Senin, 30 Maret 2015

Nyaman Aja?

Semua orang punya proporsi masing-masing. Adalah kalimat yang semakin sering gue tekankan, ke diri gue sendiri ataupun si Fardi, temen diskusi gue. Selaku (dulu) orang yang pas jaman abegenya mengaku nggak percaya sahabat, dan mengagungkan itu kemana-mana. Sampai hari ini, gue tetap belum bisa mendefinisikan sahabat sebetulnya. Sebetulnya.

Senin, 23 Maret 2015

Curhat Slash Launching Buku

Sebenernya lagi nggak pengen-pengen amat update blog. Maksudnya nggak ada topik tertentu yang lagi pengen gue bahas malam ini. I’m simply experiencing menstruation melancholy syndrome. Nggak ada pemicu utama. Oh sorry, ada... ada pemicu utama gue ngetik ga jelas di sini. Soalnya lagi ada tugas, dan ga pengen banget ngerjain tugas. HAHAHAHA. Eh, tapi sekalian gue cerita launching kumcer "Kata Kota Kita" kemarin kali yes.

Selasa, 17 Maret 2015

Happy 20th Birthday, Tiffany Frederika Audrey

I will never find someone like you.

Btw, enggak. Kalimat itu bukan untuk gebetan. Tapi buat temen SMA yang sering banget (saking seringnya harusnya gue bikin satu kategori khusus dia) gue mention di sini. Saking seringnya gue lupa sama ultah dia. Gue yakin kali ini, dia pasti mikir gue lupa juga sama ultah dia. Actually, gue ga lupa ultah dia. Gue selalu ingat 16 Maret. Yang salah adalah gue suka lupa hari ini tanggal berapa. What an inconsiderate friend I am.

Kamis, 05 Maret 2015

Too Full

When you’re thinking that your plate is too full, even for someone like you. Then selalu ada dua cara pandang yang bisa muncul. Menurut gue. Satu, hidup itu susah. Lo ga punya waktu untuk diri sendiri, dan terlalu sibuk mengejar sesuatu dimana mungkin itu nggak perlu untuk saat ini. Dua, life is awesome. Begitu banyak kesempatan yang ada sampai lo kebingungan memilih diantaranya.

Gue memilih yang kedua. Because it is.

Lalu gue menyontoh salah satu teman kuliah gue. He’s such an awesome friend, semoga judgement gue nggak akan pernah salah ya, bro. Btw, dia usaha sambil kuliah. Tapi bisa manage gimana caranya dua hal itu tetap dijalani dengan penuh tanggung jawab. Nggak sradak-sruduk kesana kemari. Menurut gue itu keren.

Agak nggak nyambung dengan paragraf sebelumnya. Ceritanya jurusan gue baru beli mainan baru. Sepak Bola meja yang mainnya pake tangan itu. Gue nggak tau deh namanya apaan. Gue kalo main asal doank, asal kena bola asal cetok2 sana-sini. Lalu gue coba main sama adek kelas, baru sadar gimana cupunya gue.

Gue minta diajarin sama si adik kelas itu, lalu dia ngajarin. Intinya main ini perlu teknik. Gue lawan dia beberapa kali dan kalah. Kalahnya itu rasanya kesel banget, jadi gue bilang... “Ah, udah ah. Males kalah mulu.”

“Ih, lu mah gitu kak. Gampang nyerah.”

Mungkin bukan Cuma tentang sepak bola meja, mungkin tentang banyak hal. Gue terlalu gampang angkat tangan dan ninggalin apa yang seharusnya gue pertahanin. This time, gue akan bertahan sampai akhir. Kayak kata seseorang dulu, “It’s just hard at the beginning.”

Ada banyak kesempatan baik yang terjadi dalam hidup gue. Kalau gue bisa ngambil semuanya, kenapa enggak.

Lagian, gue mau jadi orang kaya yang lulus tepat waktu (semua mata kuliah tepat waktu) punya kerjaan mapan dan sebagainya. (Lulus tepat waktu gue bold, underline, stabilo. Semuanya. Agak parno semester ini, karena faktor “too full” tadi. Dan dosen-dosen yang nggak terduga.)