Setelah survey yang gue lakukan beberapa hari terakhir ini dengan pertanyaan “Eksis itu penting gak sih?” luar biasa, gue mendapat jawaban yang beragam. Karena tadinya gue berpikir semua orang akan berpikir sama seperti gue. “Penting” ternyata, memang tiap kepala, belom tentu sama rambutnya. *alah*. Ada beberapa jawaban beragam mengenai betapa gak pentingnya eksis itu dengan alasan “Emang koneksi apa sih yang bakal lo dapet dari anak SMA?”
Sedang bagi gue, eksis yang merupakan luas bergaul itu berarti lo akan berbicara dan berkomunikasi dengan banyak orang. Mempelajari banyak orang. Bahkan memahami dan mendengarkan banyak orang. Di dalam maupun di luar sekolah. Bagi gue, eksis itu, errrr katakanlah bermanfaat. Eksis yang gue maksud di sini tentulah bukan “Famous” atau terkenal. Karena bagi gue eksis, itu lo berkomunikasi lancar dengan semua orang yang mengenal lo. Bukan hanya lo yang dikenal secara sepihak oleh teman teman (dalam hal positif maupun negative) tapi juga lo mengenal mereka dengan baik. Itu eksis.
Ada banyak masukan dari beberapa teman eksis gue untuk gue yang memang kurang beredar gara-gara terlalu sibuk sama kehidupan gue di rumah. Seperti kata seorang temen cowok gue, gue seharusnya lebih sering beredar di area sekolah supaya gue bisa lebih deket sama temen-temen lain di luar kegiatan belajar di kelas. Itu hal yang jarang gue lakukan. Gue juga jarang hang out dengan teman-teman yang lain seperti yang gue bilang tadi, gue sibuk. Gue juga tipikal orang rumahan yang rada males keluar-keluar.
Nah, itulah penyebab gue memanfaatkan waktu sebaik-baiknya di dalam kelas untuk mengenal teman-teman gue. Sebanyak yang gue bisa, dan menyebabkan nama gue jadi sorotan guru-guru dan gerak-gerik gue semakin gak bebas, karena gue kebanyakan ngobrol. Karena pikir gue, kapan lagi gue bersosialisasi selain sekarang? Toh bagi gue pelajaran di kelas juga membosankan banget.
Dulunya, gue bukan orang yang begitu baik dalam berkomunikasi. Gue sering terhambat dalam mencari topik dan terhindar dari perkataan yang menyinggung orang lain. Tapi toh sekarang, karena gue semakin mengenal karakter-karakter orang ,gue semakin tau, menghadapi orang-orang semacam ini harus gimana baiknya.
Serasa gue, semua orang itu selalu memberikan gue satu pelajaran. Entah apa gue harus bersyukur, atau gue harus memperbaiki sifat, atau bahkan gue jadi merasa akan mencapai cita-cita gue dengan mengenal orang ini. Ternyata itu menyenangkan bagi gue.
Meskipun ada beberapa hal yang gak gue setujui tentang identifikasi anak eksis, seperti, “Lo terlalu dewasa, Mar orangnya. Mungkin temen-temen yang lain gak bisa keep up atau sepikiran sama lo.” Bagi gue, cara ngomong gue yang kadang sok pinter gak jadi alasan untuk menghambat gue bergaul. Karena tiap ngobrol sama sekumpulan anak muda, gue merasa gue selalu di dengarkan, karena bahasa literature gue. Kesannya keren aja gitu waktu lo ngomong kata “skeptis” dan teman-teman lo gak tau artinya apa, lalu lo menjelaskan pada mereka. Oh ya, apa itu berarti anak eksis pikirannya “dangkal”?
Ada juga satu lagi “Pikiran lo terlalu jauh. Buat apa lo mikirin cari duit di umur segini? Nanti kan juga ada masanya. Lo sekarang nikmatin aja masa remaja lo dulu.” Lalu gue jawab “Gue sih pengennya nyari duit sekarang, waktu anak-anak seumuran gue nanti pada kerja, gue udah ongkang kaki di rumah.”
Gue bisa jadi anak yang mudah bergaul dengan tidak melekatkan identifikasi anak eksis yang bagi gue “dangkal” sekali. Gue rasa itu bukan masalah, dan gue tetep bisa keep up dengan teman-teman gue yang lain. Gue tau, gue anaknya asik. *alah*. Satu masalah gue hanya belom bisa mengedarkan keasikan gue itu kemana-mana, karena gak punya banyak peluang untuk itu. jadi target gue sekarang adalah..
Management waktu! *nyambung banget, Mar*
4 komentar:
ah kalau gue seringnya tersinggung ama orang lain. jadi akhirnya jadi tertutup sma semua orang. apa sikap gue salah ya?
sekarang ini eksis atau gaul itu menurut gue udah bergeser makna nya. gaul itu kalo menurut gue berarti dia bisa masuk ke 'mana ' aja, baik kalangan atas, tengah, atau bawah. Gaul itu pinter berkomunikasi dan bisa membuat orang tertarik dan nyaman berinteraksi dengan orang tersebut. tapi Gaul dan eksis saat ini kayaknya kalo menurut gue lebih ke pencitraan. melakukan sesuatu agar terlihat 'menjadi'. contoh : nongkrong di starbuck = anak gaul ( padahal mungkin cuma duduk doang ) , ga relevan sama esensi tujuannya karena seseorang suka sama starbuck. itu cuma contoh.
Gaul atau eksis zaman sekarang bisa 'dibeli'. tinggal pake 'acesories ' = behel, bb, belah tengah, honda jazz = gaul. yah memang 'dangkal ' banget.
Kolumnis: tergantung neh kak. kalo emang merasa nyaman dengan diri sendiri dan kita sendiri ngerasa gak ada yang salah, gue rasa sih fine-fine aja deh. semua kan ada negatif positifnya lagi.. tapi emang sifat gampang tersinggung juga bukannya positif, semua orang toh berubah jadi lebih baik setiap waktunya.
junita: persepsi lo sebetulnya sama persis dengan gue, mungkin pengaplikasian kita beda aja kali ya? contoh dengan masalah nongkrong tadi. kalo buat gue, nongkrong di starbucks bukan untuk keliatan keren dan juga bukan karena gue suka. tapi karena gue pengen dapet temen-temen yang sekelas dengan anak-anak yang suka nongkrong di starbucks misal, jadi gue ikutan nongkrong di starbucks. karena gue penasaran dan pengen mengenal banyak orang di tempat umum dari warteg sampe tempat nongkrong.
betewe, thanks ya masukan-masukannya. hahahahaha
marisa : soal contoh nongkrong di bintang dolar itu kan tergantung niat. ada yang memang suka sama kopi bintang dolar, ada yang memang kesitu cuma pengen nongkrong dan dilihat berkelas. kalo niatnya kaya lo untuk nyari temen ga salah menurut gue, itu kan lebih ke pengen mengenal banyak orang, dan lo juga kan ga milih2, dari kalangan atas ampe bawah. yhehe
Posting Komentar