentang sisi buruk gue yang kayaknya gak ada habisnya ini meskipun berkali-kali diperbaiki sih. Mematahkan teori gue bahwa teori “tidak ada yang sempurna” itu Cuma sugesti, sebetulnya manusia bisa sempurna. Tapi karna ada teori itu, kita jadi percaya kalo kita gak bisa sempurna.

Yaudahlah, daripada capek-capek mikir. Intinya harapan gue kali ini. Gue kepingin jadi orang yang berbeda dari pada abege lain. Punya cara pandang untuk kedepan, dan memiliki rasa simpati yang besar.

1 komentar: