Sebagai anak SMA yang mau sok aktif dan mengikuti kegiatan ke organisasian, tentu aja gua punya pendapat sendiri buat beberapa kalangan murid. Sepertinya sih dulu gua termasuk orang yang ga tau dan ga perduli soal kegiatan organisasi di sekolah sih. Mungkin, bisa juga karena faktor osis yang belum jalan waktu SMP dengan ketua si cowok begajulan yang entah orientasi hidupnya apa.
Gua mengenal dan deket dengan beberapa orang yang begitu membenci OSIS, entah atas dasar apa. tapi yang sepengelihatan gue, untuk memecahkan persepsi mengerikan dari orang-orang pembenci osis. Osis itu bukan sekedar adu eksis atau mau sok kepoh dan pengen di liat satu sekolah dengan bergaya aktif sana-sini. Se yang di omong oleh senior gue sebagai mantan wakil ketua osis, osis itu melayani.
Dulu gua kagum dengan seseorang yang memiliki sisi musikalitas yang tinggi, berbakat, lumayan ganteng, dan pintar. Bisa di bilang dia itu pedoman gue belajar music. Seperti satu tokoh yang gua idolakan. Meskipun dia ga hebat banget, tapi buat gua karakter dia yang kuat itu cukup bikin orang kagum. Tapi ada satu kekurangan dia yang suka bikin gue gendek. Cara dia meremehkan anggota musik PPK dan aktivis-aktivis lainnya di sekolah. Oke, gua ga bilang dia ga berbobot. Errr, apa kata yang tepat. Dia hanya PERNAH sirik karena ga mendapat kesempatan, dan rasanya sirik itu berubah menjadi satu yang lebih besar entah apa namanya.
Si Juvendi cerita ke gue, karena dia sebangku sama si cowok itu setiap ppk, Juvendi cerita setiap kali ada kesalahan di drum atau gitar, dia bakal langsung ketawa mengejek. Jujur aja sih, dulu gua juga begitu. Tapi setelah gua pikir-pikir lagi, masih bagus ada mereka yang mau melayani anak-anak gajelas seperti kita. Yang mau rela menghabiskan sore di mana orang lain santai mereka harus latihan buat kita. Jujur aja, yang seperti itu sirik. Sirik yang menyebalkan. Dan dulu gua begitu karena gua merasa ga dikasih kesempatan untuk bermain musik di ppk. Man, tapi itu waktu gua smp. Waktu sifat gue lagi konyol-konyolnya.
Sepertinya orang-orang yang begitu *termasuk gue dulu* merasa kita memiliki kualifikasi dan kemampuan untuk bisa ikut bergabung, tapi lalu kita terlalu sombong untuk merendahkan hati dan meminta atau memberi tanda bahwa kita pengen bergabung. Lantas kita merasa komunitas itu ga ngasih kesempetan yang pada akhirnya menimbulkan sudut pandang super sinis dan menjadikan mereka kambing hitam atas ketidak mampuan kita itu.
Mungkin seperti satu keinginan untuk di dengarkan karena kita merasa terlalu hebat. Itu sesuatu yang menyebalkan menurut gue.
“17 Agustusan buat apa pake panita? Ga ada guna. Elo orang tuh Cuma buat eksis doank.”
Iyuuuhhh! Gua kesal sekali mendengar pernyataan ini dari dia. Gua pengen ngejawab dengan gaya seperti yang fan-fan ajarin dengan bahasa simpel namun ngena seperti ini “Kalo ga ada panitia, acara ga bakal bisa jalan.” Tapi namanya juga gue, ngomong kalo ga panjang lebar bukan marisa namanya. Sampe akhirnya inti dari nasehat yang gua berikan itu ga tersampaikan, karena gua sengaja memasukan ilustrasi, demonstrasi, dan acara tele tele lainnya tapi lalu kepotong oleh temen gua yang lain.
Dia sepertinya mendoktrinasi itu juga ke ceweknya, buktinya ceweknya dia yang dulu aktif dalam berbagai kegiatan sekolah kini tenggelam. Entahlah. Gua sendiri ga ngerti. Terlepas dari semua hal baik yang orang itu punya. Ada lagi satu teman gua yang gua kenal sebagai komikus, dan designer. Gambar-gambar dia itu WAH. Dia punya bakat dan komitmen untuk itu. Gua pikir dia juga ikut ngurus madding di OSIS, nah ini pandangan gua yang lain. Banyak banget murid-murid di angkatan gua yang punya kemampuan tapi dia memang ga punya kesempatan.
Mungkin, dari ketua osis kita yang kurang mengamati orang-orang kayak mereka. Ga semua orang tahu dia punya bakat. Karena gua pikir semua orang bukan paranormal sehingga harus mengamati bakat dan kualifikasi yang dia punya. Well, gua masih bingung siapa yang salah. Tapi gua pikir, pandangan yang picik dan pemikiran sinis itu bukan satu hal positif untuk manusia.
“Elo kenapa gak gabung madding?” Tanya gua sama dia. Karena yang gua liat dari bagian madding itu. Menyedihkan. Yang bisa memenuhi tanggung jawab gua rasa Cuma si Lili. Yang lain. Cuma Menuhin jabatan. Maaf tersinggung, tapi ini sedikit kritik aja dari gue.
“Osisnya ga ngasih kesempetan.” Lalu dia curhat bahwa kegiatan ini seperti adegan nepotisme pejabat yagn di masukin Cuma orang-orang yang deket sama si ketua. Itu kan yang dia liat, waktu gua curhat sama juvendi, dia ngasih pandangan lain seperti paragraph yang gua ketik di atas tadi. Ketua osis kan bukan paranormal yang bisa ngeliat bakat orang lain. Sebetulnya kita kan di kasih kesempetan buat mendaftarkan diri kalo memang merasa mampu. Kenapa harus nunggu di jemput?
gua kagum sih sama itu cowok. Gaya dia, semuanya. Cuma satu hal aja yang ga mau gua ikutin dari dia, cara pikir picik dia karena rasa siriknya itu. Itu kayaknya menyedihkan banget. Selalu ada kesempetan buat orang-orang yang membuka diri dan mau berhenti berpikir negatif, tapi ngeliat suatu hal dari sisi bersahabat dan menyenangkan.
Kata-kata yang bagus untuk menampar kesombongan gue saat ini.