Sekitar seminggu sekali, gua memang seneng pergi ke warnet. Yah inilah anak-anak menderita tanpa internet. Karena internet gua dicabut dan dengan tega nya bokap gua menuding gua beserta enci gua bahwa kami telah menyalahgunakan fungsi sebenarnya dari Internet. Padahal andai ayahanda tau.
Kita menggunakan fungsi internet itu semaksimal mungkin. Betul donk? Coba mikir. Ngupdate blog pake apa kalo bukan internet? Nyari tugas pake apa kalo bukan internet? Referensi novel pake apa kalo bukan internet? Wawancara temen-temen buat tambahan bahan novel pake apa kalo bukan Internet? Yah lebih menjurus kearah ngegosip ga jelas sih. hehehe
Oke, bukan Cuma pas di warnet sih.. atas saran dari temen gua sekarang gua download ebuddy messenger. Dan gua sangat amat norak mengetahui pake ebuddy itu udah sama kaya pake komputer chatingannya. Jadi ga ada tuh namanya refresh-refresh halaman kalo mau tau pesan terbaru dari lawan main kita.
Maning murah pisan euy! Intinya, lewat dunia maya itu pastilah gua bertemu beberapa orang dan melakukan aksi perbincangan antara dua manusia tanpa batas waktu dan jarak. Kita sebut chatting. Gua baru sadar. Entah gua yang sok dewasa, ataupun otak gua yang memang aneh dan tidak sesuai umur. Karena gini loh, gua mencari teman ngobrol asik itu memang susah.
Kalo kata temen gua sih, gua sukanya ngomongin yang berat-berat. Yah kaya badan gua gitu deh. Gua tuh paling sangat amat males kalo udah chattingan nanyanya begini.. “Elu gimana sama gebetan lu yang baru?” atau “Sekolahnya gimana?” “sekali-kali jalan yuk..” aduh! Bête gila. pada dasarnya gua itu membenci perbincangan ringan.
Gua pengen mencari teman yang bisa diajak ngebahas sesuatu yang penting dan menyenangkan. contoh. Musik. I love it. Atau, membicarakan kehidupan lawan gua. bukan kehidupan yang terlalu pribadi, maksud gue. Bisalah, kita bersama-sama ngomongin visi dan misi kita untuk kedepannya. Jangan mentang-mentang remaja jadi bahan obrolannya begitu gitu mulu. Ih bosen deh.
Inilah asal muasal gua lebih suka bergaul dengan orang dewasa. Ya orang dewasa yang sudah mencicipi asam garam dunia. Orang dewasa yang bisa memberikan gua nasihat dan mengimbangi topik yang pengen gua angkat. Meskipun secara teknisnya gua ga mungkin bisa ngimbangin dia karena toh secara umur kita sudah berbeda.
Entah kesurupan apa, gua sekarang suka berdebat. Kalah atau menang ga penting. Yang penting debat dulu, berdiri diatas pendapat kita masing-masing dengan perdebatan yang menggunakan otak dingin tanpa teriak-teriak atau huruf besar semua yang menandakan emosi. Berdebat dengan cara yang… elegan. Kita kan pelajar, dan gua memang lebih suka berbincang dengan orang yang “berpendidikan” dibanding yang tidak. Percaya deh, rasanya beda.
Sebetulnya, apa sih yang ada dibayangan gua tentang kedewasaan? Sebetulnya paragraf2 diatas tadi Cuma untuk pembuka. Akhir-akhir ini memang gua seperti pelari marathon yang sedang mengejar garis finish. Garis finish disini adalah tahap kedewasaan. Dan sepertinya masih belum gua miliki sampai hari ini. baca diatas, gua bilang gua seperti orang dewasa cara berpikirnya. Tapi sesungguhnya gua tetaplah seorang remaja yang belum pernah merasakan jadi dewasa.
Biar bagaimanapun, pengalaman adalah segalanya. Pengalaman buruk ataupun baik itu segalanya. Yang pastinya bisa merubah cara berpikir kita secara total-totalan, contoh aja. Dulu, gua mikir.. orang masuk tivi itu karena tivinya di bobol terus orangnya masuk deh. Konyol bukan? Sekarang gua tau, kalo ada sebuah tempat untuk shooting menggunakan satelit yang akhirnya bisa sampe deh ke tivi tivi di rumah kita.
Seperti paradigma versi remaja gua saat ini. siapa yang tahu, kalo ternyata saat gua dewasa nanti.. gua akan memandang kehidupan dengan cara yang berbeda. Dan saat gua memandang gua yang remaja dulu, gua akan tertawa geli karena kekonyolan cara berpikir gua.
Tapi balik lagi ke paragraph awal. Gua agak bingung dengan orang-orang yang cenderung lebih besar umurnya daripada gua, tapi cara berpikirnya amatlah konyol. Atau mungking gua yang tidak terlalu mengenal “teman-teman aneh” tersebut sehingga gua ga tau persis seperti apa cara berpikir mereka? Banyak faktor. Mungkin karena mereka bukan tipe orang yang pintar mengungkapkan pendapat mereka secara jelas dan gamblang. Seperti gue. Seperti gua yang hobi ngomong dan debat. Haruslah bisa mengungkapkan sesuatu dengan jelas bukan?
Gua ga tau. Tapi intinya, gua benci ngobrol dengan orang-orang yang tak memiliki tujuan seperti itu. Dan yang paling gua benci adalah jawaban yang “Gua mah, mengalir aja lah kaya air.” Dan orang tersebut adalah cewek berumur 20 tahun. Kebayang ga sih? anak umur 20 tahun pikirannya kaya air-air yang mengalir ngalir. Ya ampun…
4 komentar:
mengalir kayak aer sih jawaban orang yg udah putus asa
hehe
setuju!!
klo kmrn lo dgr itu dr cw berumur 20 thn, skrg lo dgr itu dr cw berumur hampir 28 thn (gw).
kpn2 klo lo mw debat ttg prnyataan itu, add aja YM gw. OK.
Slm kenal ya Marisa, sng brkenalan dgn lo =))
Oia, tulisan2 lo baguuus bgt, gw yakin smday cita2 lo ksampean.
Hai hai.
Err okeee.
Mau didebat seperti apapun. .aku ttep punya sudut pandang negatif tentang ngalir2 kayak air.
Karena hidup kan bukan air.. Semua orang kudu berjuang. Mungkin apa mksud kak eugene, beda dgn mksud aku. Mgkn.
Posting Komentar