Guys, jika kamu-kamu sedang bosan dan bingung mau ngapain, silahkeeeeuuuunnn dibuka
http://www.4shared.com/file/pbtWFAvF/Mau_Dibawa_Kemana__Guitar_Vers.html
itu rekaman amatir suara gue aja sih, ceritanya gue nyanyi lagu mau di bawa kemana pake gitar. sekedar berbagi, kalau berkesan, silahkan ngasih pendapat..
ciaoooooo
Sabtu, 23 April 2011
Senin, 18 April 2011
Be Different
Pengucilan atau penggencetan memang gak pernah terjadi di sekolah gue yang terlihat damai dan berkelas ini. Tentu aja, sebagai siswa masa iya kita berperilaku layaknya orang ga berpendidikan macam itu? menggencet? Mengucilkan?? Memang. Tapi kalau di abaikan? Di buat lelucon? Menjadi sorotan di setiap gerak-geriknya? Tentu aja bukan dalam artian positif, jadi sorotan sebagai bahan gurauan.
Sepertinya gue pernah berada di dalam posisi itu. dan kemarin itu gue mempraktekan satu hal. Jadilah oposisi mereka kalau gak mau jadi seperti mereka. Jadilah oposisi dari para freakers itu kalau gak mau dianggap freakers. Jadilah orang yang memojokan mereka, kalau ga mau dipojokan. Yeah, di sekolah gue.. minimal.. di lingkungan anak SMA hal-hal semacam itu ternyata masih ada. Orang-orang nyentrik dengan cirri khas dan cara berpikir yang dianggap “aneh” dan tidak sama oleh kita-kita, akan dijadikan bahan lelucon untuk hiburan di penghujung sore sambil menertawakan mereka dengan begitu serunya.
Sedikit catatan. BAHKAN SAAT ORANG ITU BERADA DI SEKITAR KITA DAN KEMUNGKINAN BESAR DIA MENDENGAR SEMUA LELUCONNYA!
“Biarin aja! Biarin dia duduk sendirian!!!” kata gue waktu itu di satu tempat yang suka ditongkrongin abege alay sambil ketawa seolah-olah itu hal yang lucu. Dan begitu juga dengan tiga temen gue yang lain ikut ketawa.
“Kasian kali, Mar.” well.. jantung gue serasa mau copot, waktu seorang temen cowok gue menegur gue seperti itu. *selain dari 3 orang lain yang ketawa tadi* “Gak usah segitunya juga…”
Gue lalu mengamati tiga orang yang tertawa bersama-sama gue tadi. Mereka memang bukan orang nyentrik, mereka anak gaul. Popular, temennya banyak, sering hangout, yang satu tajir dan bawa mobil kemana-mana, yang satu cantik, dan yang satu lagi supel. Tapi mereka punya cara berpikir yang begitu mengerikan. Menusuk satu sama lain, menyindir satu sama lain, munafik, memberikan tatapan sinis kalau ada yang dibuat malu. Sejak kapan gue menjadi sama seperti mereka? Gue bukan siapa-siapa, enggak cantik, enggak tajir, enggak supel. Minimal, gue orang yang terlalu sombong. Gue sombong meskipun gue bukan siapa-siapa. Gue merasa gaul akhir-akhir ini, sok populer. Padahal menggenaskannya, gue hanya nemplok sama mereka.
gue lupa dengan misi gue.. “bergaul dengan orang sebanyak-banyaknya..” tentu aja, niat gue di sini. Bergaul gak berarti, berteman, menjadi sama, dan ikut gaya pergaulan mereka? Sudah melenceng dari garis yang benar sepertinya. Orang-orang seperti itu tentu gak bisa diharapkan banyak hal, kecuali memang ada sesuatu yang bisa gue manfaatkan dari mereka. Seperti, teman jalan *kalo gue lagi punya duit dan waktu*, gak banyak hal positif yang jadi bahan omongan kita-kita selain ngegosipin kejelekan orang lain, dan mencibir di saat bersamaan. Gue udah gak berbeda dari dunia, dari kebanyakan orang.
Bahkan di waktu SMA pun gue bisa melihat sisi buruk orang-orang ini. Membuat gue semakin aware dalam mencari teman. Sekaligus juga membuat gue berpikir tentang sisi buruk gue yang kayaknya gak ada habisnya ini meskipun berkali-kali diperbaiki sih. Mematahkan teori gue bahwa teori “tidak ada yang sempurna” itu Cuma sugesti, sebetulnya manusia bisa sempurna. Tapi karna ada teori itu, kita jadi percaya kalo kita gak bisa sempurna.
Yaudahlah, daripada capek-capek mikir. Intinya harapan gue kali ini. Gue kepingin jadi orang yang berbeda dari pada abege lain. Punya cara pandang untuk kedepan, dan memiliki rasa simpati yang besar.
Label:
agak agak ga jelas,
bimbang,
friendship,
sekolah
Rabu, 06 April 2011
Masih Jaman Aja Jadi Kafir..
Merasa gak sih hari-hari ini Jakarta nambah panas dan panas aja?? Gue pikir ini hanya perasaan gue semata, sampe si Jenny ngomong.. ‘Ini gara-gara gue yang sakit darah dingin, apa emang cuacanya seharian panas banget ya??’ errr, kelihatannya sihh. Jakarta sedang terpanggang sekarang. Begitu juga si cete yang memang kebetulan dua hari yang lalu sedang sakit.. “Kayaknya sakit gue parah banget nih, badan gue sampe kepanasan keringetan gini.” Errrr kayaknya emang panas buanget deh.
Jangankan mereka yang badannya mungil-mungil, gue yang gede begini aja serasa oksigennya terserap habis, pengap! Keringetan, dan tak berdaya. Enci gue pun juga bilang kemarin, cuaca akhir-akhir ini semakin parah. Itulah, fenomena ini yang memancing gue untuk membahas mengenai bumi dan kiamat. Seperti satu quotes yang pernah gue bagikan sewaktu presentasi, “The only thing, human have in common, is earth.” Well, gimana jadinya kalo bumi kita terbombardir oleh hujan meteor ataupun sinar ultraviolet?
Gak kebayang. Tapi gue gak pengen lagi membahas soal proses ilmiah tentang terjadinya kiamat bla bla bla.. terlalu membosankan, gue punya hal yang lebih menarik lagi *setidaknya buat gue*. Kisah ini mungkin udah ada beberapa di antara kalian yang denger, tapi cici dari teman gue tercinta si juvendi itu mengalami satu mimpi yang aneh. Mimpi yang di ceritakan ulang oleh si juvendi meskipun pake “emmh, emmh, gue lupa nih ya. Tapi gue cerita garis besarnya aja ya..” dan itu diucapkan kurang lebih 5 kali oleh dia. Errr, berhubung gue belom mendapat cerita lengkapnya, menyusul ya.
Anyway, gue inget banget gimana dulu, gue bukan tipikal orang yang percaya Tuhan. Ngomong-ngomong, gue bahkan sempet membuat pernyataan semacam ini “Tuhan itu mungkin Cuma karang-karangan yang di buat manusia supaya kita merasa punya pegangan dan keyakinan aja. Cuma sugesti, Tuhan itu gak ada. Cuma permainan yang dibuat pikiran manusia..” dan jangan Tanya seberapa sering gue bertanya “Dinosaurus apa Adam duluan sih yang muncul? Gak jelas banget.” Atau “Jadi Tuhan tuh tiga apa satu???” pokoknya pertanyaan2 skeptis dan sok logis itu ibarat udah jadi menu sehari-hari di pikiran gue deh.
Gue hobi banget, hobi debat sama orang Kristen dan memojokan Tuhan maupun si Kristen itu sendiri, dengan segala pandangan-pandangan gue yang sinis. Dan setiap kali tante gue nyuruh ke gereja, gue bakal memberi pertanyaan2 sok logis itu sampe dia mati kutu dan akhirnya pertanyaan terakhir gue.. “Buat apa ke gereja?” well, gua SEKIA banget. Sekia=childish
Hingga, gue dateng dan mengikuti komunitas orang-orang katolik. Gue suka di sini, mereka semua terbuka dan ramah. Pokoknya gue merasa seperti di rumah gue sendiri lah. Padahal sebelumnya gue selalu alergi di gereja, ibarat kayak ada kutu yang di tempel di bawah kulit gue. Dari sini gue baru belajar banyak tentang memuji Tuhan, karena kebetulan gue tiba-tiba jadi aktivis pemusik di sana. Gue punya banyak pertanyaan untuk si koko gereja, karena kebetulan dia juga ngalamin masa-masa gamang kayak gue.
“Tuhan itu dari mana sih? Tiga apa satu?” dan tiba-tiba dia cerita sama gue tentang kisah seorang anak bernama Santo. *err kyaknya udah gue ceritain di blog lalu. Yaudah deh cerita lagi*
Si anak bernama Santo ini tipikal bocah pintar yang penuh rasa ingin tahu, dan suatu hari dia mempertanyakan mengenai keberadaan Tuhan. Dia beli semua buku yang dia liat berhubungan sama hal itu, dan dia cari. Tapi bertahun-tahun dia nyari, dia gak pernah ketemu jawabannya. Hingga satu hari, dia jalan-jalan di pantai. Dia liat seorang bocah kecil yang gali pasir hingga membentuk satu lubang, lalu dia ambil ember dan dia ngisi lubang itu pake air laut. Terus-terus, hingga si Santo penasaran lalu nanya.
“Kamu ngapain mindahin air laut ke dalam sini?” dan ternyata si anak itu pengen mindahin air laut ke dalam lubang kecil itu. kemudian Santo baru berpikir, gimana mungkin, semesta yang sebesar ini di jejalkan ke otak dia yan gkecil? Seperti gue, yang mungkin nyerna teori fisika pun gue harus jambak rambut sampe botak?? Gimana mungkin gue mau mempelajari seluruh isi dunia?? Dan senior gue memang pernah bilang … “Tuhan jauh lebih jenius dari pada lo..” perlahan-lahan gue sih baru mulai mengendurkan hati dan membuka pikiran. Jadi gue gak mau ngebahas banyak soal Tuhan blab la bla, gue bukan orang yang sereligius itu. intinya satu, gue percaya. Dan semua langkah kehidupan gue itu sudah ada jalannya. Yang pasti itu yang terbaik.
Yang membuat gue geli, gue menemukan duplikat gue yang dulu baru-baru ini. Orang yang skeptic dan sinis. Man. Gue tau gimana rasanya jadi orang yang begitu, dan debat bukan satu solusi. Tapi gue juga gak memegang teguh “Persepsi kita beda, buat apa di perdebatin? Mungkin buat dia itu bener, dan gue harus bisa maklumin.” Karena tetep menurut persepsi gue pendapat-pendapat dia dan gue yang dulu itu kurang tepat, dan bukan satu hal yang bisa maklumin. Cuma seperti gue juga, selalu ada hal yang bisa merubah persepsi dan pemikiran orang lain, gue pikir pemaksaan dan tindak anarkis bukan satu cara yang baik untuk di praktekan. Makanya gue suka mendadak sebel kalo bokap gue dipaksa masuk ke agama oknum yang suka memaksa itu.
Mungkin si senior, temannya, dan teman gue yang lain itu orang-orang yang dikirim Tuhan untuk merubah gue. Well. Mungkin banget.
Ngomongin soal kiamat *berhubung paragraph pertama gue soal itu* gue percaya kiamat itu ada, dan seperti gue pernah ngomong dulu banget. silahkan anda datang. Bukannya memang itu pasti ada? Manusia hidup ada matinya. Mobil baru ada rusaknya. Kenapa bumi enggak??
Pasti gue kesurupan karena gue nulis ini jam sebelas malam, dan mat ague udah redup2 lima watt gimana gitu..
Langganan:
Postingan (Atom)