Hari ini. Iya. Hari ini, hari ini lima jam yang lalu gua sedang mencapai titik gamang dalem hidup gue. Bukan sok filsafah ya bahasa gue. Tapi seriusan nih. Gua seperti berjalan di tengah rutinitas tapi kehilangan arah. Begini loh maksudnya, sepertinya lebih baik seorang senior gue yang cita-citanya terlihat membosankan-sekolah pintar-dapet beasiswa-kuliah-mempertahankan beasiswa-lulus-jadi wanita karir yang sukses- selesai. Dia punya tujuan dan urutan kehidupan yang sudah terencana dan di bumbuin optimis sama daya juang.
Lihat aja gue sekarang. Anak SMA yang begini-begini aja. Cakep kaga, pinter kaga, keren kaga, tajir juga kaga. Ya ampun. Apa yang bisa gue raih dengan kehidupan yang terasa biasa aja? Gua ga menemukan satu aja alasan yang cukup tepat untuk membenarkan apa yang selama ini ada di bayangan gue. Apalagi kalo bawa-bawa kemuliaan nama Tuhan dan sebagainya. Rasanya ga ada habisnya. Cita-cita gue jadi orang kaya itu kan ga ada hubungan sama sekali dengan rohani dan spiritual. Seperti yan g selama ini di omongin pendeta sama BOKAP GUE!!
Gua ga punya langkah, apalagi strategi untuk kedepannya. Gue punya keinginan. Iya banyak! Besar semua lagi kaya body gue! Permasalahannya adalah, kebimbangan gue ga mentok hanya di keinginan materi. Gua bimbang akan semua hal. Gua bahkan sekarang bimbang sama kecintaan gua sama gitar gue sendiri. Coba bayangkan,se lama ini gua ga pernah maju atau meraih sesuatu dari bermain music. Nah apa bedanya gua dengan orang lain? Karena gua bertindak sama dengan mereka. Maka gua mendapat sama seperti mereka. Ya. Gitu-gitu aja deh.
“Gue berani jamin, waktu gua ngeluarin uang ini gua ga akan sama kayak orang lain. Gua pasti berkembang.” Kata seorang drummer di kelas gue. Dia menghabiskan banyak uang yang dia cari sendiri buat les drum, dan di awali dengan keyakinan, uang yang dia keluarkan itu ga sia-sia. Nyatanya, dia udah punya band beraliran jazz sendiri sekarang. Skill drumnya pun boleh gue bilang keren banget.
Tambah lagi gua bimbang soal satu hal yang akhir-akhir ini jadi masalah sensitif banget di keluarga gue. Ga perlu gua sebut masalahnya apa.
“Kenapa kamu milih ini?”
“Enggak tau.”
“Kok bisa ga tau? Kamu yakin kok. Orang yakin itu punya seribu alasan untuk menyanggah.”
Karena gue remaja yang ga mau berfikir untuk kedepannya. Karena gua ga begitu kuat menanggung beban yang menunggu untuk menimpa bahu gue secara bersamaan sampe gua tenggelam ke dasar pasir. Masalahnya hanyalah gua yakin. Gua tau. Tapi gua bingung kenapa gua ga bisa menyampaikan alasan-alasan tersebut? Kenapa? Karena gua merasa bersalah atas apa yang ditanggung keluarga gue. Jadi intinya adalah ga ada hubungannya dengan yang di atas.
Oke, balik ke topik. Sebetulnya yang ingin gua cari selama ini adalah, alasan-alasan kenapa gua memilih ini dan itu. soalnya pertanyaan itu yang sering sekali mengganjal di otak gue. Gua pengen punya mobil mewah, pengen punya perusahaan. Lalu pertanyaan kenapa dateng. Dan gue bergeming. Bukan. Gua ga akan menjawab.. “karena gua pengen hidup enak.” Emang itu satu jawaban yang menjelaskan, tapi ga cukup memuaskan pertanyaan kenapa yang gua cari di dalem diri gua sendiri. Nah bingung kan?
Sepertinya yang perlu gua cari saat ini adalah alasan atas setiap keinginan gue. Alasan yang cukup kuat dan menjelaskan orang-orang TERSEBUT yang bertanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar